q

7K 909 129
                                    

"Apa dia hantu?! Huh, aku jadi merinding."

Nono hanya melihat Haechan yang terus saja berceloteh. Berjalan kesana kemari lalu sesaat ia berpose seolah sedang berfikir.

"Ini sangat menakutkan! Bagaimana ia tau alamat ku?!"

Haechan berucap keras didepan muka Nono. Hingga sebagian air liurnya muncrat mengenai kulit wajah Nono.

"Nchan jangan teriak teriak! Liurnya muncrat ih!" Balas Nono berteriak.

Haechan tak menghiraukan ucapan Nono dan langsung berjalan menuju kamarnya, Seraya berfikir tentang bagaimana pria yang mengaku dirinya pemilik kucing yang ia temukan tadi bisa tau alamatnya.

Bagaimana bisa??

Ini sangat tidak masuk akal!

Tadi saat ia teringat untuk menanyakan dari mana ia tahu alamatnya. Tiba tiba saja pria itu sudah hilang bersama si kucing.

Kan Haechan jadi takut. Jangan-jangan yang ia bawa kemarin adalah arwah kucing. Dan pria bernama Na Jaemin yang mengaku sebagai pemilik juga merupakan arwah, makanya ia tau alamat Haechan.

Untuk kesekian kalinya Haechan bergidik ngeri memikirkannya. Ia akan berfikir lagi nanti setelah mandi. Karena pagi ini ia berencana keluar mengajak Nono jalan jalan.


🐶🐶🐶


Di sepanjang jalan Nono terus bergumam "wow" atau "wah" dengan ekspresi takjub.

Haechan dan Nono berjalan beriringan dengan bergandengan tangan. Alasannya, supaya Nono tidak hilang nanti.

Haechan membawa Nono ke pameran seni. Disana mereka disuguhi berbagai karya seni mulai dari lukisan, kerajinan tangan, sampai pertunjukan musik.

"Nono, apa kau mau ini?" Tanya Haechan dengan memegang sebuah kalung berbandul busur.

Nono mengamati benda itu dnegan seksama lalu mengalihkan pandangannya pada Haechan.

"Aku memakai itu?" Tanya Nono.

"Tentu saja! Tapi itu jika kau mau, aku akan membelikannya untukmu." Haechan tersenyum manis setelah mengucapkannya.

"Tapi aku ingin yang sepasang dengan Nchan."

"Ini sepasang, lihatlah. Kau akan memakai yang ini, dan aku yang ini." Ucapnya seraya menunjukan kalung berbandul busur yang ditangan kanannya untuk Nono. Sedangkan ditangan kirinya kalung berbandul anak panah untuk Haechan.

Lalu Nono mengangguk angguk menyetujui ucapan Haechan.

Si manis pun tersenyum dan langung mendekati pemilik kedai untuk membayar dua kalung sepasang tersebut.

"Hehe kemarilah, aku akan pakaikan."

Haechan sedikit mendongak untuk memasangkan kalung itu dileher Nono. Karena memang tinggi mereka yang berbeda.

Tanpa mereka sadari, keduanya menjadi tontonan beberapa orang disana. Terutama ketiga gadis yang menonton tanpa berkedip.

Katanya 'ini sangat sayang untuk dilewatkan'.

Saat Haechan sedang serius mengaitkan kalung tersebut tiba-tiba Nono mengecup dahinya.

Cup.

dog?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang