Bagian 7 : Tari pindah?
Aku mengehela nafas panjang, upacara hari ini agak sedikit lama karena ada pelantikan dewan siswa. Aku menatap Lakeswara yang menerim pin dari kepala sekolah menandakan bahwa dia di angkat menjadi ketua dewan siswa lagi tahun ini. Di belakang nya ada empat orang yang menjadi inti pengurus dewan siswa.
Organisasi dewan siswa di SMA Wirabrata masih terbilang baru karena di bentuk satu tahun yang lalu. Organisasi ini menurut ku cukup misterius, karena hanya pengurus inti saja yang mendapat pelantikan sedangkan anggota nya tidak. Aku juga Tidak tahu berapa jumlah anggota dewan siswa dan siapa saja anggota nya karena organisasi ini cukup tertutup. Hanya pengurus inti dan beberapa guru tertentu mengetahui nya. Bahkan Clara pemegang gosip sosmed SMA Wirabrata pernah mencari info selama satu bulangtentang siapa saja anggota dewan siswa saja angkat tangan, karena susah di tembus.
"Eh itu bukan nya si Raga ya? Anak baru yang satu bulan adu jotos sama Lakeswara?"
"Loh iya, iya. Kok bisa jadi pengurus initi dewan siswa."
Aku yang mendengar percakapan itu jadi teringat peristiwa satu bulan yang lalu. Aku cukup kaget dengar Raga berkelahi dengan Lakeswara. Raga ini orang nya pendiam, aku bukan tanpa sebab mengatakan seperti itu. Aku mengenalnya, dia teman SD ku. Selama menjadi anak baru pun di kelas, Raga tidak pernah aneh aneh. Jadi aku pikir tidak ada yang berubah tentang dia.
Sampai pada hari ke empat, dia tiba tiba berkelahi dengan Lakeswara. Hanya beberapa orang yang tahu karena itu terjadi pagi pagi di kelas. Penyebab nya pun belum ada yang tahu hanya, teman kelas sudah pernah bertanya dengan Raga tapi dia memilih bungkam.
"Run, Tari Kemana ya? Kok udah tiga hari tanpa keterangan enggak masuk." tanya Agus membuyarkan lamunan ku.
"Eh kok kamu ada di barisan ini sih Gus?" ucapku heran, barisan kelas Agus berada di sebelah kiri paling pojok.
"Itu bukan masalah yang penting sekarang, lo tahu Tari kenapa enggak masuk selama tiga hari. Gue telfon enggak di angkat angkat. Gue chat centang satu." ucap Agus dengan berbisik, dari nadanya pun terdengar khawatir.
"Aku juga enggak tahu Gus, aku juga chat Tari centang satu juga. Kemarin aku kerumah Tari pulang sekolah, tapi rumah nya kayak enggak ada orang." jawab ku. Aku juga tengah khawatir dengan keadaan Tari karena tidak biasanya anak itu tidak memberi kabar.
"Gimana kalau nanti pulang sekolah, kita ke rumah tari bareng bareng." ucap Agus menjawab dengan anggukan kepala.
_____
Aku menunggu Agus yang sedang mengeluarkan sepeda motor di parkiran. Aku tengah memikirkan keadaan Tari, apa Tari sakit. Tapi mengapa sampai handphone nya tidak aktif, biasanya walau sakit pun handphone nya aktif.
Aku tersentak kaget ketika seseorang tiba tiba menarik ku hingga terjatuh. Aku hendak marah tapi tidak jadi karena keadaan orang yang menarik ku lebih parah, dia jatuh ke selokan dengan kepala yang benjol. Agak nya terbentur batu.
"Mata lo dimana sih! Hampir aja lo kenak tabrak." ucap Lakeswara menatap ku tajem.
Orang orang yang belum pulang, sontak melihat ke arah sini. Aku tersadar sesuatu, tadi saat melamun aku hampir keserempet mobil dan Lakeswara menolongku. Tapi saat menarik ku tubuh Lakeswara tidak seimbang dan berakhir di selokan.
Aku segera membantu nya dengan memegang tangan nya yang hendak keluar dari selokan, "Kamu enggak papa?"
"Buta mata lo, benjol begini lo katain enggak papa?"
Aku hanya meringis, melihat benjolan di kepalanya yang berwarna ungu kehitaman. Pakaian nya kotor dan sedikit basah. Bau nya juga cukup menyengat.
"Runa ayo, katanya mau ke rumah Tari." kata Agus tiba dengan motor nya. Tidak bisakah Agus mengerti, kalau ini bukan saat yang pas untuk mengajak ku kesana sekarang.
"Hah?" Aku menoleh ke arah Agus kemudian ke arah Lakeswra. Lakeswara menatapku tajam, seolah olah-olah dari matanya mengatakan kalau lo berani ikut, habis lo sama gue.
"Aku enggak bisa ikut, kamu pergi aja dulu. Tapi kalau udah ketemu Tari Chat aku gimana keadaan nya."
"Oke, gue pergi dulu."
"Ck, ambil handphone gue di tas terus telepon nomer nya Pak Aji." ucap Lakeswara dengan nada memerintah. Aku hanya menuruti saja kemauan nya. Aku mendekatkan handphone nya ke arah Lakeswara.
"Halo Pak Aji, tolong jemput saya di sekolah. Sekalian bawain saya baju ganti." Ucap Lakeswara cepat, setelah mendengar jawaban dari Pak Aji, aku menutup telfon nya.
Tak lama mobil berwarna hitam berhenti di depan kami. Pak Aji keluar membuka kan pintu penumpang.
"Eh Lakeswara aku duluan ya, makasi udah nolongin." sesuai rencanaku aku akan pulang setelah Pak Aji datang menjemput Lakeswara.
"Masuk."
"Hah?" dia mengajak ku pulang bareng gitu maksud nya.
Lakeswara melotot, "Masuk!"
"Oh, oke oke." Aku segera masuk tak ingin membuat kesabaran Lakeswara habis.
Aku sedikit menjaga jarak dengan Lakeswara. Pak Aji menjalan kan mobil nya, aku menoleh ke arah cendela untuk mengusir canggung.
"Temen yang selalu bareng sama kayak lo siapa nama nya?" ucap Lakeswara membuat ku menoleh ke dia.
Aku melotot ketika Lakeswara membuka satu persatu kancing seragam nya. "Kamu ngapain sih buka baju disini!" ucap ku langsung menutup mata ku dengan tangan.
"Ganti." Jawab nya cuek.
"Yah, tapi bisa kan ganti di rumah."
"Males, enggak tahan gue sama bau nya." Dia melempar seragam mengenai wajahku.
"HEI!" teriak ku.
"Apa!"
Aku berdecak kesal, sambil menutup mata, aku manaruh seragam Lakeswara ke bawah. "Nanti baju kamu tak cuci." kata ku sambil merem.
"Enggak usah, buang aja."
Aku hanya menggaguk saja, menuruti perintah nya. "Omong-omong kenapa kamu tanya tentang Tari?"
"Oh nama nya Tari. Kayak nya dia bakal pindah sekolah."
Aku melotot langsung menoleh ke arah Lakeswara, untung saja dia sudah selesai ganti. "Maksud kamu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tsundere Lakeswara
Teen FictionKalau di tanya siapa yang ditakuti oleh anak nakal SMA Wirabrata, jawaban nya adalah Louis Lakeswara. Dalam waktu tujuh hari menjabat sebagai Ketua Dewan Siswa, Lakeswara berhasil membubarkan geng garuda yang sulit di tangani oleh anggota osis. Kata...