almost is never enough (ii)

498 97 12
                                    


"kak winda liat powerbankku ngga?"

"kak? belom bangun ya?" mark berdiri di depan pintu berwarna putih itu cukup lama. tidak ada balasan sama sekali sejak tadi.

"kak winda? aku masuk ya?"

ketika pintu itu terbuka, hal pertama yang mark lihat adalah dua orang yang saling berpelukan di atas kasur.

"YA TUHAN!" mark reflek menutup mulut.

suaranya yang cukup keras tadi untungnya tidak mengusik dua orang yang sedang terlelap di sana. mark membeku selama beberapa saat. terkejut.

setelah mengembalikan kesadarannya, cowok itu berjalan pelan mendekat ke arah ranjang. matanya memicing. melihat dua orang di sana masih sama-sama berpakaian lengkap, ia menghela napas lega.

mark kembali mundur perlahan. membuka pintu dan memutuskan untuk keluar lagi. ia tidak ingin tertangkap basah berada di sana dan berakhir canggung.

"mereka ngapain?" mark menggelengkan kepala beberapa kali. "bukan urusan gue sih. tapi... anjing juga bang jeje kalo sampe berani apa-apain kak winda."

"astaga! Tuhan, maaf pagi-pagi udah ngomong kasar. tapi... mungkin ngga sih bang jeje begitu?"

mark menoleh lagi ke arah pintu yang tertutup di belakangnya. namun atensinya pada pintu itu tak berlangsung lama ketika ia teringat jika harus berangkat ke kampus sekarang juga.

"udahlah." mark dengan berat hati meninggalkan tempat itu.

- almost is never enough -

jevian menggeliat pelan mendengar suara berisik dari meja seberang tempat tidur. matanya terbuka perlahan. hal pertama yang ia lihat pagi ini adalah wajah tenang winda yang masih terlelap di sebelahnya. ia terpaku selama beberapa saat ketika menyadari posisinya yang memeluk tubuh winda, dan winda yang juga memeluknya.

namun suara berisik yang berasal dari ponsel itu kembali menarik jevian untuk sadar. pria itu beringsut perlahan melepas pelukannya pada tubuh winda. tidak ingin membangunkan gadis itu.

"jev, lo di mana sih? 30 menit lagi lo udah harus take. lo ngga lupa kan?"

jevian memijat pangkal hidungnya mendengar omelan sang manager dari seberang.

"iya." jawabnya, dengan suara serak.

"astaga jev, lo baru bangun?!"

"ngga usah ngomel. gue siap-siap sekarang." jevian menutup sambungan telepon itu secara sepihak. menghela napas.

hari ini ia memang ada jadwal syuting dengan salah satu brand fashion.

jevian kembali menoleh ke arah winda. ternyata perempuan itu sudah terbangun, menatapnya dengan wajah sayu.

"harusnya semalem lo ngga usah nganterin gue, je."

"ssst. ngomong sekali lagi gue cium lo, kak."

winda merengut. "gue tonjok lo."

jevian mengerutkan dahi mendengar suara winda yang sedikit berbeda. wajahnya pun terlihat pucat.

"kak, lo sakit?" jevian mendaratkan telapak tangannya di dahi dan pipi winda. suhu tubuh perempuan itu terasa lebih panas dari manusia pada umumnya. "badan lo panas."

our playlistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang