|•KESEMBILAN•|

7 0 0
                                    

Cma mau ngingetin jangan lupa makan yh brosis. Minumnya g ush g prlu jga. Nah kan, hehe. Buset baik bet gw mskipun gada yg di smngatin dan nyemangatin. Mwah:>

HAPPY READING✓

Sesampainya di depan kamar Daniel gadis itu mengetuk pintu terlebih dahulu, "Bang Daniel!" Panggil gadis itu.

"Apa?" Terdengar suara serak-serak dari dalam kamar khas orang baru bangun tidur.

Tanpa menunggu persetujuan Dila langsung masuk ke kamarnya sang Abang, dan melihat Daniel masih di atas ranjang.

"Abang! Di panggil sama Bunda makan malam." Ungkap Gadis itu sembari duduk di tepi ranjang sang Abang.

"Duluan aja." Sahut Daniel.

"Loh ko? Ntar di marahin sama Bunda sama Ayah loh!" Tukas gadis itu mengacungkan jarinya ke depan.

"Kamu nggak liat ini muka kek gimana hm." Daniel menunjukan wajahnya memperlihatkan beberapa lebam disana.

Dila baru menyadari itu, gadis itu mengangguk pelan tanda paham. "Terus gimana? Nggak makan?"

"Bawain aja ke kamar, bilang ke Bunda sama Ayah kalau Abang nggak mau keluar kamar, capek." Daniel mengubah posisinya menjadi membelakangi Dila yang masih setiap menatap Daniel.

"Yaudah, bentar yah! Dila mau ngambilin makanannya." Ucap Dila pelan, langkahnya bergerak menuju keluar kamar.

Sesampainya di meja makan matanya membulat sempurna ketika melihat seseorang yang sangat familiar duduk manis sembari senyum ke arah keluarganya, bersama Pria dan juga Wanita yang sepertinya adalah pasangan suami istri.

Langkahnya mulai ragu untuk menuju ke arah meja makan, secara kan disana ada seorang Vano Dirgantara. Tapi, ia juga harus mengambilkan makan untuk Abangnya karena ia tidak ingin Abangnya menahan lapar apalagi dalam keadaan yang seperti tadi.

Dengan langkah pasti Gadis itu mulai berjalan menuju ke meja makan. Semua pasang mata langsung terfokus ke arahnya, penampilan rambut di kuncir acak-acakan, baju kaos hitam dan juga celana pendek jeans tidak mengurangi kecantikan Gadis itu.

"Sayang, Abang kamu mana, Nak?" Tanya Kiana yang sibuk menyiapkan sayuran di meja itu di bantu oleh beberapa Asisten Rumah Tangga.

Mata Dila menatap Vano sekejab yang ternyata tengah memandanginya, lalu matanya kembali fokus ke depan menghadap sang Bunda.

"Capek katanya Bun, pengen istrahat dulu. Tapi, Dila bakal bawain dia makanan." Ungkap Dila, ia mengambil piring dan menyendokan nasi dan lauk untuk di bawa ke kamar Daniel.

"Iya sayang, lagipula Abangmu juga banyak tugas kampus jadi wajar. Nanti Kamu balik ke sini lagi yah." Dila mengangguk tak lupa juga dengan senyum paksa miliknya, sebenarnya ia berat untuk kembali karena ada Vano. Tapi, ia tidak bisa menolak perintah Bundanya.

Gadis itu berjalan menuju kamar Daniel. Sesampainya di dalam, ia melihat Daniel sudah duduk di tepi ranjang miliknya.

"Bang!"

"Hm" sahut Daniel berdehem.

"Ada Vano, Bang. Dia ponakan temen Ayah ternyata dan--dia lagi makan malam bersama di bawah." Adu Dila antusias.

Mata Daniel tiba-tiba menatap Dila serius, pandangan yang tadinya fokus ke hp teralihkan dengan cepat ke Adiknya itu.

"Apa?!" Pekik Daniel membuat Dila kaget.

"Iya Bang! Dia di bawah. Terus Bunda nyuruh Dila turun buat makan malam bersama," ungkap Gadis itu setengah cemas. Yah, bagaimana pun ia tetap cemas jika bertemu dengan Vano.

REVANDILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang