› 〉 📂 .ೃfour♡

23 5 0
                                    

━━━━━━࿐ ࿔*:・゚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━━━࿐ ࿔*:・゚

"Wish me luck, ya! Saihara-kun!"

Di sana sosoknya semakin jauh, mereka berpisah memasuki ruangan yang berbeda. Saihara melambaikan tangan, memberi isyarat jumpa lagi pada Akamatsu yang kini berada di ruangan yang berbeda.

Kaki Saihara menjauh, nampak pintu bertuliskan nomor 45 di hadapannya. Dia tetap berjalan, masuk ke dalam.

Hawa yang dingin, keheningan memenuhi pojok ruang audisi. Tempat ini sebenarnya bukan tempat yang asing baginya, ia pernah menghadiri acara formal seperti ini, menemani kedua orang tuanya yang bernotabene terkenal. Namun ini pertama kalinya kakinya menapaki tempat ini sendirian, tanpa kedua insan yang mendampinginya seperti dulu.

Dalam sekejap mata, deretan lampu yang bertengger pada tiap pelosok ruang meredup. Menyisakan hawa dingin dari pendingin ruangan dan panorama gelap, menerkam raga yang terduduk pada kursi merah.

Atensi tak kunjung lepas dari sorot perhatian, letak puluhan bintang yang akan berdiri memancarkan keelokannya di atas panggung mewah di depan mata. Saihara mengerti, tanda redupnya puluhan lampu di sini mengartikan kompetisi akan di mulai.

Visual yang ia cari belum memunculkan batang hidung, siapa lagi jika bukan Akamatsu? Hanya Akamatsu lah sosok pianis yang ia tahu dan kenali di sini, yang akan tampil di sini. Sedihnya, ia tak mengerti Akamatsu akan tampil pada urutan keberapa. Akamatsu sendiri tak memberitahunya saat ditanya beberapa saat lalu, gadis itu hanya mengatakan kalau itu rahasia.

"Tunggu saja sembari menonton penampilan yang lain." Itu yang dia katakan.

Satu orang dengan kemeja formal memasuki panggung, berjalan menuju sumber dawai yang akan digunakan—piano di seberangnya. Kendatipun bersinggah di sana, memainkan satu persatu tuts yang menghasilkan alun dawai.

Itu bukan Akamatsu, Saihara mengerti sendiri. Dengan sabar, ia menanti sosok gadis memasuki panggung.

Silih berganti, pemain pianis pun berganti. Semua lagu yang dimainkan sama, dan itu membuatnya terasa monoton menurutnya. Namun visual gadis yang dinanti tak kunjung menunjukkan diri.

Hingga sampai pada urutan keempat belas, yang dinanti-nanti mengobati penantian. Sosok Akamatsu datang dibalut gaun putih, membuatnya nampak anggun di bawah sorot lentera benderang. Sosoknya layak pemeran utama pada suatu film, menyita seribu bahkan sejuta perhatian untuk berfokus pada dirinya.

Atensi tak beralih, fokus memandang sang bintang yang berjalan di atas papan kayu megah. Kini dirinya duduk pada singgasana, menunduk seperti sedang menatap tuts monokrom di hadapannya.

𖥔 𝐈𝐑𝐈𝐃𝐄𝐒𝐂𝐄𝐍𝐓 ۪  ⊹  ˑ   𝘀𝗮𝗶𝗺𝗮𝘁𝘀𝘂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang