Bogor dan Manusianya

1K 207 13
                                    

SETELAH selesai mengunjungi makam Almarhumah Mama Shalom, Raisa sama Ezra langsung meluncur ke rumahnya Raisa buat makan malam. Pas keduanya udah nyampe, cewek itu langsung masuk ke rumahnya, dan nyari seseorang yang katanya bakal dateng jemput dia malam ini.

Raisa tidak menemukan siapapun di rumah gedenya itu. Ayah dan Bundanya pun sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Pas Raisa ke ruang keluarga, cuma ada Riu yang lagi tengkurap di atas karpet berbulu sambil baca AU.

"Dek, Ayah Ibun mana?"

Riu mendongak. "Pada jogging sore, Teh, di Stadion Pakansari."

"Udah jam segini padahal?"

Riu mengedikkan kedua bahunya. "Paling bentar lagi pulang."

"Jef udah dateng belom, Ri?"

Riu bergumam sebentar sebelum menggeleng kuat. "Belom."

Sus. Pikir, Raisa.

Akhirnya Raisa muterin lantai satu rumahnya lagi untuk yang kesekian kalinya. Ezra bingung, karena Raisa mondar-mandir di rumahnya sendiri mulu daritadi. Tapi, cowok itu milih untuk nggak meduliin kegiatan random Raisa. Ezra memilih duduk anteng di ruang tamu, dan memainkan handphonenya yang sejak tadi ramai dengan notifikasi dari grup Mapalanya.

Ternyata ada sedikit masalah di UKM yang ia ikuti tersebut, mau nggak mau Ezra harus menelepon anggota-anggotanya yang lain buat ngehandle masalah tersebut, karena nggak mungkin banget Ezra balik ke Bandung sekarang.

Raisa yang menyerah mencari keberadaan Jefrian pun akhirnya duduk di sebelah Ezra. Cewek itu duduk menyila di atas sofa ruang tamunya.

"Rai, gue mau nelepon dulu di luar."

"Tumben. Siapa? Jyo ya? Cieee."

Ezra mendorong kening Raisa yang maju-maju ke samping wajahnya. "Cewek mulu otak lo. Mapala ada problem dikit."

"Ohhh kirain. Yaudah gih."

Cowok ganteng nan menjulang tinggi itu pergi dari hadapan Raisa dan menelepon beberapa orang temannya di halaman luar rumah Raisa.

Sepeninggal Ezra, Raisa cuma bengong aja, mikirin kenapa Jefrian belum dateng juga. Raisa khawatir, takutnya Jefrian tersesat, soalnya tadi Raisa sempat matiin handphonenya sebentar guna menghormati orang yang sedang mengunjungi sanak saudaranya di pemakaman.

Namun, kekhawatiran itu berakhir sia-sia, karena detik selanjutnya, Raisa mendengar teriakan-teriakan kekecewaan bercampur kegembiraan dari atas kamar adiknya. Raisa yang—kalo nggak salah denger—mendegar suara Jefrian dari kamar Juan pun akhirnya berlari menaiki tangga rumahnya.

Karena Raisa anaknya clumsy ditambah terlalu bersemangat, jadilah tulang keringnya terpentuk anak tangga yang berada di paling atas. Raisa refleks teriak dan menjatuhkan dirinya di lantai dua rumahnya. Untung aja, keseimbangannya top banget, kalo nggak, udah jatuh berguling-guling kayak sinetron ikan terbang dah tuh si Raisa.

"Aduh, sakit banget," rengek Raisa sambil megangin tulang kering kaki kanannya.

Raisa ngerasa ada sosok yang mendekat ke arah mereka, saat cewek yang terduduk kesakitan di atas dinginnya lantai itu mendongak, hal yang ia temukan pertama kali itu membuatnya tersenyum sumringah, melupakan tulang keringnya yang terasa nyeri.

Akhirnya, Raisa menemukan Jefriannya.

Berbeda dengan wajah berseri milik Raisa, Jefrian malah memandang Raisa dengan tatapan khawatir. Cowok itu berjongkok, guna mengecek keadaan Raisa. Tangan lelaki itu mendarat di bahu Raisa, dan menggoyangkan badan cewek tinggi itu dengan pelan.

To. RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang