Drunken Kwonjoo -4 (End)

330 31 40
                                    

Kangwoo membiarkan tubuhnya dibilas oleh air hangat yang keluar dari sela-sela lubang pancuran. Membasuh sekujur tubuhnya. Pikirannya menerawang, rasanya hari ini terasa sangat panjang. Apalagi setelah berperang dengan 'mode' lain yang ditunjukan atasannya. Seluruh energinya benar-benar tersedot habis.

Kangwoo selesai membersihkan diri. Mengenakan celana training berwarna hitam panjang, dan kaos putih polos. Rambutnya masih basah.

Matanya menangkap sosok yang tengah asik bergelung di atas kasurnya.
Mengenakan kemeja putih, coatnya yang berwarna khaki tampak tergeletak tak jauh dari posisinya. Sepertinya ia melepaskan sendiri dan melemparnya begitu saja.

Kangwoo meneguk segelas air, membiarkannya mengalir membasahi kerongkongan. Masih menaruh atensi pada sosok itu. Tanpa sadar Kangwoo tersenyum. Tipis sekali. Ia betul-betul tidak menyangka bisa melihat sisi lain dari perempuan itu. Meskipun menyebalkan, anehnya ia tidak marah. Kangwoo yang dikenal orang memiliki temperamen yang buruk, ternyata bisa sedikit melunak jika dihadapkan dengan si direktur cantik call center ini.

Ya. Kwonjoo adalah sosok yang sekarang ini sedang asik berbaring terlentang di atas kasur Kangwoo. Setelah insiden menyebalkan itu, Kangwoo memutuskan untuk membawa Kwonjoo ke apartementnya. Tadinya Kangwoo akan meninggalkan Kwonjoo begitu saja di mobil, namun Kangwoo tidak cukup tega. Akhirnya di sinilah Kwonjoo sekarang. Di dalam unit apartemen Kangwoo.

Kangwoo berjalan mendekati Kwonjoo. Tangannya terjulur begitu saja membetulkan selimut menutupi tubuhnya. Aktifitas yang dilakukan Kangwoo saat ini murni berasal dari hatinya.

Aneh.

Ada perasaan aneh yang menyusup ke dalam hatinya.

Kangwoo tersentak ketika tiba-tiba merasakan kehangatan menyelimuti jemarinya.

Ternyata itu berasal dari Kwonjoo yang saat ini tengah menggenggam ujung jemarinya.

"Jangan pergi.."

Secara tidak sadar Kwonjoo menahan tangan Kangwoo. Matanya masih terpejam, tapi mulutnya tidak berhenti meminta Kangwoo untuk tinggal.

Kangwoo membeku. Ia mencoba untuk melepaskan tangannya. Bukan apa, saat ini Kangwoo merasakan jantungnya sudah akan melompat dari tempatnya. Sudah lama Kangwoo tidak merasakan ledakan emosional aneh seperti ini, apalagi terhadap seorang perempuan. Ia sudah lupa bagaimana rasanya. Atau mungkin memang belum pernah merasakannya.

Entahlah. Pengaturan suhu hati Kangwoo sudah lama rusak. Lebih tepatnya Kangwoo tidak membiarkan seorang pun berani masuk menyentuhnya. Kangwoo membentengi dirinya sendiri dengan tembok beton. Bertindak seenaknya pada orang lain. Membiarkan orang lain men-cap-nya sebagai orang yang arogan, tidak bisa didekati. Kangwoo tidak peduli. Hal itu menjadi wajar bagi orang yang memiliki masa lalu sekelam Kangwoo.

Namun, sekokoh apapun benteng pertahanan yang di bangun Kangwoo, pasti ada retaknya. Meskipun itu hanya setipis helaian rambut. Karena Kangwoo masih seorang manusia.

Sosok Kwonjoo lah yang telah menemukan celah retakan itu. Secara perlahan namun pasti memperbesar retakan itu menjadi sebesar akar anggrek yang menancap kuat disana.

Kwonjoo lah orang kedua yang mengulurkan tangannya setelah Kangwoo kehilangan patner sekaligus kakak yang sangat dihormati Kangwoo. Mengangkatnya dari sumur kegelapan yang hampir kembali menelannya.
Memutuskan untuk tetap mempercayai Kangwoo setelah berbagai insiden yang nyaris mencelakai nyawanya sendiri.

Kwonjoo sudah berjalan begitu jauh memasuki kehidupan Kangwoo. Mencoba menghidupkan saklar kehidupan di hati Kangwoo.
Kangwoo pun akhirnya kembali memiliki keberanian untuk menjalani kehidupan layaknya manusia normal.

Be A Part Of Your LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang