Part 20 - Telponan

60.8K 1.3K 1
                                        

"Iya, tapi nanti kamu janji ya bakal ajak aku ke tempat komunitas buku komik kamu." ucap Cleo penuh harap.

"Oke sayang, nanti kalo udah ada jadwal kumpul bareng, pasti aku kabarin kamu." jawab Bimo, saat ini mereka lagi telponan via WhatsApp, dengan Cleo yang lagi rebahan di kamarnya, sambil maskeran.

"Siap bosque!" ucap Cleo dengan semangat mengebu-gebu.

"Udah malem, tidur gih."

"Emang kamu udah ngantuk? Baru juga jam setengah sembilan." tanya Cleo keheranan, biasanya juga mereka telponan berjam-jam lamanya.
Tumben banget baru 40 menit, udah mau udahan aja pikirnya.

"Nggak ngatuk sih, cuma ada tugas dari pak Muharni buat skala tentang permukaan lapisan tanah, besok kumpul." suara Bimo sedikit jauhan dari ponselnya, lantaran dia lagi sibuk mencari beberapa alat tulis di dalam laci meja belajarnya.

"Eh? Lupa, yang anak kesayangan pak Murhani di sekolah mah beda." ucap Cleo terkikik geli.

"Yoi dong, nggak kayak kamu yang hampir setiap hari senin dihukum, munggutin sampah karena selalu telat saat upacara." bales Bimo, terbahak.

"Yaampun, jangan dibahas lagi kenapa sih, kan akhir-akhir ini aku udah jarang telat, udah semagat bangun pagi, ada ayang soalnya yang anter jemput ke sekolah setiap hari." jawab Cleo, terkekeh.

"Alesan aja kamu."

"Ih! Nggak percaya, emang aku berubah karena kamu kok." genit Cleo, masih terkikik.

"Ya, ya, ya, serah kamu, cewek mah nggak pernah salah, selalu bener." sebel Bimo, masih berkutat dengan tugas, mengambar dibuku tulisnya.

"Kamu kayaknya sibuk banget, suara kamu mengecil makin kesini." heran Cleo sambil mulai membersihkan maskernya yang sudah mengering, masker Vienna, peel off mask.

"Iya, ini lagi nulis sekalian gambar-gambar." jawab Bimo masih sibuk dengan tugasnya.

"Ya udah, aku tutup ya, aku mau lanjut baca novel terbaru aku." ucap Cleo mulai mengingat novel barunya, yang berjudul Ease.

"Baca novel mulu, baca buku pelajaran kek sekali-sekali." nasehat Bimo mendengus, gadisnya emang pencinta novel sama sepertinya yang suka banget sama komik.

"Baik tuanku." jawab Cleo sambil mengejek.

"Huh!"

"Bye sayang!"

"Bye!"

Tut!

"Huft, laper mau ngemil sambil baca ah!" monolog Cleo sambil turun dari ranjang mengambil beberapa bungkus cemilan yang ada di samping lemari kamarnya. Di kamar Cleo memang ada beberapa keranjang cemilan pemberian Bimo saat menembaknya dulu.

Ada begitu banyak makanan ringan, yang dominan coklat dan keju, karena Cleo sangat suka makanan manis, dan ada kulkas mini juga, tempat biasanya ia menyimpan susu kotaknya. Semua itu pemberian Bimo, dari Boneka sampai berkeranjang-ranjang cemilan tersebut.

Menginggat itu, membuat Cleo merona, tak menyangka Bimo yang cuek bisa semanis itu. Setelah mendapatkan cemilan kesukaannya, Cleo mulai lanjut membaca bagian demi bagian novel barunya.

Mulai dari adegan saat Thalita dan Reinald yang meminum, minuman kaleng yang sudah di beri obat perangsang oleh pereman-pereman yang mengganggu Thalita, membuat gairah mereka berdua bergejolak, ingin di salurkan.

Semakin kuat mereka menahan gairah tersebut, semakin mengebu-gebu hasratnya.

Hingga mereka memilih menyerah dan kalah oleh gairah tersebut.

Malam itu, dua anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas melakukan hubungan intim.

Suara Thalita yang begitu lembut saat menyebut namanya membuat Reinald tak tahan dan tak bisa menolak dan mulai menyentuh semua yang ada di tubuh Thalita tanpa terkecuali.

Wow!

Keren!

Kagum Cleo takjub, terus membaca, semakin lama, semakin seru. Cleo hanyut dalam bacaanya hingga jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Hoam!"

Karena mulai mengantuk, Cleo menutup novelnya dan tak lupa memberi pembatas pada bacaanya, untuk dilanjutkan lagi besok. Memejamkan mata dan mulai berpetualang di alam mimpinya.

**

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang