Jisoo terduduk di kursi penumpang mobil patroli itu dengan muka cemas. Terhitung sudah dua hari Jennie tidak masuk bekerja, entah apa yang sudah terjadi dengannya.
Dia tidak memberikan kabar apapun pada Jisoo ataupun pada Mingyu. Terakhir lali Jennie hanya menelfonnya lalu telfon itu dimatikan. Saat Jisoo menelfonnya kembali ponselnya tidak aktif.
Menghindari pikiran negatif, Jisoo memilih memandangi luar Jendela mobil yang dikendarai oleh Sehun itu. Jisoo bergumam tak percaya melihat betapa ramainya orang berlalu lalang di kota Seoul ini.
"Tidurlah jika ingin" Sehun berucap lembut kepada Jisoo.
"Ya! Aku ini Polisi, tidak mungkin aku tidur saat bertugas" Ucap Jisoo tegas. Sehun hanya menggeleng gemas ketika mendengar ucapan Jisoo. Faktanya, Jisoo sangat sering tidur ketika sedang berpatroli. Terutama saat keduanya sedang mendapatkan Shift malam.
Terus menatap keluar Jendela, mata Jisoo memicing ketika mendapati bangkai dua kucing yang tergeletak di pinggir jalan.
"Hentikan mobilnya!" Sentak Jisoo pada Sehun.
Sehun secara refleks meninjak pedal rem pada mobil itu. Membuka sabuk pengamannya dengan cepat Jisoo keluar dari mobil dengan tergesa gesa. Disusul oleh Sehun di belakangnya.
"Jisoo-ya, kau ini kenapa?" Tanya Sehun kepada Jisoo.
Jisoo hanya diam, tidak menjawab ataupun menoleh kepada Sehun. Matanya terus menelusuri jalan kecil itu. Terdapat dua bangkai kucing di pinggir jalan sana dan ketika Jisoo memasuki jalan kecil itu dia menemukan tiga bangkai kucing lagi.
"Mwoya Igeo" Ucap Sehun yang sepertinya masih terkejut dengan banyaknya Bangkai kucing disini.
"Mereka mati" Sehun mengangguk setuju.
"Ajal mereka datang disaat bersamaan" Celetuk Sehun.
"Mereka diracuni" Ucap Jisoo yang lagi lagi membuat Sehun terkejut. Bajingan mana yang meracuni kucing?
"Tapi untuk apa?" Sehun bertanya kepada Jisoo dengan nada binggungnya. Apa manfaatnya meracuni kucing?
"Pelakunya pasti psikopat" Lagi dan lagi, Sehun tercengang mendengar ucapan Jisoo. Jisoo se akan akan tau segalanya. Dia menyimpulkan semuanya berdasarkan pendapatnya.
"Diamlah, lebih baik kita kubur kucing kucing ini" Akhir Sehun.
"Kita? Kau saja" Ucap Jisoo lalu berjalan memasuki mobil patrolinya meninggalkan Sehun yang sibuk meminggirkan kucing kuciny itu.
"Poor Sehun"
......
Jisoo, Rosè serta Lalice kini tengah berada di depan penthouse Jennie. Hampir setengah Jam mereka berada disini. Memencet bel berkali kali namun tak kunjung ada jawaban yang mereka dapat dari Jennie.
"Apa dia tak ada dirumah?" Rosè berucap sembari berkacak pinggang. Tak dipungkiri bahwa dia lelah dan juga lapar. Setelah selesai patroli Lalice juga Rosè langsung di seret oleh Jisoo untuk pergi ke Penthouse is a fucking Penthouse milik Jennie yang menyebabkan keduanya tidak sempat makan siang.
"Heish! Ayo pergi dari sini, dia tak ada dirumah" Lalice berucap gusar dia tak tahan lagi.
"Heish, anak ini menyebalkan" Ucap Jisoo sembari memukul pintu Penthouse Jennie cukup kencang. Ketiganya terdiam, pintu Penthouse Jennie tidak terkunci.
"Ya! Tidak terkunci? Aku menunggu setengah jam!" Lalice berteriak marah.
Memasuki Penthouse itu dengan cepat, langkah Lalice terhenti."Lalice-ah, Wae Geure?" Tanya Rosè pada Lalice yang sama sekali tidak di tanggapi Oleh Lalice.
"Jennie-ya!" Jisoo terkejur melihat Jennie yang terduduk dengan tangan dan kaki di ikat. Serta seorang lelaki paruh baya yang tertidur di sofa dengan botol alkohol di tangannya.
Jisoo menutup mulutnya ketika Jennie memberi isyarat untuk diam menggunakan matanya. Dengan gerakan cepat Lalice mendekati Jennie, secara telaten membuka ikatan yang ada di tangan Jennie dengan cekatan.
"Ya! Siapa kalian?" Suara berat seorang lelaki itu mengalihkan perhatian ketiganya. Rosè mulai mengambil posisi dan merogoh saku celananya. Rosè berdecak sebal karena meninggalkan Pistolnya di mobil begitu juga Jisoo dan Lalice.
"Tak ada pilihan lain Chaeyoung-ah" Dengan cepat Jisoo menerjang perut lelaki itu.
Lalice yang telah berhasil membuka ikatan Tali di tangan dan Kaki Jennie segera membawa Jennie keluar dari Penthousenya.
Kembali masuk ke dalam Penthouse, Lalice menyuruh Rosè menemani Jennie diluar. Lalice tau Rosè belum pandai berkelahi, jika Rosè terluka hanya merepotkan pikirnya.
"Ini" Rosè melemparkan Borgol di sakunya kepada Lalice, Dengan gesit Lalice menangkapnya.
"Jisoo Unnie! Awas!" Lalice berteriak kencang saat lelaki itu ingin memukulkan botol Alkoholnya kepada Jisoo, berlari kencang memeluk badan Jisoo.
Byarr~
"Lalice!"
Kepala Lalice terkena pecahan Botol itu. Darah berceceran di mana mana. Bangkit dari duduknya, Lalice menerjang badan Lelaki itu hingga terjatuh. Memelintir tangan pria itu, memborgolnya dengan borgol yang diberiak Rosè tadi lalu memukul kepalanya cukup keras menggunakan tangan.
"Arghhh, bedebah kau!" Maki lelaki itu.
"Lalice, berhenti!" Sentak Jisoo.
Dengan emosi yang menggebu, menyeret pria itu keluar meninggalkan Jisoo yang masih terkejut melihat kemarahan Lalice.
"Sekkhiya! Tugas mu melindungi kami bukan menyakiti kami!" Teriak lelaki itu, dengan geram Lalice menerjang kepala lelaki itu hingga tak sadarkan diri.
"Bedebah! Dia menyandra kakak ku lalu bertindak seolah olah tak bersalah!" Rutuk Lalice.
Palembang, 24 January 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Live
ActionLalice, gadis berambut gray yang merupakan anak yatim piatu. Berjuang mati matian menyambung hidup tentu dengan tetap melanjutkan pendidikannya. Mencoba mengikuti tes masuk akademi polisi yang di anggapnya mudah, namun dia salah. PLAGIAT BAKAL SAYA...