05. GARA-GARA ALDI

27 19 23
                                    

Naya baru saja menginjakkan kaki dikelasnya. Hari ini dia berangkat sedikit telat dari biasanya. Dan alasan telatnya ini sangat menjengkelkan. Sekala yang ngotot akan mengantarnya, padahal biasanya Naya berangkat dianter supir. Dan yang mengesalkan Sekala bangun kesiangan. Diteriaki Naya tepat dikupingnya, dia baru bangun.

Naya masih melongo didepan pintu kelas. Keadaan kelas benar-benar kacau. Meja dan kursi disingkirkan kebelakang kelas, menyisakan ruang kosong yang luas. Dan para murid kelasnya duduk lesehan dilantai sambil bersila. Didepan kelas ada Aldi, si biang kerok utama, dan El yang kini memangku gitar.

Aldi menyanyi dengan suara seadanya, diiringi petikan gitar El. Dewi, murid yang duduk tepat didepan bangkunya melambaikan tangan. Menyuruhnya segera ikut duduk lesehan. Naya menurut. Aldi yang melihat Naya duduk, lantas menghentikan nyanyiannya.

"Nay, maju sini Nay. Nyanyi bareng gue." Katanya. Naya tentu saja terkejut.

"Nggak mau. Suara gue jelek. Lo aja udah, gue nontonin." Jawab Naya.

"Udah nggak papa Nay. Suara gue juga nggak enak didenger, tapi yang laen mau tu dengerin suara fals gue." Bukan Aldi namanya kalau kalah berdebat.

Murid lainnya juga sudah menyuruh Naya untuk maju. Sambil meneriaki " Naya.. Naya.. Naya.." dengan semangat.

"Tenang Nay. Hari ini kita free, guru-guru lagi pada rapat sampek jam istirahat." Kata El, seolah bisa membaca pikiran Naya.

Naya menghembuskan napasnya kasar. Sedikit kesal dengan Aldi dan yang lainnya. Tapi akhirnya dia maju juga. Duduk disamping El, Aldi sudah duduk lesehan bareng murid lain.

"Lagu apa Nay?" Tanya El kepada gadis cantik dengan rambut panjang terurai disampingnya kini. Naya berpikir sejenak. "Lagu indo aja Nay. Gue nggak bisa basa enggres." El nyeletuk memperingati Naya.

"Dewa-kangen, lo bisa nggak?" Setelah berpikir sejenak Naya bertanya ke El. Dia tidak terlalu tahu lagu lokal terbaru. Ia hanya tau lagu-lagu lawas. Karena dia penikmat lagu lawas.

El mengangguk. Dan mulai memetik gitarnya. Naya mulai bernyanyi.

'Kuterima suratmu, telah kubaca dan aku mengerti.
Betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku.
Di dalam hari-harimu, bersama lagi.'

Raka yang tadinya tiduran dibarisan paling belakang, terduduk. Menatap depan, lebih tepatnya menatap gadis yang akhir-akhir ini dengan tidak sopannya berkeliaran dipikirannya.

'Kau tanyakan padaku, "Kapan aku akan kembali lagi?"
Katamu kau tak kuasa melawan gejolak di dalam dada.
Yang membara menahan rasa pertemuan kita nanti.
Saat bersama dirimu....'

Seluruh murid IPA 1 terhanyut lagu dan suara lembut nan merdu milik Naya. Aldi bahkan merekam dengan hp nya.

'Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya.
Menahan rasa ingin jumpa.
Percayalah padaku aku pun rindu kamu, ku akan pulang.
Melepas semua kerinduan yang terpendam.'

El ikut bernyanyi kala reff. Naya tersenyum menatap El.

Sungguh... Senyum Naya membuat jantung lelaki dibarisan belakang berdetak cepat. Ia membeci ini semua. Tapi hati kecilnya seolah nyaman.

'Kau tuliskan padaku kata cinta yang manis dalam suratmu.
Kau katakan padaku saat ini kuingin hangat pelukmu.
Dan belai lembut kasihmu...
Takkan kulupa selamanya saat kau ada di sisiku.

Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya.
Menahan rasa ingin jumpa.
Percayalah padaku aku pun rindu kamu, ku akan pulang.
Melepas semua kerinduan yang terpendam....'

Naya menuntaskan lagunya. Tepuk tangan menggema dikelas mereka. Tanpa Naya sadari sedari tadi didepan kelas banyak kepala yang masuk kedalam jendela kelas mereka yang terbuka. Yang diluar juga ikut bertepuk tangan.

