|•KESEBELAS•|

5 0 0
                                    

Jangan lupa makan yah brosis. G USH mnum ingat! Gada gunanya hm.

Btw itu yg baca atau yang nydar doang BSA vote ga. Sedekah mwehe wkwkwk. Ah elah! Gni amat y.

Tiba-tiba Dila menundukkan Revan menggunakan tangannya, tapi kepela Revan malah menyentuh meja bundar hingga menimbulkan bunyi.

"Kenapa si?" Tanya Revan bingung, ia menatap Gadis di depannya bingung. Tangan sebelahnya mengusap-usap kepalanya yang sakit akibat menyentuh meja karena Dila menundukkan kepalanya dengan kasar.

"Hust!" Ungkap Dila, mata indahnya mengisyaratkan untuk jangan berbicara dulu.

Sekitar dua menit mereka merunduk di meja bundar, keduanya mengangkat pandangan karena pesanan mereka sudah datang. Orang-orang yang duduk di sekitaran mereka memandang aneh pada keduanya, karena setelah itu mereka menunduk lagi.

"Ada apa si?" Tanya Revan mulai kesal.

"Tuh!" Dila menunjuk salah satu meja yang di duduki dua orang Cowok yang tak asing bagi mereka.

"Laskar? Vano? Ngapain mereka?" Revan mengerutkan dahinya. Yah! Yang mereka lihat adalah Laskar dan juga Vano yang duduk sekitar tiga meja dari meja mereka.

"Nanya ke siapa Lo?"

"Ke Lo lah, masa mereka." Timpal Revan.

"Sinting Lo ya! Lo pikir gue malaikat Izrail pencabut nyawa yang bisa Deket sama mereka terus tau apa tujuan mereka kesini tanpa sepetahuan mereka, hm!" Ujar Dila setengah berbisik, takut jika orang-orang yang mereka intai mengetahui keberadaan mereka.

"Eh bentar!" Dila tampak berpikir.

"Apa?"

"Malaikat pencabut nyawa ... Izrail atau israfil?" Tanya Dila, tangan sebelahnya memegang dagunya nampak berpikir dan kebingungan bercampur.

"Berapa tahun Lo sekolah, itu aja nggak tau!" Ketus Revan menyalahkan.

Alis Dila sebelah naik, "emang Lo tau?" Tanya Dila.

Revan menggeleng cepat menatap Dila, "enggak!" Jawab Revan.

"Stres!" Timpal Dila. Ya, nyatanya Revan juga tidak mengetahuinya.

"Namanya kembar, jadi bingung." Jawab Revan santai. Keduanya sudah lupa dengan dua orang cowok yang duduk tak jauh dari mereka. Sebenarnya Revan seorang yang jenius, pertanyaan Dila mudah bagi kita 'kan? Hanya saja, Revan selalu telat atau sedikit tahu saja tentang pelajaran pendidikan agama. Entah karena dia bodoh dalam agama, atau karena banyak dosa. Entahlah? Jangan ikut mikir, entar sakit, mental.

"Ngapain mereka disini?" Tanya Vano. Ya! Vano dan juga Laskar sudah mengetahui keberadaan Revan dan juga Dila.

"Kayaknya mereka ngikutin kita, Van." Ungkap Laskar.

"Kita samperin mereka!" Tegas Vano. Lalu, keduanya langsung menuju tempat di mana Dila dan Revan duduk.

"Anj! Rev, mereka kesini." Bisik Dila, karena melihat Vano dan juga Laskar menuju ke arah mereka.

"Hm" dehem Revan, entah itu respon apa.

"Kalian bedua ngikutin kita?" Tanya Vano to the point.

"Hah? Kurang kerjaan banget gue sama Revan ngikutin kalian," jawab Dila santai. Sungguh! Tidak ada rasa takut lagi untuk Vano, entah kemana rasa takut dan panik itu.

"Tapi gue curiga sama kalian," ucap Laskar, keduanya tangannya bersilang di dada.

Dila mendengus kemudian senyum manis terbit di bibir tipisnya. "Seharusnya gue yang curiga sama kalian!"

REVANDILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang