12. Elemental

468 78 27
                                    

"Bukankah cinta selalu diawali dari sebuah perbedaan."

_________________________________________

         Pernah ada sesuatu yang rasanya berat sekali, ternyata bisa dilewati, pernah juga mengalami sesuatu yang tidak ada jalan, ternyata semua baik baik saja.

Dan bagi Keenan, sekali lagi dia hanya perlu bertahan dan terus melaluinya.

Dia mungkin sering menyerah, memutus nadinya, agar tak ada lagi detak menggema, namun hari harinya kian berlalu, Keenan masih ada untuk bertemu segelas teh manis dipagi hari sebelum berangkat sekolah.

Hingga sekarang, alesan alesan sederhana guna menjemput dia dilain hari, bermunculan lebih dari sekedar secangkir teh, mereka menjelma menjadi senyum cantik, tawa merdu memabukan, suara lembut yang membuat candu, jemari lentik yang mengagumkan, serta tubuh kecilnya yang lucu.

Keenan ingin menjumpai semua kesederhanaan itu tiap hari, ia ingin ada disampingnya setiap saat, sebab Reas adalah alesan paling nyata kenapa detaknya harus tetap ada, jadi dia pastikan alesan terbaiknya, memiliki hidup bahagia, meski tanpa ada dia didalamnya.

Disetiap kesempatan kecil yang dia punya, Keenan berusaha memuaskan diri menatap Reas yang kini berubah menjadi galaxy impian.

Kelopak matanya berkedip, pura pura tidak tau kalau langit kembali menggelap, badannya bergerak menyamping. menggapai pipi cubby Reas dengan sentuhan halus. 'Cantik', kata yang ingin Keenan sampaikan dalam artian berbeda.

Sadar ada sentuhan dipipinya, Reas ikut menyamping, memergoki Keenan termenung lama memperhatikannya. Reas melipat lengan, menjadikannya bantalan kepala, lantas balas tatapan membingungkan Keenan, antara dia menyukainya, atau memang hanya untuk mengagumi. "Nan, gue harap lu tetep jadi orang baik, bagi siapapun yang lu temui.--"

"Setajam apapun pisau yang dilayangkan ke lu, tetep rawat lukanya tanpa harus mencaci maki.--"

"Bagaimana pun, hidup lu terus berjalan, tidak peduli sedalam apa lu putus asa, tuhan pengen lu terus memikirkan, kemana besok lu harus bersenang senang, atau siang ini enaknya makan apa ?." Reas hentikan sejenak, menggeser tubuhnya, lalu telentang lagi, menolak terlena berlama lama, karna sejatinya Keenan mengajaknya tidak berkedip barang sedetikpun, layaknya sorot kamera yang enggan kehilangan momen walau sebatas tarikan nafas halus.

"Hidup diatas dendam dan kebencian itu gak enak banget, toh gak akan ngebuat semuanya baik baik saja--"

Biasanya Keenan yang memberikan kata kata menenangkan, tapi sekarang berbanding terbalik, Reas berlomba memberikan pelayanan terbaik, agar Keenan mampu melepas gelisahnya sejak semalem.

"Tuhan tuh gak nyiptain lu didunia cuma buat sia sia. Ini bumi, tempat dimana lu semestinya tak terus merasa dibandingkan. Ruang dimana seharusnya lu gak merasa tersisih."

Keenan mengangkat badan, duduk bersila menengadahkan kepala keatas, sepasang lenganya menahan setengah bobot tubuhnya dibelakang. "Saya yang harusnya bilang begitu sama kamu."

"Ya sekali kali gue yang nyemangatin lu--"

"Gue akhir akhir ini banyak mikir, bagian hidup gue yang mana yang pantes dibandingkan sama orang lain--"

"Sampe gue sadar sendiri, hidup ternyata emang gak memiliki porsi buat disamakan. Mereka punya rewardnya sendiri sendiri, Kalau sekarang gue ngerasa gak berguna, ngerasa kalau nyokap bokap nolak gue, berarti gue unggul dibagian lain--"

Filosofi Kaktus | ChansooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang