Bekal Misterius

3.5K 382 40
                                    

PAGI-pagi sekitar jam 7 Raisa udah ribet sama buku-bukunya yang semalem belum dia siapin di dalam totebag. Jadilah sekarang dia kudu masuk-masukin semua buku tebal tentang perdokterannya ke dalam totebag hitamnya.

Riuna udah nangkring di pintu kamarnya Raisa, soalnya adiknya itu pengen nebeng. Mereka berdua sama-sama ada kelas pagi.

Riuna menghentak-hentakan kakinya yang terbalut converse merah. "Teh, cepet ih! Gue telat nehhh!"

"Iya ih bentar napa!" Raisa makin ribet tuh karena diburu-buru sama Riuna.

Riuna bolak-balik ngeliatin jam tangannya. "ASTAGFIRULLAH TEH UDAH JAM 7 LEWAT LIMA BELAS MENIT!"

"GAK USAH TERIAK GUE GAK BUDEG!!!"

"Yaudah atuh cepet ih maneh mah kabiasaan sih lain diasupkeun heula bukuna ti kamari." (Elu mah kebiasaan sih bukannya dimasukin dulu dari kemaren)

"Aing ketiduran, namanya ge manusia. Aing perhatikeun ti tadi, maneh teh nyalahkeun aing wae." (Gue ketiduran, namanya juga manusia. Gue perhatiin dari tadi, elo tuh nyalahin gue mulu)

"Enya emang atuh sia nu salah." (Iya atuh elu yang salah)

"MANEH TEH NAHA SIA SIA KA AING??? AING TEH TETEH MANEH!" ((Elu teh kenapa sia sia (bahasa kasar banget) ke gua??? Gue tuh Kakak elu))

Yak sundanya keluar. Walaupun dua barudak ini lahir di Australia, tapi darahnya masih sunda pisan. Jadi, jangan heran kalo kedepannya bakalan makin susundaan.

"Udah, ayo!" Raisa keluar dari kamar kosannya terus ngunci pintu kamarnya dua kali.

Mereka jalan berduaan sambil memasang muka masam. Ya namanya juga abis berantem kan. Walau gitu, mereka tetep jalan sebelahan.

Saat turun tangga, mereka ketemu sama Yumna yang menaiki tangga dengan lemas, mukanya juga udah demek banget. Asli, kayak belum tidur seminggu.

Raisa akhirnya nyentuh lengan Yumna. "Yum, lu teh kenapa?"

Yumna naikin kacamatanya, "Lo tau lah gue kenapa."

"Teteh abis pulang dari kumpulan HIMA lagi?"

Yumna mukul bahu Riuna dua kali secara pelan. "Ini nih baru Adek kesayangan gue."

"Ya Allah Yum, istigfar maneh. Inget umur, jangan diforsir ah!"

"Iya iya! Sana lu pada berangkat."

Raisa langsung sadar, mereka nggak boleh leha-leha kayak gini. "OH IYA! AYO RIU!" Cewek itu langsung narik pergelangan tangan Riuna.

"Duluan, ya, Teh! Kalo hari ini gak ada kelas, Teteh tidur aja seharian!!!" teriak Riuna kala tangannya ditarik sama Raisa.

"SEMANGAT BU DOKTER BU DOKTER KESAYANGANKU!"

Raisa sama Riuna udah ada di parkiran Kostan Kembang. Tapi, tiba-tiba Pak Jewaypi alias Satpam yang ngejaga Kostan Kembang dengan baik seperti ia menjaga kedelai hitam khas Indonesia, manggilin nama Raisa.

"Neng Raisa, Neng Raisa!" panggil Pak Jeway sambil lari-lari kecil dari posnya sampe parkiran.

Raisa yang udah buka pintu mobil terpaksa nutup pintu itu lagi, "Eh, iya kenapa Pak?"

"Ini ada kiriman makanan," ujar Pak Jeway sambil ngasihin seperangkat alat makan yang dibungkus rapi menggunakan tas.

"Dari siapa, ya, Pak?"

"Nggak tau saya juga, Neng. Tadi yang nganterin juga ojol. Terus ada bacaannya 'To. Raisa' gitu. Berarti punya si Eneng ini."

Raisa masih belum nerima barang itu, "Emm, tapi saya nggak mesen makanan deh Pak."

To. RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang