Kepada lara yang singgah memberi luka, terimakasih telah mengajarkan kalau kematian bukan pilihan.
_________________________________________
Bumi Cakrawala nampak tidak membiaskan cahaya, seolah mengerti bagaimana menyampaikan lara, tentang Cianjur dan cerita pilunya, juga tentang malam yang enggan berdamai dengan luka, seolah ingin menghentikan waktu bagi yang tersakiti, agar gundah tak lantas berakhir.
Yang terkasih tak pernah mampu bernegosiasi, pada Tuhan si pemengang tahta.
Doa penyampai permohonan, tak berhenti bergumam didalam hati, namun sunyi menyeramkan didalam ruangan tak lekas pulih.
Semalem, sepulangnya Keenan mengantarkan Reas, dia tiba tiba merenung sendiri, perasaan bahagia bukan satu satunya yang dia rasakan, sebab rasa cemas mulai berusaha mengambil alih, tentang bagaimana kisah setelah ini, kemana dia akan membawa Reas pergi ? Apakah Keenan mampu membahagiakannya meski cuman dengan adanya dia.
Cinta dia dengan Reas sampai kapanpun tidak akan direstui, tidak peduli sebesar apa umatnya tertawa lebar untuk sebaris kata selamat malam, dia akan melaknat Keenan dikemudian hari.
Kata Al habib abdul qodir ba'abud,
"Hubungan haram tetaplah haram meskipun engkau menggiringnya sampai kemajlis, tetaplah haram meskipun mendorongmu tahajud sampai kau menangis, tetaplah haram meskipun memberikanmu semangat untuk menghafal alquran dari senin sampe kamis"
Kebimbangan yang dia resahnya ditiap sujudnya. Harusnya Keenan kehilangan sesuatu yang dia anggap indah kedua kalinya ? disaat dia sendiri, tidak yakin, seusai ini, masihkan ada jaminan dia temu kan indah yang lain ?
Jahat sekali, Keenan meragukan tuhannya.
Kakinya berhenti mengayuh tepat didepan rumah Reas, membawa senyum yang sempat pudar, namun kembali melebar kala sosok kecil melongok berjalan menghampirinya.
Harus gunakan kalimat apa lagi Keenan jabarkan lelaki yang dia cintai, suara lembut layaknya alunan lagu terbaik, selain dengarkan banyak cerita darinya, bisa apa dia, jika bukan mencumbunya tiap malam.
"Assalamuallaikum pacarnya keenan."
Mata besarnya berbinar malu malu, ada tote bag kecil yang dia lipat sesuai bentuk kotak makan siang dilengannya.
"Kalau gue nonis, ada orang yang bilang salam kaya gitu, gue harus jawab apa ?" Katanya tak kuasa hilangkan senyumnya yang manis.
"Jawab saja, Selamat pagi pacarnya Reas." Jawab Keenan, begitu santainya dia menyentuh dagu Reas, mengusapnya dengan lembut sampe dia puas menjatuhkan pandangan memabukan yang kian lama kian enggan beranjak.
"Sudah pagi, tapi kenapa dimata kamu masih ada bintang."
Perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh, terbiasa membuat Reas mendongak, memperhatikan gerak mulut Keenan, rasa manis, serta sentuhan lembut yang pandai mendominasi. Dia kehabisan kata kata untuk membalas semua kosa kata menakjubkan dari lelaki yang tiba tiba saja menjelma jadi sosok dicintainya,
Maka, tidak ada apapun yang terlintas dikepala Reas, menciumnya adalah bagian terbaik, yang kini berubah jadi favorite, adakah kesempatan Reas menikmatinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kaktus | Chansoo
Novela JuvenilNote : Judul sebelumnya, Selamat pagi Reas. _________ Areas Makna Nugraha Kamu menambah indah yang saya punya disini. "Keenan, dulu saya slalu punya sejuta alesan untuk tidak datang kesini, tapi sekarang saya punya lebih dari sejuta alesan agar saya...