Suasana kamar itu mendadak membuat Kyyungsoo terbangun. Samar-samar sinar matahari dan cicitan burung menyapa tubuhnya untuk pertama kali. Dia mencoba membuka matanya, selimut halus yang melindunginya semalaman nampak sedikit kusut, rambutnya terjatuh, dan dia menguap sangat lebar.
Belum sempat menghabiskan acara menguapnya, pintu terbuka, dan mata mereka bertemu pertama kali di pagi hari yang lumayan cerah.
Kyungsoo mengatupkan bibirnya merasa malu.
"Kau sudah bangun?"
Kyungsoo mencoba menenangkan diri dengan senyuman, membuat pria yang sedang berjalan menuju sebuah lemari itu menghembuskan napas tak beraturan.
"Bersihkan dirimu, aku ingin bicara serius, hanya berdua."
Dengan kegugupan yang kentara, Kyungsoo turun dari ranjang, merapikannya dengan cepat, sebelum aroma tubuh Jongin benar-benar membuatnya terpesona.
"Ini," kata pria itu, memberinya sebuah handuk dan jubah mandi, melanjutkan, "Ibuku benar-benar senang, jadi kuharap kau tidak salah bicara jika Ibu bertanya sesuatu."
Jemarinya mencengkram handuk itu, berusaha mengangguk, kemudian melihat kepergian Jongin, pria itu nampak sedikit berbeda, meski hanya baru bertemu dua kali, sisi yang baru saja Jongin tunjukkan padanya membuat Kyungsoo sedikit merasa takut, takut membuat pria itu kecewa karena telah menolongnya.
Kamar itu begitu luas, di sana Kyungsoo meneliti setiap bingkai yang menggantung, beberapa lukisan yang ditata sangat rapi, foto-foto pemandangan, dan beberapa foto keluarga. Dia mendekat ke arah sebuah meja panjang, jarinya mengambil salah satu bingkai kecil berwarna putih di sana, seorang wanita dengan gaun putih yang sedang tersenyum bersama Jongin, juga di samping bingkai itu ada satu bingkai lagi, foto anak kecil yang sama di meja kerja itu, Kyungsoo meyakininya, anak kecil itu tersenyum sendirian begitu manis seperti Jongin.
Pikiran Kyungsoo terpusat begitu lama di sana, banyak hal yang ingin dia tanyakan, tapi dia juga tak mungkin mendapat jawabannya, helaan napasnya terdengar, dan dia harus segera mempersiapkan diri untuk bicara dengan pria itu.
Kyungsoo selesai mandi, tubuhnya terbalut erat, dia kebingungan dengan di mana letak tasnya, saat melangkah keluar kamar itu masih sama sepinya, dia berjalan pelan untuk mencari letak tasnya, kemudian mendapati pintu terbuka kembali dan itu membuat Kyungsoo sedikit terkejut.
"Maaf, kebiasaanku, akan terasa aneh jika aku terbiasa mengetuk pintu kamarku sendiri, bukan?"
Kyungsoo membalik badan, melihat Jongin mendekatinya, menyerahkan sebuah kantong, dan aroma itu menyapa hidungnya lagi. Kyungsoo menyukainya.
"Saya mencari tas saya, maaf, apa Anda tahu dimana?"
Jongin menatapnya tajam, kemudian menghela napas, dan melempar kantong itu ke ranjang.
"Bisakah kau bersikap santai padaku, Kyungsoo?!"
Teriakan itu menggema dan Kyungsoo gelagapan menenangkan Jongin.
"Maaf..maafkan aku, Jongin."
"Aku akan terlambat ke kantor jika menunggumu, duduklah sebentar."
Jongin menarik kursi di sebelah meja riasnya, suara deritan itu mengganggu Kyungsoo, lalu di sana Jongin duduk menyilangkan kakinya.
"Aku ingin membuat kesepakatan, jadi jangan bicara apapun sebelum aku selesai."
Kyungsoo mengangguk pasti, berusaha menutupi kakinya dengan handuk.
"Seperti yang kautahu, aku tak sengaja terlibat dengan masalahmu, begitupun sebaliknya. Jadi, untuk menyelesaikan itu, aku ingin kau bekerja sama denganku, mungkin sementara ini aku akan sangat sibuk dengan pekerjaan, jadi apapun yang Ibuku minta, kau harus menurutinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Kim
RomanceDia hanyalah seorang pria yang selalu membuat kecewa. "Kim Jongin." Begitu cara Kyungsoo mengejanya. Kisah romansa di antara mereka tak berjalan dengan baik. Setelah terpisah begitu lama, Jongin tersenyum pada Kyungsoo dengan kesedihan itu. Cinta m...