Salju pertama turun malam itu. Jongin merasakan lututnya bergerak kedinginan.
Setelah menghindari kemungkinan Kyungsoo melakukan hal yang tak diduganyaㅡseperti meninggalkan gereja saat mereka harus berbicara dengan sang Pastur soal pernikahan itu. Tak mendapat respon apapun, Jongin menarik tangan Kyungsoo, memegangnya erat, dan menyemat cincin di jari manis yang kurus itu.
Kyungsoo menatap jari-jarinya, lalu Jongin yang berdiri di hadapannya, mereka saling menyelami manik masing-masing, seolah mereka telah sama-sama mengerti untuk mengabaikan situasi canggung ini.
Jongin melihat air mata menggenang di pelupuk mata Kyungsoo, wanita itu menunjukkan kesedihannya sekali lagi, hal itu membuat Jongin sedikit terkesiap.
"Kau menangis?"
Kyungsoo terisak di detik berikutnya, di sekeliling mereka hanya ada suara hewan-hewan kecil yang bersembunyi di semak-semak, salju yang makin deras menembus pakaian mereka, dan beberapa orang masih berlalu lalang memandangi mereka berdua.
"Kyungsoo?"
Jongin menariknya dalam dekapan, di sana Kyungsoo makin menjadi, menumpahkan perasaannya yang campur aduk. Dirinya tak memahami keadaan yang terjadi di antara mereka, saat melihat Jongin berlutut tadi, hal itu benar-benar membuat dirinya takut, seakan Jongin adalah harapan yang sangat tidak mungkin didapatkannya. Tidak pernah mungkin.
Sapuan lembut tangan pria itu, perlahan menenangkan Kyungsoo, bahu kecil itu kehilangan tenaga untuk bergetar lebih lama. Hingga Jongin mendorongnya pelan dan melihat bagaimana wajah Kyungsoo dipenuhi air matanya.
"Apa kau baik-baik saja?"
Kyungsoo menggeleng lemah, kemudian dengan tegar mencoba menatap mata Jongin yang terlihat khawatir.
"Aku akan melakukan apapun yang kau mau, jangan menangis seperti tadi, Kyungsoo."
"Aku.."
Jongin sangat sabar menunggunya, meski mereka perlahan kedinginan di sana.
"Aku sama seperti wanita lain, Jongin. Memimpikan seorang pria melamarnya, berlutut seperti yang kaulakukan. Aku berterima kasih untuk itu, meski kita tak saling mengenal, aku tahu ituㅡ"
Kyungsoo melepaskan tangan Jongin di bahunya.
"ㅡSetidaknya jika kita tetap menikah di gereja ini, aku ingin kau meminta izin pada mendiang orangtuaku, aku tahu aku terlalu meminta banyak halㅡ"
"Baik, aku akan melakukannya, jadi berhentilah menangis, dan pakai ini."
Tidak biasanya salju turun di awal bulan Desember, meski sering turun hujan, warga Seoul pasti akan mengira salju turun saat malam natal, begitupun Jongin, dia tak membawa mantel ataupun pakaian hangat lainnya. Dia memakaikan jasnya di bahu kecil Kyungsoo dan menggenggam tangannya untuk masuk ke gereja.
Mereka saling mengedarkan pandangan, tatanan bunga yang sangat indah mengelilingi altar, podium sang Pastur berdiri di tengah dengan warna putih yang sangat menawan, dan kursi-kursi berwarna senada dibersihkan sangat mengkilau. Pernikahan di antara mereka benar-benar disiapkan dengan sempurna.
"Selamat datang."
Mereka membungkuk saat sang Pastur menyambut dari pintu di sebelah Selatan. Berjalan dengan jubahnya yang menjuntai sampai menyapu lantai gereja.
"Setelah orang-orang berdoa, kami telah menyiapkan segalanya, selamat untuk pernikahan kalian."
"Terima kasih."
Jongin yang berdiri di samping podium, meneliti banyaknya bunga yang mengelilingi altar itu, memberikan atensi berlebih saat sang Pastur mendekati Kyungsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Kim
RomanceDia hanyalah seorang pria yang selalu membuat kecewa. "Kim Jongin." Begitu cara Kyungsoo mengejanya. Kisah romansa di antara mereka tak berjalan dengan baik. Setelah terpisah begitu lama, Jongin tersenyum pada Kyungsoo dengan kesedihan itu. Cinta m...