"Kita cuma segerombolan orang yang jadi piguram didunia ini. Dan kita gak tau siapa tokoh utamanya"
_________________________________________
TIGA hari berturut turut, Cianjur dilanda hujan deras termasuk didesanya. Bahkan ada kabar, bahwa terjadi banjir bandang diwilayah wilayah tertentu, mengakibatkan longsor, serta kerugian berpuluh puluh juta, untung desa nya tidak.
Dihari keempat hujan badai, tepat di kamis pagi, hujan tidak berhenti dari pukul 3 malam, membuat Reas yang memiliki ketakutan terhadap suara berisik curah hujan mengenai genting atap rumahnya tidak bisa tidur nyenyak, dia terjaga sepanjang malam.
Duduk pada jendela yang sengaja dia buka lebar lebar. Sejak kecil, ketika dia memiliki fobia terhadap suara berisik air hujan, orang tuanya mendesign khusus kamarnya menjadi kedap suara, setidaknya kala itu Reas berpikir orang tuanya memberikan atensi terhadapannya, namun sekarang, Reas sadar, mereka cuma tidak ingin diganggu tengah malam karna Reas tidak akan berani tidur sendirian.
Jadi, hal paling mujarab yang bisa Reas lalukan ketika dia tinggal dirumah mbah, yang gentingnya membuat suara air hujan terdengar makin mencekam, adalah membuka jendela lebar lebar, tidak peduli malam atau siang.
Reas hanya merasa nyaman berada diluar ketika hujan deras.
Volume Suara musik pada earphonenya terus dia tambah, sepasang netranya kembali mengecek pesan singkat yang dia kirimkan terakhir kali pada Keenan dijam 4 sore, masih belum ada balesan, padahal sudah 5 menit berlalu.
Terlalu munafik jika Reas mengatakan dia tidak menunggu Keenan membalasnya, nyatanya Reas slalu butuh Keenan untuk melemparkan segaka guyonan agar hujan berhenti menjadi cemasnya.
Ting
Ibu jari Reas bergerak cepat, membuka aplikasi chat ketika notifikasi pesan masuk berbunyi, dia segera membaca pesan singkat yang dikirimkan Keenan.
Diwaktu yang sama, ekor matanya mengintip kearah pagar, memastikan bahwa pernyataan Keenan benar adanya.
Kedua ujung bibir Reas lantas melengkung membentuk segaris senyum hati yang indah, Keenan melambaikan tangan. Badan tingginya terbalut jas hujan plastik yang tampak kecil dibadannya, mengorbankan dari paha sampe telapak kaki tak terlidung, dibiarkan basah.
Keenan membuka pagar, berdiri didepan teras sampe Reas datang menemuinya.
"Saya datang mau ajak Areas keluar. boleh ?"
"Mau ngapain ?"
"Melawan hujan."
Reas tergelak, dia meraih jas hujan plastick warna biru dari tangan Keenan. "Ijin dulu sama mbah nggk ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kaktus | Chansoo
Ficção AdolescenteNote : Judul sebelumnya, Selamat pagi Reas. _________ Areas Makna Nugraha Kamu menambah indah yang saya punya disini. "Keenan, dulu saya slalu punya sejuta alesan untuk tidak datang kesini, tapi sekarang saya punya lebih dari sejuta alesan agar saya...