Kyungsoo membuka oven, semenjak siang berlalu Jongin memintanya melakukan apapun yang diinginkannya, apapun. Dia membiarkan Kyungsoo merasa cemas seharian karena ditinggal di sebuah hunian yang lebih mewah lagi dari rumah sebelumnya, meski tidak sebesar itu.
Dia meneliti dapur, mencoba melihat apa yang bisa dilakukannya dengan beberapa bahan di kulkas, untuk ukuran pria lajang seperti Jongin, kulkas itu cukup penuh.
"Bau apa ini?"
Kyungsoo hampir menumpahkan jus jeruk yang sudah lama berdiam di kulkas, lalu memandang Jongin keluar dengan rambut berantakan dan wajah kusut.
"Kau bisa memasak ini?"
Jongin menggulung lengan kemejanya, menghampiri loyang yang berisi penuh pasta yang sengaja dibuat Kyungsoo untuk menyiapkan makan malam.
"Maaf, aku menggunakan dapurmu."
"Tak masalah, biasanya Ravi akan berisik membawa juru masak."
Jongin mengambil garpu seenaknya, melahap pasta itu tanpa piring, membuat Kyungsoo memperingatinya.
"Sial, panas sekali!"
Ponsel Jongin berdering di sakunya, dia berdiri untuk mengambil benda itu, kemudian meletakkannya di samping loyang dengan mode suara keras.
"Ya, Baekhyun?"
"Kau dimana? Aku baru saja sampai di rumah Ibumu, aku akan mengumpat sangat keras jika dalam lima menit kau tak ada di sini."
"Ada sedikit masalah yang membuatku pusing seharian. Ini juga karena ulahmu."
"Aku butuh penjelasan, kau benar-benar akan menikahi karyawanku?"
Jongin melirik Kyungsoo yang fokus mengunyah pasta itu, kemudian melanjutkan, "Ya, kurasa aku serius."
"Bagaimana bisa? Kau dengan seenak jidat memesan gaun pernikahan tanpa menjelaskan siapa pengantinnya dan aku baru tahu identitasnya setelah Ibumu memaksaku untuk membantu memilih soal dekor gedung kalian!"
"Akan aku ceritakan lebih rinci nanti, yang pasti jangan mengatakan apapun pada Ibu, atau aku akan membuatmu putus dari Chanyeol."
Panggilan itu diputus sepihak. Kyungsoo mencoba tak bereaksi, dia menahan semua itu, melihat kemana pun asal itu bukan mata Jongin yang menatapnya intens.
Ketika mereka sudah selesai makan dan duduk di sebuah kursi panjang di hadapan telivisi yang menyala canggung. Jongin memijat pelipisnya, duduk di samping wanita yang tak sepenuhnya dia kenali, juga keadaan ruang tengah itu yang sepi, hanya suara telivisi yang berada di sela-sela mereka. Kyungsoo mencoba bersuara, namun dia tak tahu harus memulainya dari mana.
Saat Kyungsoo beranjak dari duduknya, Jongin bereaksi, lalu menggapai jemari wanita itu.
"Duduklah, aku ingin mengatakan sesuatu."
Kyungsoo bergetar saat jemari itu menyentuhnya. Dia merasa sangat gugup.
"Aku mungkin takkan ada waktu untuk memikirkan apakah pilihanku menikahimu adalah hal yang tepat atau apapun itu yang kauragukan. Yang bisa kuberikan adalah keseriusanku melakukan ini. Aku hanya ingin berhenti membuat Ibuku khawatir."
"Semua terjadi terlalu cepat untukku, Jongin."
"Aku tahu itu, aku juga terpaksa melakukan ini, dan media sama sekali tak bisa kuhindari."
"Lalu, bagaimana dengan aktris itu? Apa itu tidak akan memberi masalah nantinya?"
Jongin membuka botol anggur merah di depannya, menuangnya di sebuah gelas, kemudian meneguknya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Kim
RomanceDia hanyalah seorang pria yang selalu membuat kecewa. "Kim Jongin." Begitu cara Kyungsoo mengejanya. Kisah romansa di antara mereka tak berjalan dengan baik. Setelah terpisah begitu lama, Jongin tersenyum pada Kyungsoo dengan kesedihan itu. Cinta m...