Drunken Kwonjoo -2

245 26 11
                                    

🌃🌃🌃🌃🌃🌃🌃

"Timjangnim. Pastikan kamu mengantar Centerjang sampai depan pintu unit apartementnya. Lantai 6 nomor 1203. Jangan tinggalkan dia di mobil begitu saja. Mengerti?" Agen Park memberikan Intruksi pada Kangwoo yang sudah duduk dibalik stir mobil Kwonjoo.

Kangwoo memasang muka datarnya. Ingin sekali ia menjawab "mengapa bukan kamu sendiri yang mengantarnya?" Namun percuma saja. Ia sendiri bingung mengapa mau repot-repot datang, meskipun ia tahu tujuan Agen Park memintanya datang pasti untuk mengantar pulang Kwonjoo.

"Jangan salah paham, aku hanya ingin memastikan Centerjang pulang dengan aman. Senang bisa melihatmu kembali Do Timjangnim."

"Apa kamu yakin, aku bisa mengantarnya dengan aman?" Kangwoo menjawab dengan nada tajam.

"Dengan fakta Do Timjangnim datang kemari hanya dalam waktu kurang dari 10 menit, aku yakin Centerjang akan baik-baik saja." Agen Park tersenyum simpul. Kemudian melangkah pergi menuju taksi yang sudah di pesan oleh Agen Jin.

Raut wajah Kangwoo seketika berubah.

"Hati-hati di jalan Do Timjangnim. Seharusnya tadi kamu datang lebih awal. Detektif Park, Detektif Go, dan Detektif Yang pasti akan terkejut sekali melihat Do Timjangnim kembali. Mereka banyak membicarakan mu, sepertinya mereka sudah sangat merindukan komandannya. Sampai jumpa di kantor Timjangnim!!" Agen Jin setengah berteriak, dan kemudian berlari setelah menyadari bahwa taksi yang akan membawanya pulang sudah setengah berjalan. "Sunbae! Tunggu akuu!!"

🌃🌃🌃🌃🌃🌃🌃🌃🌃

Mobil sedan warna hijau metalic milik Kwonjoo berlari membelah jalanan aspal yang lengang. Hampir pukul dua dini hari. Perjalanan ke rumah Kwonjoo hanya memakan waktu 15 menit. Sesekali Kangwoo melirik spion tengah memastikan keadaan Kwonjoo.

Di kursi penumpang, Kwonjoo tengah meringkuk memeluk lututnya sendiri. Tenang sekali. Tidak meracau. Ketika Agen Park dan Agen Jin membawanya menaiki mobil pun, Kwonjoo hanya menurut.

"Ahhh.. tidak salah dia bisa menjadi direktur pusat. Bahkan kebiasaan mabuknya pun bisa setenang ini." Batin Kangwoo.

Tepat seperti perkiraan Kangwoo. Pukul dua lebih lima menit mobil Kwonjoo mendarat mulus di basement apartementnya. Kangwoo segera melepas seatbelt, keluar dari mobil, dan berjalan memutar membuka pintu satunya untuk membangunkan Kwonjoo.

"Kang Center" Kangwoo menepuk pelan  kaki Kwonjoo.

"Kang Center! Kita sudah sampai, bangunlah." Tidak ada pergerakan dari Kwonjoo.

Setengah badan Kangwoo sudah memasuki jok bagian belakang tempat Kwonjoo. Menepuk pelan bahunya. Masih tidak bergeming.
"Astagaa! Apa dia pingsan? Berapa banyak botol soju yang sudah ia habiskan?"

Sebelum Kangwoo mengguncang tubuh Kwonjoo lebih keras. Kwonjoo akhirnya bangun. Matanya menyipit, berusaha memahami situasi.
Kangwoo melangkah mundur, memberi akses keluar untuk Kwonjoo.

"Hmmm.." Kwonjoo melangkah keluar, tubuhnya secara alami berjalan menuju pintu lift di seberang tempat mobilnya terparkir.

"Nah. Harusnya seperti itu.." Kangwoo sudah akan menutup pintu mobil.
"Tasnya tertinggal.." Meraih tas bahu cokelat berbahan kulit milik Kwonjoo.

Bipp..

Kangwoo mengunci mobil. Ia berbalik hendak menyusul Kwonjoo. Namun apa yang ia lihat sekarang? Kwonjoo bukannya memasuki lift menuju kamarnya, dia malah sedang bersandar pada pot besar di samping pintu lift. Melanjutkan tidurnya.

"Yak! Kang Center! Kamu sedang apa?"

Kwonjoo tersentak kaget mendengar teriakan Kangwoo.

"Wae? Aku mau tidur, jangan menggangguku" Kwonjoo membalas teriakan Kangwoo. Posisinya sekarang malah sudah akan berbaring.

Sekarang giliran Kangwoo yang kaget.

"Sadarlah. Jangan tidur disini. Ayo aku antar ke atas." Kangwoo menghembuskan nafas kesal melihat Kwonjoo yang sudah benar-benar berbaring di lantai. Pipi Kwonju sudah sepenuhnya memerah, efek alkohol.

