"yak, bagus! good job!"
"anjing!" pemuda berbadan kekar itu mengumpat pelan sesaat setelah sutradara menghentikan sesi syuting mereka.
sementara gadis yang lebih pendek di hadapannya tak mampu menahan tawa. wajah putihnya langsung memerah karena tawanya benar-benar pecah. bahkan, gadis itu sampai berjongkok sambil memegangi perut.
"lo ngapain sih?!" tanya pemuda itu, tak suka.
"ngetawain lo lah. anjir hebat banget gue sepanjang take bisa nahan ga ketawa." gadis itu kini sudah kembali berdiri. masih dengan sisa tawa, tangan kanannya bergerak mengusap air mata yang keluar akibat terlalu banyak tertawa.
"aww!" satu jitakan tidak terlalu keras dari si pemuda membuat gadis itu meringis. "sakit, jeee!"
tak lama, tangan si pemuda kembali terulur ke arah kepala si gadis. mengusap pelan bagian kepala yang sempat ia jitak tadi. "lo ngeselin."
gadis itu berjalan ke arah sudut lain ruangan. berhenti di sebuah meja dengan tempat duduk yang saling berhadapan. si pemuda mengikuti.
"tapi asli lo mirip kak seto gue liat liat."
pemuda itu berdecak sebal. "emang gue penyayang anak-anak kaya kak seto."
"rambut lo, jevian."
"sifatnya juga. lo ngga pernah liat aja gue sesayang apa sama anak-anak. belom aja gue tunjukin sifat kebapakan gue. kalo mau liat ntar deh kita bikin dulu." ujar jevian dengan entengnya.
"gue tonjok ya lo." gadis di hadapannya berujar sembari memberi gestur mengepalkan tangan. benar-benar siap akan memukul jevian kapan saja.
jevian malah tertawa. "kalo dipikir-pikir bego juga gue mau ngambil peran ngga jelas gini."
"emang idup lo ngga jelas."
"widih dora kok ngga sama boots?" suara lain yang datang menghentikan pembicaraan jevian dan winda.
empat orang pemuda datang dan langsung bergabung dengan mereka. empat orang itu juga baru menyelesaikan sesi syuting di tempat terpisah.
"anjing! katain aja terus."
"ngomong kasar mulu. ada mark sama echan juga, ngajarin tuh yang bener." winda menoyor pelan kepala jevian, membuat empunya langsung menekuk bibir.
"marahin aja kak, masa aku sama bang mark suka diajarin ngga bener sama bang jeje. dikasih link link gitu, disuruh nonton." erlangga chandra atau yang lebih sering dipanggil dengan echan itu malah mengompori.
"heh itu kerjaan yudha bukan gue!" jevian membela diri.
"enak aja! kita berdua ya." yudha tak mau kalah.
"kalian berdua sama aja. ngga waras." ujar winda.
"tapi asli sih gue harus banget kasih standing aplause ke winda karena bisa nahan ketawa selama take." ujar pemuda dengan postur paling tinggi. johnny. ia malah kembali membawa topik tentang jevian dan perannya sebagai pemuda culun dengan rambut mirip dora.
"kalo gue sih udah pasti guling guling di lantai." sambung yudha.
"kalian ngga liat aja gue ngakak ngga berhenti-berhenti abis selesai take."
jevian semakin merengut. "halah kalo gue ngga lagi dandan begini aja lo terpesona sama gue kan? ngaku aja!"
"nih, ngomong sama tangan gue."
"ciri-ciri orang salting tuh kaya gini nih."
"lo berdua mending kawin aja deh. gue pengen liat anak lo berdua bakal kaya gimana." johnny tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
our playlist
Historia Cortaevery song has its own story. (stories collections for jaedy)