Live : 0. Prologe

2.7K 170 0
                                    


Gadis cantik dengan apron khas cafe itu tengah sibuk mencatatat banyak pesanan pelanggan. Berjalan kesana kemari mencatat pesanan adalah hal biasa baginya, bahkan disiram oleh pelanggan karena terlambat mengantar pesanan pun sudah dua kali dia mendapatkan nya.

"Ya! Kau tidak bisa bekerja? Lihat baju ku basah karena ulah mu!"

Entah apa yang di pikir kan gadis berambut abu itu hingga melamun saat mengantarkan makanan kepada pelanggan sehingga minuma tersebut mengenai salah satu baju pelanggan.

"J-jeosonghamnida nyonya, aku akan membuatkan mu minuman baru dan mengeringkan bajumu" setelah mengatakan itu Lalice menunduk takut.

Tidak di pungkiri bahwa kini Lalice takut di marahi lagi oleh bos nya. Jika ini adalah pertama kali nya Lalice melakukan kesalahan dia tidak takut.

Tapi lalice sudah dua kali mendapat surat peringatan dan kalau dia mendapat surat peringatan lagi dia akan di pecat. Betapa kejamnya dunia ini

"Kau pikir aku ada waktu untuk itu?! Orang miskin selalu menyebalkan"

Lagi dan lagi Lalice mendapat cemooh dari pelanggan cafe ini. Namun Lalice tidak mempermasalahkan itu, sekarang Lalice merasa takut karena bos nya menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Lalice, ikut aku keruangan ku sekarang"

"Nde, Sajangnim" Dengan perasaan campur aduk lalice mengikuti langkah bosnya itu.

Hingga tepat di dalam ruangan bernuansa biru tua itu jantungnya serasa berhenti berdetak. Bos nya kini memeluknya dari belakang dan sesekali mengendus lehernya

Dengam gerakan sigap lalice melepas pelukan itu sehingga membuat lelaki paruh baya itu hampir terjungkal. "A-apa yang barusan kau lalukan sajangnim"

"Ayolah Lalice, kau telah mendapat sp3. Kau tidak mau di pecat kan? Maka puaskan aku sekarang" ucap lelaki paruh baya itu tak mau kalah lalu dengan sigap memeluk tubuh ringkih lalice lagi

PLAK

"Lelaki bejat! Aku tak akan menyerahkan tubuhku pada lelaki brengsek seperti dirimu! Aku keluar dari pekerjaan ini" membanting pintu dan melepas apron itu secara terburu buru dengan perasaan yang kesal Lalice berjalan keluar dari tempatnya bekerja kurang lebih satu setengah tahun itu.

"Kenapa dunia sangat tidak adil."

Palembang, 11 oktober 2021

LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang