BAGIAN 8

802 56 11
                                    

Bagian 8 : Rumah Lakeswara

"Lakeswara maksud kamu apa yang di mobil itu? Kenapa kamu nyimpulin kalau Tari bakal pindah." ucapku membuntuti Lakeswara di belakang.

"Ngapain sih lo ngikutin gue? Tunggu di ruang tamu sana!" ucap Lakeswara dengan nada mengusir.

Awalnya aku akan langsung pulang setelah sampai dirumah Lakeswara. Tapi karena perkataan Lakeswara di mobil tentang Tari membuatku penasaran. "Aku bakal terus ngikutin kamu sampai kamu jawab pertanyaan ku dulu."

"Mau bitilin lo, lihat gue mandi. Sana lo! ke ruang tamu," Lakeswara memegang bahu ku, lalu memutarnya. Aku hanya cemberut dan berjalan ke ruang tamu. Aku akhirnya duduk di sofa, sambil melihat lihat interior ruang tamu.

"Wah temen nya Den Lakeswara ya, udah lama Den Lakeswara enggak bawa temen ke rumah. Terakhir waktu SMP." ucap seorang wanita berumur sekitaran lima puluhan. Di tangan nya ada nampan jus jeruk dan kue kering.

Aku menggaruk leher ku yang tidak gatal, sebenarnya tadi Lakeswara tidak menyuruhku untuk mampir ke rumah nya, aku langsung nyelonong masuk karena rasa penasaran ku belum terjawab oleh Lakeswara. "Heheh iya bi."

"Bi Natri, buatin saya jus alpukat." ucap Lakeswara menuruni anak tangga dengan membawa buku di tangan nya. "Oh iya sekalian bawain es batu juga, buat kompres."

"Siap Den." Jawab Bi Natri meninggalkan kami berdua.

Ini kenapa sih Lakeswara duduk di sebelahku, kan dia bisa duduk di sofa satunya. Tapi terserah dia deh, yang penting Lakeswara menjawab pertanyaan ku dan aku akan segera pulang. " Lakeswara kenapa kamu bilang kalau Tari bakal pindah?"

Lakeswara membuka matanya, "Cuman feling aja."

Aku melotot, jadi aku sia sia dong nungguin dia. Aku pikir dia tahu sesuatu tentang Tari tapi ternyata cuma perasaan dia saja. Aku menghembuskan nafas kesal, "Aku mau pulang!"

Aku yang hendak berdiri kembali duduk di sofa karena Tas ransel ku di tarik kembali. "Apaan sih!" ucapku melotot.

"Jangan merem dong." ucap Lakeswara dengan tersenyum jahil.

Sialan, mentang mentang mata ku sipit jadi seenak nya mengejek ku. "Aku mau pulang!"

"Yaudah, pulang pulang aja enggak ada yang ngelarang." jawab nya cuek sambil memainkan handphone nya. Dia itu pura pura lupa atau gimana sih, jelas-jelas tadi dia menarik tas ku.

Tenang Aruna, yang aku lakuin hanya perlu sabar. Lagi pula dia sudah baik menolong ku tadi. "Aku mau pulang, Terimakasih minuman nya sama pertolongan yang tadi."

Aku beranjak dari sofa dan berjalan ke arah pintu. Kaki ku berhenti otomatis mendengar perkataan Lakeswara. "Besok tunggu aja ada murid yang di panggil Bk karena ketahuan jualan rokok."

Tentu saja aku langsung menuju Lakeswara. "Ada yang bisa di bantu Lakeswara." ucapku dengan senyum pepsodent.

"Pinjetin kaki gue." ucap Lakeswara mengangkat kaki nya ke sofa. Aku hanya menurut saja, tak mau membuat Lakeswara kesal berujung dia melaporkan ku ke Bk. Dalam hati aku sudah mengumpati Lakeswara.

"Udah belum?" tanya ku mulai pegal memijat kaki Lakeswara. Dia menggangukan kepala, aku tersenyum lega. Akhirnya aku bisa pulang.

"Lo kerjain tugas matematika gue." Kata Lakeswara menunjuk buku di meja.

Aku menggeleng, "Enggak, aku enggak bisa. Aku aja belum ngerjain. Lagi pula nanti kalau aku yang kerjain, tulisan nya bakal sama kayak punya ku dan Pak Ridwan bakal curiga."

"Tinggal di buat beda tulisan nya, gitu aja kok repot." Ucap Lakeswara sambil memainkan handphone nya.

"Yah, mana bisa gitu!" protes ku.

"Bisa."

"Enggak aku enggak mau!"

"Aduhh kepala gue pusing." ucap Lakeswara menaruh handphone nya kemudian memegang kepalanya. Aku berdecak, padahal dia tadi baik baik saja. Saat aku pijat dia malah asik main game.

"Oke aku kerjain, tapi kalau salah semua jangan salahin aku ya. Tadi aja aku cuma betul dua soal dari Pak Jojo." kataku mengambil pulpen Lakeswara.

"Soal gampang gitu lo cuma betul dua, di jawab sambil merem aja tuh soal bisa." Ucap Lakeswara sambil memainkan handphone nya.

Aku membanting pulpen Lakeswara dan menatapnya tajam. "Oh yaudah kalau kamu bisa ngerjain Pr matematika sambil merem. Kerjain sendiri! enggak usah nyuruh nyuruh aku. Aku mau pulang aja!"

"Oh gue kayak nya punya kontak nya Pak Jojo gue telfon enak kali ya."

"Iya, iya ini aku kerjain!" Aku mengambil pulpen yang tadi nya jatuh dan membuka buku Lks matematika milik Lakeswara dengan kasar.

"Pelan-pelan, awas kalau sampek sobek." kata Lakeswara sambil meminum jus alpukat.

"Hm."

"Loh kok ini udah di jawab, tapi Alhamdulilah sih. Hehehe." Aku menoleh ke arah Lakeswara. Teryata di sedang tertidur. Aku mulai menyalin sambil tersenyum senang. Aku bisa mencontek jawaban Lakeswara tanpa perlu menguras otak.

Aku sudah selesai mengerjakan Pr Matematika punya Lakeswara berserta punyaku. Tentu saja dengan tulisan yang di buat beda agar Pak Ridwan tidak curiga. Aku mengemasi barang barang ku, setelah selesai aku hendak berpamitan dengan Lakeswara. Tapi ternyata dia belum bangun, aku jadi bimbang. Mau membangunkan nya atau meninggalkan kertas note. Tapi rasa rasanya kurang sopan kalau aku langsung pulang begitu saja. Tadi dia sudah menolong ku plus memberikan contekan Pr matematika.

"Udah selesai?" kata Lakeswara sambil mengucek-ngucek matanya.

"Iya," jawabku.

"Eh, aku nyontek Pr Matematika kamu tadi." ucapku meminta ijin.

Dia bangun dan menutup mulutnya yang sedang menguap. "Iya tapi enggak gratis."

"Eh uang saku ku tinggal lima ribu, kamu mau?" jawabku mengambil uang di saku ku.

"Muka gue emang, muka kekurangan uang? duit gue banyak. Bukan uang yang gue maksud. Obatin tangan gue sama kepala gue sampek gue sembuh." Ucap Lakeswara menunjuk benjolan yang ada di kepala dan tangan nya.

"Kok aku baru sadar kalau tangan kamu luka." Aku Refleks memegang tangan Lakeswara.

Lakeswara menepisnya. "Cepet obatin! Lo ambil aja di dapur obat nya sekalian sama es batu." Aku menggaguk patuh.

Aku datang membawa kotak putih yang berisi obat. Tadi saat di dapur aku bertemu dengan Bi Narti dan langsung di berikan kotak putih ini. Aku mulai mengobati luka di tangan Lakeswara. Lakeswara terlihat anteng tidak banyak bicara.

"Eh Lakeswara tolong pegang dong." ucap ku menyuruh nya untuk memegang kompres. Ponsel ku dari tadi berbunyi terus tapi aku biarkan. Aku membuka ponsel ku ada 3 panggilan tak terjawab dari Agus dan 10 pesan dari Agus. Aku menutup mulut ku dan mata ku berkaca kaca.

"Lo kenapa?" Tanya Lakeswara.

"Tari kecelakaan."

Terimakasih telah membaca my tsundere Lakeswara

Terimakasih telah membaca my tsundere Lakeswara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pict gambar Lakeswara

My Tsundere LakeswaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang