"Kalau kamu merindukan seseorang dalam 1 hari, itu bukan Rindu namanya, tapi kita hanya belum siap menerima sesuatu yang biasa ada, menjadi tiada"
_________________________________________
Reas benar benar lupa kalau perjalanan untuk menuju rumah neneknya ternyata memakan waktu hampir 6 jam perjalanan, sejauh itukah kampung halaman ayahnya, dia kadang meruntuk, pernah sekali memberitahu ayahnya agar sang nenek diajak tinggal dijakarta selepas kepergian kakek, tapi nenek menolak saat itu dengan dalih tak ada yang mengurus makam kakek, padahal masih ada kerabat yang pasti bersedia mengurus apalagi pake embel embel uang
Namun emang dasar Mbah Nur yang keras kepala tetep menolak, padahal saat itu Reas cucu kesayangan nya yang memelas memohon agar mau pindah
"Sebentar lagi nyampe kok Re"
Ramji yang sekarang duduk disebelahnya, setelah bertukar tempat dengan Keenan. beralesan kalau pantat dia sudah panas duduk dibalik kemudi, nyatanya tak lebih dari 5 menit anak itu duduk bersama nya sudah tepar, dan baru bangun ketika mereka tiba disebuah tugu selamat datang
"Gimana, gak kalah indah kan pemandangan nya" Ramji kembali bersuara, mana kala Reas tak menyaut, masih bengong dengan sejuta kerinduannya pada jakarta, dia tidak akan bohong jika mengatakan kalau Cianjur benar benar indah, apalagi dipelosok yang minim teknologi juga polusi, tapi menyuguhan alam sejauh mata memandang berhasil menyihir kaum yang ingin merileks kan diri,
Berulang kali dirinya berpikir, apa dia bisa beradaptasi dengan perbedaan ini. Reas, mungkin begitu bodoh ketika dia mengatakan dia merindukan panas nya kota jakarta. teman teman nya juga terus menghubunginya, dan hal itu berhasil menambah beban yang dia pikul, tentang apakah keputusan nya sudah tepat
"Gue rindu Jakarta Ram"
Ketika mobil itu membelah melewati hutan, ketika keempat roda beradu dengan jalan bebatuan yang mengakibatkan mobil bergoyang cukup keras. Keenan berteriak dibalik kemudi, "Maaf Re, jalan nya udah memasuki zona berbatu level 5"
Reas terkekeh, sudah sejak tadi ketika mobil mulai memasuki jalanan yang memang tidak rata, ketika mereka tiba dikota Cianjur paling selatan itu, Keenan terus terusan memberitahu sedang di Zona level berapa mereka,
"Baru juga sehari, kamu teh can mantes bilang kaya gitu. kalau udah setaun baru boleh bilang rindu. janji deh saya mah, kamu pasti betah disini."
Betah, Reas bahkan tidak memikirkan kata kata itu sama sekali saat dia memutuskan pindah kesini. yang Reas pikirkan gimana cara nya dia menghindari pelik antara ibu juga ayahnya
"Semoga yah Ram"
"Bukan semoga atu jawab na, tapi harus"
Suara tonggeret yang menyambut kedatangan mereka, kembali membuatnya berkelana jauh, memikirkan banyak hal yang tak sewajib itu dia pikirkan, tapi slalu bertengger dikepalanya. Sebenarnya, dalam perjalanan tadi Reas sudah 2 kali muntah karna mabuk. Selain karna jauh, jalanan yang meliuk liuk dengan belokan tajam, berhasil mengocok perutnya, hingga minta dikeluarkan. hal ini jugalah yang membuat nya merasa apakah pilihan nya sudah yang terbaik, sementara perjalanan saja begitu sulit untuk dileawati
Kedua Netranya menangkap layar ponsel yang menyala setelah bergetar, tanda panggilan masuk dari ayahnya, Reas hanya menatap tanpa berniat mengangkat. Setelah berhenti bergetar, Reas memilih mematikan ponsel nya itu, menghindari semua orang yang berusaha menghubunginya
"Disini kalau Sim Card ada yang jual kan Ram.?" tanyanya, dia sudah bulat memutuskan untuk mengganti nomer nya saja, tidak memberitahu semua teman teman nya dijakarta, bahkan kedua orang tua nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kaktus | Chansoo
Novela JuvenilNote : Judul sebelumnya, Selamat pagi Reas. _________ Areas Makna Nugraha Kamu menambah indah yang saya punya disini. "Keenan, dulu saya slalu punya sejuta alesan untuk tidak datang kesini, tapi sekarang saya punya lebih dari sejuta alesan agar saya...