"Ini tidak benar. Aku sudah tidak tahan lagi." Kangwoo menarik paksa kedua tangan Kwonjoo. Mengalungkan tas Kwonjoo di lehernya. Kemudian membungkuk, memposisikan dirinya untuk menggendong Kwonjoo.

Kangwoo berhasil membawa tubuh Kwonjoo dipunggungnya. Sempat terjadi sedikit perlawanan, namun Kangwoo tetap menang, meskipun harus mengorbankan rambutnya dijambak oleh Kwonjoo.

Tiba di lantai 6. Begitu pintu lift terbuka, langsung dihadapkan pada unit 1203 milik Kwonjoo. Hanya ada 2 unit dalam satu lantai. Kamar Kwonjoo berhadapan dengan unit 1204 entah milik siapa.

Satu lagi tantangan yang harus dilewati Do Kangwoo.

"Kang Center. Kamu sudah di depan kamarmu, nomor sandinya berapa?" Kangwoo menggerakan bahunya membangunkan Kwonjoo.

Kwonjoo tidak menjawab.

"Astaga!" Kangwoo kembali membatin. Jika bukan Kwonjoo yang sekarang sedang dalam gendongannya, mungkin nasib orang itu sudah berada di dasar kolam renang akibat di lempar paksa oleh Kangwoo. Karena ini Kwonjoo, kasusnya berbeda. Lagi pula untuk apa Kangwoo repot-repot menggendong orang lain?

Tubuh Kwonjoo langsung merosot ketika diturunkan oleh Kangwoo. Kwonjoo masih enggan untuk membuka matanya.

"Kang Center. Nomor sandinya berapa?" Kangwoo bertanya sekali lagi. Pelan-pelan, walau hatinya sudah mengkerut jengkel.

"Satu.. satu.. tiga... empat.." Kwonjoo bergumam.

"Apa? Ulangi sekali lagi?" Kangwoo mendekatkan telinganya pada bibir Kwonjoo, penuh harap.

Kwonjoo mengulang kembali kombinasi angka yang tadi ia sebutkan.

Kangwoo memasukan nomor sesuai dengan yang disebutkan Kwonjoo. Namun gagal, pintunya tidak terbuka.

Sekali lagi.

Tetap tidak terbuka.

"Apa sandinya sudah benar? Kang Center. Sepertinya ada yang salah" kali ini Kangwoo mengguncang tubuh Kwonjoo dengan keras. "Yaa. Buka matamu, bangunlah sebentar, buka pintunya, lalu kamu bisa melanjutkan tidur sepuasmu didalam.." Kangwoo putus asa.

"Bisakah anda berhenti mengangguku? Aku ingin istirahat.." Kwonjoo mengacak-ngacak rambutnya sendiri, dan kembali berbaring.

Kangwoo diam mematung, ia benar-benar sudah kehilangan kata-kata.

"Aku tarik kembali semua perkataanku yang mengatakan kebiasaan mabuk Kang Center sangat tenang sekali. Kebiasaan mabuknya sangat buruk."

"Kang Center! Ayo ingat-ingat lagi nomor sandimu. Jika kamu terus seperti ini, aku benar-benar akan meninggalkanmu disini." Kangwoo mengancam.

Kwonjoo bereaksi mendengar kata-kata Kangwoo barusan.

Kwonjoo beringsut, menyandarkan badannya pada pintu lift. Penampilannya sekarang kacau. Rambut sebahunya yang biasanya selalu ia sisir rapih, sekarang tampak berantakan akibat ulahnya sendiri. Mengenakan kemeja putih dilapisi coat warna khaki yang tampak kusut. Pipinya sudah semerah tomat matang. Sungguh sangat bukan seorang Kang Kwonjoo sekali.

Dihadapannya sekarang berdiri seorang laki-laki yang sama kacaunya. Padahal ia tidak mabuk. Tas cokelat Kwonjoo menghiasi leher laki-laki itu.

"Ahh aku ingat.." mata Kwonjoo mengerjap-ngerjap, tampak sedang mengingat.

Kangwoo seperti kembali diberi harapan, berjongkok di depan Kwonjoo antusias.

"Satuuu.."

"Duaaa..."

"Tigaaaa.."

"Empaatt.."

Perasaan Kangwoo tidak enak. Sengaja sekali Kwonjoo mengucapkan kata perkata secara lambat seperti sedang menggodanya.

"Hmmmm." Mata Kwonjoo memicing, bibirnya tersenyum simpul.

Perasaan Kangwoo makin tidak enak.
Mencoba menahan nafas.

"MANSAAEE!!!" Kwonjoo mengangkat kedua tangannya, setengah berteriak. Kembali bersandar dan tertidur.

Sekali lagi. Jika bukan Kang Kwonjoo. Kangwoo mungkin sudah membenamkan tinjunya.

Be A Part Of Your LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang