Rosè membaringkan tubuhnya di kamar barunya. Setelah berkemas seharian bersama Lalice, seluruh tulangnya seakan rontok.Ya, dia benar benar tinggal bersama Lalice sekarang.
Tempat tinggalnya tidak terlalu luas seperti rumah orang tuanya. Hanya ada dua kamar dan satu kamar mandi. Serta, ruang tamu dan dapur yang hanya dibatasi oleh sofa.
"Ah, apakah aku bersalah pada Eomma?" Rosè kembali teringat pada teriakan orang tuanya yang memintanya untuk tidak pindah dari rumah dan tetap tinggi bersama mereka. Bahkan, Sooyoung sampai menitihkan air matanya untuk meluluhkan hati anaknya.
Hati Rosè sedikit tercubit dan terguncang melihat Sooyoung yang menitihkan air matanya. Namun, Rosè terlalu jengah mendengar ibunya selalu menyuruhnya mengundurkan diri dari Aparat Kepolisian.
Tentu Rosè sangat terganggu oleh tingkah ibunya, bagaimana pun menjadi Polisi adalah impian Rosè dari dia duduk di bangku sekolah dasar.
Menurutnya, menjadi Polisi itu sangat keren. Saat sekolah dasar dia pernah melihat seorang Polisi menyelamatkan seorang Lansia yang hampir tertabrak mobil, dan sejak saat itu Rosè mempunyai mimpi untuk menjadi Polisi.
"Tenanglah Rosè-ya, semuanya akan baik baik saja" Ucap Rosè meyakinkan dirinya sendiri.
......
Jennie kini tengah berjalan mengelilingi jalan kota Seoul sembari memandangi langit malam yang sangat indah. Terus berjalan sambil menggoyang kan tangannya, Jennie tersenyum ketika melihat lorong tempat dimana dia hampir dilecehkan oleh beberapa bedebah itu dan juga pertama kalinya dia bertemu Lalice.
Walau keduanya sangat jarang saling bertegur sapa dan Lalice yang selalu bersikap formal
padanya, Jennie tak bisa menyangkal bahwa dia menyayangi Lalice. Keduanya tampak seperti kakak adik yang selalu bertengkar, mereka selalu berdebat karena perbedaan pendapat."Cih, aku tak akan pernah menganggapnya sebagai temanku" Jennie menggerutu merasa heran pada dirinya yang sesaat memikirkan Lalice.
"Hei gadis manis" Suara berat itu membuat Jennie menoleh, dia dapat melihat salah satu lelaki yang hampir melecehkannya saat itu.
"Jangan mendekat! Aku seorang Polisi!" Jennie berteriak mengamcam lelaki itu. Namun, lelaki itu hanya membalas dengan kekehan.
"Siapa yang perduli? Saat itu, aku gagal menangkapmu. Dan saat ini, aku akan menangkapmu" Lelaki itu semakin maju mendekat pada Jennie.
"Ya! Kau pedofil? Apa tujuanmu, Eoh?" Jennie berseru kencang. dia tak tahu tujuan lelaki ini, memperkosanya? Atau hanya melukainya?
"Jennie Kim, kau adalah anak dari Kim Seonho, salah satu pengusaha besar di korea selatan. Aku akan menculikmu dan meminta tebusan pada ayahmu" Lelaki itu berucap sembari terkekeh pelan.
Semakin mendekat kepada Jennie, kini posisi Jennie sudah menyentuh dinding dan lelaki itu masih saja mendekat ke arahnya.
Tak tinggal diam, Jennie menendang perut lelaki itu sehingga lelaki itu tersungkur. Merasa kesal, lelaki itu segera bangkit dan mencekal tangan Jennie dengan kuat.
"Ya! Bedebah! Lepaskan tanganku!" Jennie memberontak dengan kaki yang tak henti hentinya menendang kaki lelaki paruh baya ini.
"Diamlah atau ku pukul" Lelaki itu kembali mengamcam Jennie. Namun, Jennie tak takut sama sekali, Jennie menginjak kuat kaki lelaki itu. Cekalan pada tangan Jennie terlepas, Jennie segera pergi meninggalkan tempat itu.
"Sial. Kau benar benar menantangku" Rasa kesalnya telah mencapai puncak saat ini, matanya berputar mengelilingi daerah itu. Dia tersenyum senang ketika melihat ada balok kayu tergeletak disana.
Bruk~
Palembang, 4 january 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Live
AksiLalice, gadis berambut gray yang merupakan anak yatim piatu. Berjuang mati matian menyambung hidup tentu dengan tetap melanjutkan pendidikannya. Mencoba mengikuti tes masuk akademi polisi yang di anggapnya mudah, namun dia salah. PLAGIAT BAKAL SAYA...