Naya tersenyum canggung melihat sekitarnya. Kala ia menatap lelaki yang masih mengenakan hoodie navy-nya, ia sedikit terkejut. Laki-laki itu tengah tersenyum tipis kearahnya, sangat tipis. Dengan tatapan lurus kearahnya.

Mata mereka bertemu, saling pandang hingga beberapa detik. Hingga Naya memutus kontak mata tersebut karena suara Jessy dan Karina yang berteriak didepan kelas memanggil namanya- berusaha  mengalahkan gemuruh suara siswa lainnya.

Jessy dan Karina mengajaknya kekantin. Naya nyuruh mereka duluan saja, nanti dia mengusul.

"Lo boong Nay. Kata lo suara lo jelek." Sunggut Aldi saat disamping Naya. Mereka tengah mengatur meja dan kursi kembali ketempat masing-masing. Naya hanya menanggapi dengan senyuman.

"Gue kekantin dulu ya semuaa..." Pamitnya melambaikan tangan kearah Aldi, Tama, Radit, Bryan, El, dan Raka.

"Lo belom sarapan Nay?" Teriak Radit, karena Naya sudah sampai ambang pintu. Gadis itu menghentikan lari kecilnya. Menoleh kearah mereka.

"Belom. Tadi Bang Sekala bangun kesiangan, terus gue rusuhin. Jadinya nggak sempet sarapan."

Setelah menjawab pertanyaan Radit, Naya kembali berlari kecil. Meninggalkan keenam pria yang menatapnya sedikit canggung.

"Gila.. Gue masih speechless Naya adek musuh kita." Gumam Bryan, diangguki teman-temannya. Kecuali Raka tentu saja.

"Dan sekarang malah jadi temen kita. Takdir beneran suka becanda ya?" Aldi menyahuti gumaman Bryan.

Raka beranjak berdiri dan melangkah meninggalkan teman-temannya. Mengabaikan teriakan Tama dan Aldi yang menanyakan dia kemana. Merasa diabaikan Raka seperti biasa, mereka juga ikut beranjak dan mengikuti bos nya.

Ternyata Raka pergi kehalaman belakang sekolah. Merebahkan diri direrumputan yang dipangkas rapi. Diikuti teman-temannya yang lain. Mereka juga ikut merebah disamping Raka.

"Kalo jalan jangan sendirian." Kata pertama yang diucapkan lelaki yang kini masih mengenakan hoodie navy itu. Benar-benar ini kata pertama yang terucap dari bibirnya hari ini. "Anak Lion mau bergerak ngabisin kita." Lanjutnya lagi.

Teman-teman nya mengiyakan ucapan sang ketua. Mereka memejamkan mata. Hanya berdiam diri selama 1 jam. Aldi ketiduran saking sunyinya, anak satu itu memang pada dasarnya tidak bisa diam kalau dia sadar. Pasti ada aja ulahnya.

Sebenarnya Raka sangat bersyukur punya teman seperti mereka. Selalu ada disampingnya walau sering kali diacuhkan olehnya. Padahal Aldi, Radit, Bryan, dan Tama sama sekali tidak tau alasan dibalik sikapnya. Ia tidak pernah menceritakan masa lalunya kepada mereka. Dan mereka tidak mendesak Raka untuk memberitahu.

Dulu awal-awal mereka bersahabat, seringkali Radit dan Aldi uring-uringan karena sikap cuek Raka. Dan sebagai penyambung mereka semua, El berkata pelan kepada Aldi, Radit, Tama, dan Bryan, "Jangan tinggalin Raka ya? Dia butuh kita. Dia sangat butuh dukungan kita."

Setelah Elmanuel berucap seperti itu, mereka berempat tak pernah lagi uring-uringan. Dan mereka tak pernah sekalipun bertanya maksud ucapan El waktu itu. Tugas mereka hanya selalu ada disamping Raka. Itu sudah cukup.

Saat bel istirahat berdentang, mereka berenam beranjak kekantin untuk isi daya.

Sisa hari berjalan normal disekolah itu. Kelas 12 sibuk belajar mempersiapkan ujian nasional dan segala tetek-bengeknya. Bulan depan meraka sudah mulai ujian Try Out.

🐭🐭🐭


Tbc.....
Jangan lupa vote dan komennya kawan😚

Hmm.. Mau dikasih visual nggak bestie??

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang