16. Sabur Limbur (Lembayung)

348 55 50
                                    

"Kita adalah Sabur Limbur, ada setelah matahari terbit dan terbenam. Sesaat namun dinanti."

_________________________________________

          Setengah penduduk bumi ada yang tidak menyukai laut, kata mereka, laut itu kejam, tapi setengah lagi, menyukai suara berisik hantaman ombak menyapa pesisir.

Keenan 1 diantara banyaknya orang, yang akan melarikan diri berdamai dihadapan pudarnya senja diupuk barat, membiarkan jejak kaki tertinggal semu diatas pasir, kemudian menenggalamkan diri hingga kewarasannya kembali.

Laut tidak selalu merenggut yang ada, sebab dia hanya sebagai pelarian, orang orang datang sengaja padanya, meminta dipeluk dan dihilangkan.

"Keenan !!!"

Semakin jauh kakinya berjalan, semakin tinggi laut menyelimuti tubuhnya.

"Keenan !!!"

Sekejam apa laut musnahkan seisi semesta, jika burung nampak acuh saksikan Reas terjatuh berkali kali.

"Keenan !!!"

Pasir sembunyikan langkahnya, sekeras apapun pijkan kaki Reas, tak sedikitpun dia ciptakan suara, Keenan mengerti, kenapa laut jadi pilihan terbaik melenyapkan diri, karna disanalah mereka tak perlu menengok kebelakang,

Semua,

Terasa sunyi.

Bulir bening terjatuh, sebuah dekapan memaksa Keenan mundur, Reas menariknya kebelakang, biarkan serayu pecahkan isak tangisnya, walau bagaskara terlihat tak seirama, teriknya kalahnya lembayung yang harapkan singgahsana.

Entah seberapa lama Keenan terjebak pada lakuna yang nyaris renggut nyawanya, beruntung, Reas datang tepat waktu. "Kamu tau kapan Pandawa dan Semeru bersatu ?--"

"Menurut kamu, apa mereka bisa berdiri sejajar ? Atau perlukah mereka mengalah satu sama. Pandawa tetap didaratan, lalu Semeru diketinggian--"

"Gimana kalau mereka jatuh cinta untuk 2 hal yang belum pernah mereka temui."

Keduanya basah kuyup, terduduk asal dipinggir pantai yang sepi pengunjung. Keenan menoleh, netra redupnya jelaskan bagaimana luka itu tercipta. "Kalau Semeru mau ketemu pandawa, dia harus tenggelam.--"

"Kalau pandawa mau ketemu semeru, dia harus tenggelamkan daratan. Kejam kan Re ?--"

"Mereka tidak pernah dipertemukan, itulah kenapa tuhan ciptakan mereka ditempat yang berbeda. Laut dengan ombaknya, gunung dengan jenggalanya.--"

"Butuh waktu lama buat mereka akhirnya dipertemukan, hingga saling jatuh cinta."

Reas sentuh wajah Keenan, usap pipi tirus yang gemar tunjukan lesung menawan kala segaris senyum muncul. "Kalau aku sama kamu ibarat Semeru Pandawa, berarti kita gak berhak jatuh cinta. Itu sebabnya tuhan ciptakan kita punya gender yang sama, serta tuhan yang berbeda.--"

"Kita, gak akan punya kesempatan buat benar benar bersama kan Nan ? Tapi, biarpun alesan ini kejam, tolong jangan tinggalin aku."

Bulirnya tak pernah berhenti terjatuh, secepat itukah Reas gantungan diri padanya. "Siapa yang mau tingalin kamu ?"

"Tadi, kamu mau kemana ?" Katanya tetap terbata,

Keenan tersenyum kecil. "Gimana kalau saya ibaratkan kita sebagai sabur limbur dibawah pandangan cakrawala. Yang muncul sebelum matahari terbit, juga sebelum matahari terbenam.--"

"Walau sebentar, indahnya dinanti.--"

"Maaf sudah bikin kamu cemas, saya gak sadar saya jalan ketengah."

Filosofi Kaktus | ChansooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang