"Kau yakin akan berkerja?" Ucap Jisoo sembari menatap Jennie lamat lamat. Lebam atas aksi penyekapan kemarin bahkan masih terlihat jelas di sekujur tubuhnya.
Berulang kali Jisoo melarang Jennie untuk tatap bertugas. Bahkan Lalice dan Rosèpun sudah melarangnya. Namun Jennie tetap Jennie, dia tidak pernah mendengarkan orang lain.
"Apa kalian meremehkan ku? Lihatlah aku sangat kuat" Jennie berdiri lalu bepose layaknya seorang ksatria. Lalice memutar bola matanya jengah melihat itu.
"Cepatlah! Aku tak mau terlambat" Berlalu begitu saja tanpa beban, Lalice memakai sepatunya dengan sedikit kesulitan. Bahkan Jennie, Jisoo dan Rosè yang keluar lebih lambat darinya telah selesai.
"Apa kau ini bocah taman kanak kanak? Perlu ku pakaikan sepatu?" Ujar Rosè mengejek lalu berjongkok di depan Lalice. Dalam waktu sekejap sepatu itu terpasang di kakinya.
"Aku mengikatnya dua kali, supaya tidak lepas" Rosè mengucapkannya lalu tersenyum hangat kepada Lalice.
"Aku merasa seperti menonton drama" Ujar Jisoo yang di angguki oleh Jennie.
Berjalan dengan santai, ke empatnya menyeruput satu botol soda yang ada ditangannya masing masing. Keheningan menyerang mereka, tak ada satupun yang memulai topik pembicaraan.
Menyebarkan pandangan ke sekitar, Lalice menerbitkan senyumnya ketika melihat seseorang tengah memberi beberapa kucing makan.
"Ternyata masih ada manusia baik" Gumamnya pelan namun dapat di dengar jelas oleh Jisoo.
"Nde?" Tanya Jisoo tak paham.
"Ani. Lupakan saja" Mempercepat langkahnya menjadi dibelakang Rosè lalu dengan satu gerakan Rosè berteriak dibuatnya.
"Ya! Keparat! Bagaimana jika rambutku rontok?" Ujarnya kesal lalu dengan sekuat tenaga mengejar Lalice yang berlari dihadapannya.
Jisoo dan Jennie hanya menggeleng melihat tingkah laku Juniornya itu. Terkadang mereka konyol terkadang juga mereka cekatan.
........
Semua orang di situ sedang sibuk, banyak sekali laporan berdatangan. Kejahatan belakangan ini semakin sering terjadi. Entah itu perampokan atau juga pembunuhan.
Terfokus pada kegiatan masing-masing, hingga fokus mereka menghilang karena pintu kantor Polisi itu terbuka menampakan empat gadis yang baru saja datang.
"Oh? Inspektur Kim?" Seulgi berseru tak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini. Bagaimana tidak, dua hari yang lalu dia mendapatkan kabar bahwa Jennie disekap dirumahnya dan kondisi tubuhnya tidak baik. Namun, sekarang dia melihat Jennie dengan raut wajah datar membosankannya.
"Siapa yang mau maksud?" Jisoo bertanya bingung. Jabatannya dengan Jennie sama dan marga mereka pun sama. Kalau bisa dia ingin mengganti marganya sekarang.
"Aku akan keruang ganti" Ucap Lalice yang diangguki semuanya dan berlalu pergi di ikuti Rose dibelakangnya.
"Jennie-ya, kau baik baik saja? Apakah lukamu sudah sembuh?" Suzy yang baru saja tiba pun mengguncang badan Jennie cukup kuat. Mendengar Jennie meringis Suzy pun menghentikan kegiatannya.
"Ya" Jennie berucap singkat lalu pergi dari sana.
"Ya? Apa maksudnya ya?" Suzy menoleh ke arah Seulgi, sedangkan Seulgi menatap Jisoo. Jisoo yang ditatap pun hanya salah tingkah.
"Aku akan berganti pakaian" Katanya lalu pergi meninggalkan keduanya.
........
Entah apa yang terjadi, kini semua anggota Divisi Patroli Hongil disuruh berkumpul di ruang rapat tanpa pengecualian. Tanpa bantahan apapun semuanya menuruti perintah itu.
"Semuanya sudah berkumpul" Seorang pria paruh baya memasuki ruang rapat dan mendudukan dirinya di kursi.
"Baiklah, kasus kita kali ini tidak berkaitan dengan perampokan atau penculikan. Bukan juga pemerkosaan. Kasus kita kali ini adalah pembunuhan" Semuanya menegang mendengar itu. Bahkan Jisoo dan Jennie terlihat memucat.
"Seorang pria bernama Choi Hyunsuk ditemukan meninggal di Apartementnya. Jasadnya ditemukan pada pukul 15.00 sore. Perkiraan Jasad tersebut telah meninggal selama 3 Jam" Jelas Songil lagi.
"Setelah di Autopsi, dia dinyatakan meninggal karena Sianida. Warga setempat sempat mengira dia bunuh diri, tetapi Cctv setempat memperlihatkan seorang pria dengan topeng putih biru keluar dari Apartementnya dengan mengendap endap" Semuanya terdiam ketika Video rekaman cctv itu ditayangkan disebuah layar yang tertera.
Semua hening, Lalice mengangkat tangannya. Entah mengapa jantungnya berdetak sangat kuat. Dia sangat bersemangat soal ini.
"Ya Petugas Ahn? Ada pertanyaan?" Songil menatap Lalice memberinya kesempatan.
"Apa kita sudah memiliki tersangka?" Menatap Songil dengan serius, Lalice mengharapkan jawaban "ya" agar kasus kali ini lebih mudah.
"Jawabannya...
Tidak" Lalice mendesah kesal mendengar jawaban itu. Bagaimana dia bisa menangkap penjahat namun tak ada yang di curigai.
"Detektif Choi, buat satu tim untuk menemanimu menggeledah TKP" Wooshik menangguk lalu menatap Jisoo Jennie Lisa dan Rosè yang berdiri berjajar.
"Rapat hari ini di tutup. Semua yang tidak dipilih Detektif Choi untuk membantunya berpatroli seperti biasa" Semuanya membungkuk hormat pada Songil lalu satu persatu keluar dari ruang rapat.
"Inspektur Soo, Inspektur Kim, dan dua anak baru. Kalian ikut dengan ku" Mereka berempat yang di tunjuk pun mengangguk lalu mengekori Wooshik dari belakang.
.....
Disini mereka sekarang, di Apartement milik Choi Hyunsuk. Terdapat dua gelas plastic bekas kopi disana, dan juga bungkus makanan yang berantakan serta beberapa botol alkohol.
"Dua gelas, mengapa pembunuhnya sangat bodoh? Sidik jarinya akan tertinggal disini" Rosè berucap sembari mengulurkan tangannya untuk menyentuh gelas itu. Namun dengan cepat Jennie menepisnya.
"Pastikan kau memakai sarung tangan ketika berada di TKP" Ucap Jennie dengan nada yang amat serius.
"Kopi digelas ini masih terisi penuh. Yang berarti, pelaku belum meminumnya" Lalice berujar melihat isi gelas kopi yang masih sangat banyak.
"Walaupun dia meminummnya sidik jarinya tak akan tampak. Di rekaman Video cctv itu terlihat bahwa pelaku mengenakan sarung tangan" Jennie melanjutkan ucapan Lalice.
"Dia pembunuh Profesional" Wooshik mengucapkan itu lalu mendudukan dirinya di dua kursi yang tersedia.
Lalice memutar pandangannya pada Apartement ini, matanya memicing ketika melihat subuah tabung di bawah sebuah meja kayu. Membungkukkan badannya, tangannya terulur mengambil tabung itu.
"Igeo Mwoya?" Semuanya menatap Lalice, Lalice mengguncang guncangkan tabung berisi obat itu sehingga menimbulkan bunyi.
"Apa itu narkoba?" Rosè dengan antusias lalu mengambil botol itu dari tangan Lalice.
Dalam sekejap kepalanya dihadiahi tamparan oleh Jisoo. Dengan gesit Jisoo mengambil botol itu lalu mengeluarkan isinya.
"Lihat? Ini hanya tablet penambah darah" Ucap Jisoo lalu menaruh kembali tablet itu.
"Kita tidak menemukan apa apa disini, lebih baik kita pulang lalu istirahat. Dan kalian, bantu aku menangani kasus ini" Ucap Wooshik tegas.
"Dan Petugas Ahn, Bisakah kau selidiki lagi rekaman cctv itu? Jika kau menemukan sesuatu yang janggal dimatamu segera laporkan kepadaku" Lalice mengangguki ucapain Wooshik.
"Besok aku dan Inspektur Kim akan kembali ke sini. Kami akan menggeledah bagian kamar dan dapurnya" Ucap Jennie lalu mengikuti langkah Wooshik.
"Baiklah, sampai jumpa besok Unnie. Sampai jumpa lagi Ahjussi tampan" Rosè mengucapkannya tanpa rasa ragu dan berlarian keluar.
"Dia benar benar tak waras"
Palembang, 18 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Live
ActionLalice, gadis berambut gray yang merupakan anak yatim piatu. Berjuang mati matian menyambung hidup tentu dengan tetap melanjutkan pendidikannya. Mencoba mengikuti tes masuk akademi polisi yang di anggapnya mudah, namun dia salah. PLAGIAT BAKAL SAYA...