He Was Hers and I Am Hers

815 112 26
                                    

GENG Teteh-Teteh geulis Kostan Kembang sudah siap dengan dandanan dan dress yang terbilang luar biasa ini. Karena mereka nggak pernah didandanin sebegininya, alias seniat ini. Kalau dipikir-pikir, mereka terakhir berpenampilan bak putri pada saat prom pas SMA doang. Itu juga nggak sefantastis ini.

Raisa mematung di depan cermin yang memperlihatkan dirinya yang memakai gaun panjang beraksen bunga berwarna ungu. Dia masih nggak nyangka memakai pakaian seperti ini.

"Eh, Raisa? Cantik banget kamu." Milan menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya.

"Ah, bisa aja Milan. Ini kan gara-gara dress yang kamu design juga," ucap Raisa malu-malu.

Milan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Oh iya, tolong bilangin ke Teteh-Teteh yang lain sebelum turun runaway, ke ruangan sebelah dulu ya Rai, mau difoto buat feeds instagram panti."

"Iya siap, Milan. Oh ya, gak usah bilang Teteh kan kita seumuran."

"Oh iya ya. Yaudah aku duluan ya? Whenever you’re ready langsung ke ruangan sebelah aja, aku sama temen fotograferku di situ."

Raisa manggut-manggut. "Oke deh."

Cewek berambut pirang itu lantas menghampiri teman-temannya yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Raisa yang ingin berjalan ke arah Lily malah tersandung oleh gaunnya sendiri, barang sedetik saja tangan lelaki yang menahan lengannya terlambat, Raisa bisa saja berakhir di atas lantai.

Raisa tertarik ke belakang dan berhasil menyeimbangkan tubuhnya lagi. Kedua mata Raisa terbelalak ketika tahu siapa yang sudah menyelamatkannya sore itu.

"Ian?"

Lelaki yang dipanggil Ian oleh Raisa tadi menyunggingkan senyumnya. "Raisa? Lo apa kabar?"

"Baik! Lo gimana? Anyway, thank you for your help, Julian."

"Anytime, Raisa. Kabar gue juga baik. Makanya Rai hati-hati kalau lagi jalan, inget, lo pake long dress."

"Iya-iya. Mulai deh, kebiasaan bawelnya gak pernah ilang."

Julian mengedikkan kedua bahunya.

"Loh? Juleha?" ucap Lily yang berangsur mendekat ke arah Raisa dan Julian.

Julian memutar kedua bola matanya. "Udah berapa taun kita lulus, masih aja lo Juleha-Juleha."

"Iya dah, Ian deh Ian. Eh, jangan deh Ian kan panggilan kesayangan Raisa, ya, buat lo."

Raisa menyenggol lengan Lily, agar cewek itu berhenti mengungkit kenangan masa lalu yang terjadi di antara Raisa dan Julian. Lily yang sadar suasana menjadi canggung akhirnya berdeham.

"Lo kok bisa ada di sini, Ju?"

"Ceritanya panjang. Intinya, gue bisa ada di sini karena Nyokap yang nyuruh buat jadi seksi dokumentasi."

"Nyokap? Panti ini yang punya Mami kamu, Yan?"

Julian menggeleng. "Mami cuma donatur, Rai."

Raisa mengangguk dengan bibirnya yang membulat. "Jadi, Mami di sini juga, Yan?"

"Iya. Dia pasti seneng deh kalo tau lo ada di sini."

"I will greet her later. Temenin, ya? Udah lama banget soalnya."

"Iya siap, Rai."

Lily geleng-geleng, dalam hatinya ia bergumam, cinta lama belom kelar ini mah.

"Oh ya, Rai, Li, kalo udah pada selesai langsung aja ya ke ruangan sebelah."

Raisa dan Lily mengangguk berbarengan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To. RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang