Deru mobil menjadi suara pertama yang ia dengar pagi ini. Pasti itu mobil milik Ayahnya. Lagi-lagi ayahnya berangkat pagi buta. Tapi itu tak jadi masalah bagi cowok dengan bola mata hitam pekat itu. Ia maklum.
Setelah diliriknya jam diatas nakasnya, cowok itu langsung bangkit dan menuju kamar mandi.
20 menit waktu yang dibutuhkan olehnya untuk turun menuju meja makan. Sarapan pagi sudah tersaji. Ada nasi goreng dan telur mata sapi. Tapi ia lebih memilih mengambil roti tawar, lalu ia oleskan selai coklat diatasnya. Ia kunyah sampai habis, lalu ia meminum susu coklat yang sudah disiapkan asisten rumah tangganya.
Bi Imah berjalan mendekati anak majikannya itu. Mengernyit heran saat melihat nasi goreng buatannya masih utuh.
"Nak Raka... Nasinya nggak dimakan nak?" Suara Bi Imah masuk keindra pendengaran Raka.
Zaraka Fajar Ganymede. Putra bungsu dari David Ganymede.
Pertanyaan Bi Imah hanya dibalas dengan gelengan kecil. Lalu ia melangkah menuju garasi, manaiki motor hitam kesayangannya. Dan menuju kesekolah.
Bi Imah hanya memandang anak majikannya dengan tatapan lesu. Ia sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh Raka. Dan ia juga tau alasan cowok itu bersikap begitu.
°°°
Raka sudah melangkah menuju kelasnya dengan kedua tangan ia masukan kesaku celana. Tatapannya datar seperti biasa.
Ia terkejut karena rangkulan dari belakangnya. Setelah melihat sang pelaku, ia mendengus kesal dan menyingkirkan tangan itu dari pundaknya.
"Hehehe.. Pagi Rak." Sapa si pelaku tadi tapi tak dihiraukan Raka. Raka memilih melanjutkan langkahnya lagi.
Namanya Elmanuel Adrian Gibsen. Sahabat semasa kecil Raka. El pun menyusul langkah Raka yang akan masuk kekelasnya itu. Mereka sekelas.
Suasana kelasnya ricuh seperti biasa. Ada ke-empat sahabat El dan Raka yang tengah mabar dibelakang kelas, serta Raka yang menelungkupkan wajahnya dilipatan tangan. El mendudukan dirinya disamping Raka.
"Tam... Cepet susulin gue napa. Ini udah mau mati gue." Teriak Aldi kepada Tama, yang tepat disampingnya itu.
"Ahh lo ini gara-garanya. Gue mati deh, padahal dikit lagi tadi." Kesal Aldi memukul lengan Tama yang masih berkutat dengan game diponselnya.
Tak lama kemudian Tama berdecak kesal juga karena mereka telah kalah. Aldi, Tama, Bryan, dan Radit memasukan ponselnya kesaku celana masing-masing. Lalu beranjak duduk ditempat masing-masing.
Aldi dan Radit duduk didepan Raka dan El. Sedangkan Tama dan Bryan duduk disamping bangku Raka-El.
Raka masih diposisi semula, tak menghiraukan celoteh Radit dan Aldi yang kini berdebat masalah gosip yang beredar disekolah mereka. Katanya akan ada murid pindahan dari Kanada.
"Iyha, gue liat diakun lambe turah sekolah. Cakep katanya." Kata Radit-sahabat mereka yang paling kepoan. Sampai-sampai dulu ia pernah dituduh Tama sebagai admin lambe turah sekolah.
"Wih keren. Sekolah kita bakal kedatangan cecan baru." Sahut Aldi-si paling ceria diantara mereka. Sehingga kehadirannya dapat mencairkan suasana tegang yang kadang menyerang mereka.
"Gue baru inget Rak. Si Zero, anak buah Sekala ditahan polisi. Dan mereka nuduh salah satu dari anak Betrix yang ngelaporin Zero ini." Kata El sambil menepuk punggung Raka pelan.
Raka mengepalkan tangannya kuat. Menahan emosi. Dia dan Sekala adalah teman dulunya. Tapi karena kesalah pahaman, mereka jadi musuhan.
"Nggak lama lagi anak Lion pasti datengin markas kita, Rak." Sahut Aldi.
"Kita tunggu aja." Singkat Raka.
Lalu Bu Rini selaku guru Fisika sekaligus wali kelas XII IPA I masuk kekelas. Dan pelajaran pertama di SMA Cakrawala itu dimulai.
°°
Dilain tempat, teman-teman Sekala sedang membesuk salah satu temannya, yaitu Zero. Di lapas.
"Zer, gimana keadaan lo?" Tanya Arga kepada salah satu sahabatnya itu.
"Gue nggak papa. Paling cuma seminggu doang ini gue mah. BTW Sekala mana? Nggak ikut kesini dia?" Kata Zero menenangkan temannya itu, diakhiri pertanyaan heran. Biasanya Sekala selalu ada diantara mereka ber-empat.
"Sekala lagi jemput adiknya dibandara. Dia nyuruh kita nemuin lu dulu baru kesekolah." Arya-kembaran Arga- menjawab pertanyaan Zero.
"Dedek gemes gue balik ke Indo?" Tanya Zero lagi, kali ini dengan mata berbinar. Tanda ia sangat antusias mendengar kabar ini.
Dibalas anggukan kompak si kembar. Zero merekahkan senyumnya semakin lebar. Ia jadi tak sabar keluar dari sini. Mungkin ia nanti akan menghubungi papanya untuk segera mengeluarkannya dari sini. Walaupun pasti nanti akan ada sesi wawancara yang panjang.
Pukul 9 Arga dan Arya keluar dari lapas dan langsung menuju sekolah. Mereka memang bukan murid teladan. Tak ada hari yang mereka lewatkan tanpa panggilan BK. Tentu saja si ketua juga ikut andil.
Sedangkan Sekala kini menunggu dilobi kedatangan bersama Papa dan Mamanya. Mereka sekeluarga antusias menunggunya. Karena sudah hampir satu tahun mereka tidak berjumpa.
Mata elang Sekala menangkap sosok perempuan cantik berambut panjang warna hitam legam. Perempuan itu menyeret 1 koper besar. Lantas Sekala melambaikan tangan. Sang perempuan langsung berlari kala melihat kedua orang tuanya serta kakaknya sedang melambaikan tangan.
Langsung saja ia memeluk Papanya. Orang yang paling ia rindukan. Mama yang disebelah papa pura-pura ceberut melihatnya.
"Mah, sepertinya kedatangan kita nggak diharapkan deh Ma." Seru Sekala sambil memeluk Mamanya. Lantas si perempuan yang masih dipelukan papanya itu terkekeh.
"Abang apaan sih. Sukanya jadi kompor." Katanya lalu memeluk mamanya erat-erat. "Aku rindu banget sama mama." Lanjutnya sambil mencium pipi mamanya. Mamanya terkekeh.
"Mama juga rindu banget sama kamu nak." Mamanya mengecupi seluruh wajah anak perempuan satu-satunya itu.
Setelah memeluk Sekala erat, mereka sekeluarga lantas pulang kerumah.
°°°
Haii semua...
Jangan lupa Vote dan Komen yaaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
Teen Fiction"Maaf Ayah, aku masih membenci mereka__" Sebuah luka masa kecilnya, menjadikan dirinya seseorang yang membeci lawan jenisnya. Benci. Kecewa. Dan dendam. Mengaduk menjadi satu dalam hatinya. Apakah ia akan berdamai dengan mereka? Atau malah membeci...