Twee

5.1K 258 34
                                    





Warning‼️

Sexual Abuse, Violence, Rape, Hardcore, Hurt❗BDSM‼️





•••••





Berbulan-bulan telah berlalu sejak malam penyiksaan itu, tapi avarga belum juga berubah. Apa syeavi harus bercerai saja? tapi ia mencintai avarga. Rasa itu muncul sejak pertama kali melihat avarga di pertemuan keluarga. Dan lagi, perceraian adalah suatu hal yang tak pernah dilakukan oleh keluarga besarnya. Menunggu, ia akan menunggu sedikit lebih lama lagi.

Siang hari, Syeavi mendapat panggilan dari sahabat yang akan kembali ke Seoul dari study di LA, Abian delio.

Jadi keesokan harinya, ia pergi ke bandara untuk menyambut sang sahabat.
Untung semalam avarga tak menyentuhnya sehingga dia tak terlalu sakit berjalan.

Kedua sahabat itu sekarang sedang makan siang di kafe. Dengan canda tawa yang selalu mengiringi setiap detik yang dihabiskan mereka bersama, sehingga orang-orang yang melihatnya akan berpikiran jika kedua insan itu adalah sepasang kekasih.

Setelah itu, delio mengantar syeavi kerumah sebelum petang. Gadis itu takut membuat avarga marah karena tak izin keluar rumah. Apalagi pria itu sangat sering marah untuk hal sepele atau kesalahan kecil sekalipun dan berujung memberi siksaan kejam.

Namun sebelum delio pergi, dia sempat mencuri ciuman di pipi si manis.

"Hei! Kenapa kau menciumku Lio" tentu saja si empu kesal, dan tengah mengerucutkan bibirnya.

"Aku hanya ingin, aku merindukanmu Vivi, apa tidak boleh menciumnya? Pipimu itu akan tetap milik suamimu, aku tau itu." Delio malah tertawa renyah melihat reaksi sahabatnya yang protes dan menggemaskan itu.

"Sudah jangan memajukan bibirmu seperti itu, lebih baik kau masuk sekarang, aku pulang!" Pria yang selalu tersenyum secerah matahari itu beranjak pergi setelah mengusak helaian rambut syeavi lembut.
Berkat dirinya juga, syeavi bisa tersenyum lagi hari ini. Sejenak melupakan seluruh rasa sakit dan permasalahan hidupnya.

Setelah kepergian delio, syeavi membuka pagar mansion dan dikejutkan dengan keberadaan avarga yang memasang wajah tak bersahabat di sofa ruang tamu.

"Kau pulang lebih cepat." Syeavi membuka suara dengan gugup biasanya avarga pulang satu jam lagi.

"Siapa dia?"

Syeavi membeku dan menunduk. ia takut sampai tubuhnya bergetar hebat.

Karena tak ada jawaban, avarga kembali bersuara dengan intonasi datar. "Ibumu baru saja menelepon dan menanyakan keberadaanmu. Menyusahkan saja!"

"Ma--ma'af. Aku baru saja menjemput temanku dari bandara "

Avarga masih menatap tajam, "siapa?"

"Delio, Abian delio. "

Setelah mendengar jawaban syeavi, avarga beranjak dari sofa dan melangkah menuju ruang kerja.

Tumben sekali dia tidak memakiku. apa dia mulai berubah? Pikir Syeavi

.

.

.

.

Tidak.

Avarga masih sama.

Keesokan paginya, syeavi terbangun dalam keadaan telanjang dan terikat tali merah serta dengan mulut terbuka karena dipenuhi gagball.

Avarga menyeringai lebar kala bel berbunyi.

Syeavi melebarkan mata syok kala pria itu berbisik bahwa itu adalah delio.
Kemudian ia digendong menuju ruang pakaian, lebih tepatnya memasukkan dirinya ke lemari pakaian gantung.

Lubangnya kembali dimasuki dua buah vibrator kecil dan disumbat dengan dildo besar. Juga menggantung pergelangan tangan yang terborgol diatas besi tempat gantungan baju.

"Kau tidak akan ketahuan jika tidak mengeluarkan suara, slut."

BLAM

Syeavi melenguh tertahan. Benda-benda itu cukup menyiksa. Membuat tubuhnya memanas gelinjangan dan ingin disentuh. ini gila!
Dia menggesekkan kedua paha mencari sensasi kenikmatan. Air liur keluar dari sela mulut yang terus melenguh samar sampai akhirnya klimaks.

Beberapa saat kemudian, pintu lemari terbuka. menampakkan avarga yang tersenyum sinis.

"Menikmatinya, slut?"

"Nhgh."

Avarga melepas pakaian hingga telanjang sempurna, dan syeavi tahu apa yang selanjutnya akan terjadi. Pria berstatus suami melepas borgol di lengan dan menariknya keluar untuk berdiri memunggungi.

Syeavi yang lemas, berpegangan di besi tempat gantungan. tanpa belas kasih, benda-benda di titik pusatnya itu ditarik paksa dan memaksa miliknya masuk.

"Aanghh..." Lenguhan lolos kala avarga melepaskan gagball.

"Ugh.. kau masih saja sempit, umh."

"Ku--mohonhhh... Nggh.. hentikanh"

"Berhenti? Tubuhmu selalu lebih jujur, bicht"
Selanjutnya avarga bergerak lebih liar dan mengangkat tinggi satu kaki syeavi.

"Ahh...hh.. ah..too much.."

"Ah.. sahabatmu itu, sedang berada di kamar mandi sebelah. Bagaimana reaksinya jika melihatmu, slut?" Ucap avarga tiba-tiba.

Jantung syeavi berdebar takut. Ia tak ingin sahabatnya mendapati dirinya dalam keadaan seperti ini.

"Lubangmu mengetat, hm. Apa kau menantikan kedatangannya?"

"Ja--janganh.. kumohon... Nnnhh.." syeavi mencoba menahan suara lenguhan.
Takut delio bisa mendengar walau nyatanya ruangan itu kedap suara.

Setelah keduanya klimaks, avarga melempar tubuh syeavi ke dalam lemari dan memakai pakaiannya lagi.

Di dalam, si gadis Malang merasa berdebar karena tak lama kemudian dia mendengar suara avarga yang berbicara dengan delio.

"Maaf atas perbuatanku yang telah membuat baju anda kotor, delio."

"Tidak apa-apa, varga" delio selalu berusaha membawa percakapan mereka kearah yang lebih santai, tapi mengapa pria ini selalu berbicara dengan formal?

"Anda bisa memilih baju yang anda suka. Silakan ambil di lemari itu."
Tunjuk avarga pada lemari yang ditempati syeavi dari sekian banyak lemari.

Delio melangkah mendekat.

Badum

Badum

Badum

Syeavi berdebar takut. Ia membekap mulutnya kuat dan menahan liquid bening yang telah menggenang di kelopak mata bahkan mengalir di pipi. Tapi yang membuat semakin mengeluarkan air mata, itu karena tubuhnya yang memanas di tengah ketegangan itu. Benar kata avarga, dirinya seperti jalang.

Ia mendengar langkah delio yang terhenti dan memegang gagang lemari kemudian bersiap membukanya.

Kelopak matanya seketika terpejam, tak kuasa melihat ekspresi delio kala mendapati dirinya yang mengenaskan seperti ini. Dirinya hina, dan sangat kotor.

Ceklek!

Dan---


















































[TO BE CONTINUED]




















Tinggalkan jejak Vote
& koment

A Trapped [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang