RAISA baru aja bangun sekitar jam 9 pagi, karena semaleman dia bener-bener begadang ngedengerin temen-temennya pada curhat tentang cowok, keluarga, kuliah, semuanya deh!
Riu juga udah berangkat, tapi dia nggak berangkat naik mobilnya Raisa, kata tulisan di sticky note yang ia tempelin di kulkasnya sih dia bareng sama Winter naik kereta. Dia bilang, kendaraan itu lebih cepet daripada nyetir sendiri. Ya emang bener sih, tapi Riu tuh emang dasarnya males nyetir aja, makanya dia make alesan kayak gitu.
Raisa megusap wajahnya yang basah dengan handuk putih kecil miliknya. Setelah itu, dia duduk di depan kaca, dan mulai memakai morning skincare routinenya secara step by step.
Raisa memegangi dua pipinya yang terlihat membengkak, karena semalem kan dia ngeganyem terus, semuanya disikat. Abis makan nasi goreng pemberian Jefrian, lanjut ronde dua, mereka pada mesen sate padang. Ya, Raisa juga ikut makan juga, lah. Sate padangnya dimakan pake mie lagi. Nggak nyambung, tapi tetep enak.
"Anjir, pipi gue nambah ngembang," katanya sambil menepuk pelan kedua pipinya.
"Semoga ngembangnya gak sampe nanti sore. Gue kan mau ketemu sama Jef. Aduh, mau ditaro mana muka gue," ucapnya pada diri sendiri.
Terus tiba-tiba terdengar suara orang yang ngetuk-ngetukin jendela kamarnya Raisa yang tertutup tirai berwarna matcha. Raisa sebenernya males banget bangun dari duduknya, tapi takutnya hal itu penting, jadinya dia dengan malas berdiri, dan membuka pintu kamarnya.
"EH, SAYANGKU ERNA, AYA NAON?"
"Stop main ayang-ayangan. Anterin gue ke kampus dong Rai??? Gue udah telat banget, kalo mesen ojol gak keburu," bujuk Erna dengan mata sayunya.
"Aduh, tapi muka gue lagi bengkak, Er. Pake aja deh mobil gue," ucap Raisa sambil ngambil kunci mobilnya yang ada di lanci meja riasnya.
"Ih nggak bisa, gue sore mau jalan sama orang. Nanti mobil lo gimana?" tanya Erna.
"Orang??? Siapa???" tanya Raisa balik yang malah berubah jadi Detektif Conan.
"Ada deh. Ayo temenin, Rai....," ucap Erna dengan muka udah kayak orang pengen nangis.
"Iya oke gue anterin. Tapi, siapa dulu orangnya? Jeka?" tebak Raisa, soalnya cuma cowok itu yang berada di otaknya sekarang.
Erna terdiam sebentar, lalu mengangguk. Karena kalau gak dijawab, Raisa bakal ngeintrogasi mulu, nggak ada abis-abisnya.
"Wah, serius lo Er??? Kalo sampe Yumna sama Jyo denger, lo bakal dijadiin kornet bakar tau gak!" tukas Raisa dengan muka nggak percayanya.
"Ihh, makanya jangan bilang-bilang ke mereka!" protes Erna sambil menginjak-injakan kakinya ke lantai.
"Iya deh, tapi lo urus ya kalo mereka tiba-tiba tau???" kata Raisa sambil mengambil coat cokelat, syal, beserta masker putihnya. Oh iya, dia tidak melupakan HPnya yang sangat berharga.
"Iya-iya, gue yang bakal tanggung jawab."
Raisa mengedikkan kedua bahunya. "Yaudah terserah, yang penting gue udah ngebilangin."
Keduanya lantas turun dari lantai atas, dan menghampiri mobil Raisa yang berada di parkiran.
"Lo yang nyetir, ya, Er?"
Erna mengangguk. "Mana sini kuncinya?"
Raisa memberi Erna kunci mobilnya, dan duduk di kursi penumpang depan. Bersamaan itu, Erna juga duduk di kursi kemudi, dan memanaskan mobilnya Raisa sebentar.
"Rai," panggil Erna.
Raisa yang lagi sibuk nurunin bangkunya ke tempat yang terendah pun nengok. "Apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
To. Raisa
FanfictionBerawal dari bekal makanan yang Jefrian kirim untuk adiknya, malah berakhir di kostan cewek yang bernama sama dengan adiknya, Raisa. Dan dari situlah kisah mereka dimulai. jaerosé ft. 97line