Say hello for me?:)
Hiks gada ya, gw cma ngingetin Jan lupa makan. Btw g ush mnum gada gunanya. Kan baik bet gw smpe ke part ini gw ingetin Klian makan g si?🤧_____________
HAPPY READING✓
______________Satu
Dua
Tiga
BRAK!!
Suara pintu yang terbuka paksa akibat dobrakan beberapa remaja. Mereka berhasil membuat pintu gudang rusak. Namun, siapa peduli?
Mata Daniel langsung menyusur luas ruang gudang berharap menemukan Dila sang Adik. Bukan hanya Daniel, tapi yang lain pun ikut masuk dan meluaskan pandangan mereka berharap menemukan yang mereka cari.
"DILA! YA ALLAH!" Pekik Ratu kala melihat tubuh Dila yang terkulai lemas di atas lantai berdebu. Tepatnya di samping lemari buku yang sudah tua.
"Ya ampun, Dila!" Teriak panik dari Raisa.
Sontak semuanya berlari menuju ke arah Dila, raut panik tak berhenti terpancar di wajah mereka satu-persatu. Apalagi saat Ratu membalikan tubuh Dila dan memperlihatkan ujung dahi gadis itu yang bercak sedikit darah segar serta lebam, bukan hanya ujung dahi tapi sudut bibir juga sama.
"Bawa ke rumah sakit!" Ujar Revan. Daniel mengangguk mengiyakan.
Daniel yang sudah menggendong Dila ala bridalstyle mempercepat langkahnya menuju mobil.
Saat ini mereka sudah berada di rumah sakit, yang lain duduk di kursi depan ruangan tempat Dila di tangani. Daniel melihat remaja yang berada dengannya, mereka tampak kelelahan sampai harus duduk di lantai karena tak cukup oleh kursi.
Teman Revan yang lain sudah pulang, hanya menyisahkan Revan, Satya, dan juga Reyhan. Sedangkan Ratu, Raisa, Dinda, Razka, Derry dan juga Satya teman sekelas mereka tetap berada di tempat dan tidak berniat untuk beranjak.
Sekilas info, nama Satya ada dua. Satya Gabino Arthur, pacar Ratu Felisha dan juga Satya Leonard, teman sekelas Dila sekaligus teman akrab Razka dan juga Derry.
"Kalau kalian udah capek, kalian bisa pulang. Jangan maksain entar kalian yang sakit. Kasian juga orang tua kalian nungguin kalian apalagi ini udah sore." Suara Daniel yang terkesan datar berhasil membuyarkan lamunan para remaja di depannya.
Revan tersenyum kecut kala mendengar kata 'orang tua'. Tidak ada siapa-siapa di rumahnya, jadi dia bebas untuk kemana saja bahkan harus menunggu Dila. Mungkin yang saat ini khawatir dengannya adalah salah satu Asisten Rumah Tangga di rumahnya, yaitu Bi Lyla.
"Nggak ada yang nungguin gue. Jadi ... Gue nggak apa-apa nungguin Dila disini." Ucap Revan masih dengan tersenyum pahit yang terpampang samar-samar di bibirnya.
Memory Daniel memutar saat mengingat penjelasan Ayahnya tempo hari. Daniel mengangguk pelan, ia lupa bahwa kedua orang tua Revan tidak di rumah.
"Nggak bro! Lo capek banget, kita pulang dulu, gue nggak mau Lo sakit." Bujuk Reyhan prihatin. Revan tampak acak-acakan hari ini.
"Gue gpp, Rey." Jawab Revan pelan tanpa memalingkan tatapannya dari lantai. Padahal sudah jelas pemuda itu kelelahan.
"Gue tau Lo khawatir, Van. Tapi Lo juga harus mikirin diri Lo sendiri. Jangan egois! Lo juga butuh istrahat. Bokap sama nyokap Lo emang nggak ada di rumah, tapi Lo harus mikirin gimana khawatirnya Bi Lyla saat ini, sepulang skolah Lo nggak pulang di rumah." Revan menoleh ke samping tempat Satya Gabino duduk. Yah! Ucapan Satya membuat Revan sadar bahwa masih ada tempat dan alasan untuknya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANDILA
Random⚠️WARNING!⚠️ |•FOLLOW DULU BARU BACA! |•Mengandung unsur kata-kata Kasar |•Mengandung unsur kebaperan |•Mengandung tindak kekerasan |•Mengandung unsur dewasa +18 |•BIJAK DALAM MEMBACA DI PERLUKAN! |•NO PLAGIAT! ~o0o~ "Gue nyerah Dil, nggak kuat." "M...