› 〉 📂 .ೃtwo ♡

50 9 0
                                    

━━━━━━࿐ ࿔*:・゚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━━━࿐ ࿔*:・゚

Dingin, itulah kata yang selaras dengan suasana pawana fajar kala ini. Anggap saja sang aditya masih sipu mengekspos eksistensi besar-besaran untuk sekarang. Akshay pun belum mengubah penuh kontras tuanya pada bentang semesta.

Walau begitu desis benda-benda di luar sana tetap bersenandung ria, tak mengenal waktu atau tempat, salah satunya tepat pada alat transportasi yang melaju raba-rubu menggebu di atas hampar aspal. Juga mungkin suara alat ketik yang menggebu tegas mencipta bunyi bising di pelosok ruangan.

Pada intinya, sudut dunia tak akan berhenti bergerak. Semua aktivitas tak akan terhenti mengacuh dengan jarum detik yang entah bertengger dimana. Bukan karena teori rotasi bumi atau ilmu lain, ini hanya landasan biasa yang berstereotip 'berasal dari logika'.

Memang ini adalah salah satu hal mutlak yang tak dapat dielakkan umat manusia. Sama saja jika mengingat peribahasa 'waktu adalah emas', dimana semua manusia akan mendapat hidayah penyesalan jika menyia-nyiakan waktu.

Dan salah satu penganut setia dari ideologi tersebut adalah gadis dan jaka ini, yang terbangun dengan hening tatkala tawang masih menghitam. Menoreh detik dengan kegiatan masing-masing dan melupakan definisi atau juga faedah dari tidur.

Namun fajar ini candu, walau melekat dengan agenda istirahat, namun selalu saja ada momen indah yang menanti di awal hari. Salah satu momen indahnya adalah menapaki eloknya arunika yang banyak ditinggalkan oleh manusia.

Kala ini sang gadis dan jaka rela mengelak dari mimpi dan melangkah menilih seberang jendela yang memaparkan langit yang kembali membiru. Matanya membinar, kagum pada hamparan indah sang semesta.

━━━━━━࿐ ࿔*:・゚

Bohong jika bilang lupa, dan karena janji kecil itu mereka dipertemukan kembali dengan sengaja. Saihara dan Akamatsu, ditemani oleh sang swastamita juga alunan piano yang menerjang suasana.

"Akamatsu-san memang hebat, ya.." bisik sang jaka pada angin.

Sang gadis hanya tertawa, mengucap terima kasih pada pemberi pujian.

Sampai pada tuts terakhir, akhirnya melodi berakhir. Sebagai bentuk apresiasi, Saihara kembali melantunkan rangkai pujiannya.

"Saihara-kun terlalu banyak memuji."

"Ah, begitu, kah? Maafkan aku."

Semula arah maniknya menghadap langsung pada piano, sekarang dialihkan mengarah pada lawan bicara. Sang puan yang menatap visual gelap yang diterpa buta oleh jingga, berselang waktu melekatkan tatapan.

𖥔 𝐈𝐑𝐈𝐃𝐄𝐒𝐂𝐄𝐍𝐓 ۪  ⊹  ˑ   𝘀𝗮𝗶𝗺𝗮𝘁𝘀𝘂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang