part 9

159 42 15
                                    

"Nih" Alfian menyerahkan dompetnya Kepada Tiara

Tidak mau berlama-lama Tiara mengambil dompet Alfian dan pergi ke tempat penjaga
apotek membeli beberapa kebutuhan untuk mengobati luka AlfianSebenernya Tiara tidak begitu tau apa saja
yang harus dibeli. Tiara tidak pernah sebelumnya menangani seseorang yang sedang terluka.

Tapi sewaktu kecil mamanya
pernah mengobatinya dengan cairan Alkohol pembersih luka, obat merah, lalu diperban.
Saat dirinya jatuh dari sepeda dulu

"Ayo sini gue obatin" kata Tiara kembali dudukndisamping Alfian
"Nih dompet Lo" lanjutnya menaruh dompet di
pangkuan Alfian

"Awww pelan pelan"

"lya ini pelan pelan" Tiara mengoleskan obatnmerah dipelipis Alfian

Wajah meraka cukup dekat, jantung Tiara berdegup sangat kencang perasaan itu masih
ada.

Cintanya terhadap Alfian masih sama tidak hilang sama sekali.
Tiara menjauhkan wajahnya ketika Alfian meniup matanya.

Pipinya bersemu merah
tatkala Alfian melakukan itu padanya. Hanya karena di tiup Tiara langsung baper, katakan
saja hati Tiara lemah terhadap Alfian.

"Suara jantung Lo kedengaran tau" ujar Alfian

"HAH"

"Bercanda, serius amat" Alfian terkekehbmelihat Tiara yang salah tingkah karenanya

"Gimana, masih sakit?" Tanya Tiarabmengalihkan pembicaraan,

ia menempelkan plester diluka Alfian.

"Enggak lah, gue kan strong"

"Oh ya?" Tanya Tiara menekan kuat luka Alfian

"Awwwwsakit" ringis Alfian

"Katanya strong"

"Ya enggak gitu juga kali" dengus Alfian

"Ngomong ngomong gue minta maaf ya waktunkejadian dikantin dulu"

Tiara paham arah pembicaraan Alfian. Masihningat dikepalanya saat itu Alfian melakukan
prank terhadapnya. Menyatakan cinta dihadapan orang ramai jelas membuat Tiara
senang bukan main.

la mencintai Alfian tapi
laki laki itu tidak serius dengan ucapannya. Ingin rasanya marah, tapi cinta da  malu begitu
dalam menyelimuti dirinya. mana bisa Tiara memarahi Alfian

"lya enggak papa" matanya memandang lurus kedepan menerawang saat saat kejadian itu terjadi

"Siapa cewek yang Lo suka?" Tanya Tiara

"Seseorang dengan senyum manis yang mampu melelehkan hati" ucap Alfian
tersenyum. "Dia cantik, gue suka"

"Siapa?" Tanya tiara memaksa tersenyum.

Jujur saja hatinya sakit mendengar penuturan Alfian

"Mau tau aja apa mau tau banget?"

"Woy bro sory lama nunggu ya?" Ucap revaldi yang datang bersama dengan Dandi

"lya nih udah seabad gue nungguin Lo berdua" canda Alfian

"Gue yang manggil mereka kesini" kata Alfian seperti tau apa yang difikirkan Tiara

"Lo bawa motor udah kaya pembalap sih, untung enggak dipanggil yang maha kuasa"
Dandi datang dengan lawakan garingnya.

"Dandi kalo ngomong suka bener" kekeh revaldi

"Lo berdua mau gue hajar?" Kesal Alfian melihat kedua sahabatnya yang mengejeknya
disaat seperti ini.

"Uhhh adek takut bang" ucap revaldi & Dandi
barengan.

"Makasih ya ti, ternyata Lo baik juga" ujar Alfian tak ingin meladeni revaldi & Dandi

"Woy Rev Lo anter Tiara pulang"

"Siap bos"

Sebenarnya Tiara tidak setuju saat Alfian menyuruhnya pulang itu artinya Tiara akan berpisah dengan Alfian. Tapi, mau gimana punnjuga Tiara tetap harus pulang mamanya pasti
sudah menunggunya dirumah entah itu khawatir atau marah yang jelas pasti ia sedang
menunggu belanjaannya yang dibeli Tiara

"Hmm iya, Lo juga hati hati. Lain kali pakebhelm enggak usah takut wajah gantengnya
ketutupan harusnya Lo takut kalo wajah ganteng Lo ini terluka" kata Tiara menyindir
ucapan Alfian tadi

"Uhuyyyy sekarang terang terangan nih" Dandi bersiul melihat Tiara & Alfian secara
bergantian

"Wah pilih anrez atau Alfian nih" ucap revaldi ikut menimpali

"Udah ah, yuk pulang" Tiara menarik baju revaldi. Jika ia masih berada disana Tiara akan
terus mendengar celotehan tidak jelas dari Dandi & revaldi.

"HATI HATI BAWA MOTORNYA REV, BAWA ANAK ORANG PULANG" teriak Dandi dengan
suara lantang
Mulutnya sudah seperti toak melebihi jeritan anak cewek padahal jarak revaldi & Dandi tidak terlalu jauh .

"Pasti gue anter dengan selamat sampai tujuan" revaldi menunjukkan jempolnya

"Sekali lagi makasih ya ti" ucap Alfian

"Sama sama" balas Tiara senang. setidaknya hari ini ia bisa ngobrol banyak dengan alfian.
Jika dulu ia hanya memandangi Alfian dari jauh sekarang selangkah lebih maju.

Alfian jauh lebih baik dari yang Tiara bayangkan. Semoga saja dirinya bisa lebih akrab lagi
kedepannya.

**

"Ini siapa yang ulang tahun?" Tanya Tiara melihat kue tart berukuran sedang dengan
krim coklat yang menggugah selera. Bukannya menjawab Alfian malah tersenyum
menatap kue yang belum dipasang lilin.

Sesekali Alfian mencolek kue tersebut lalu
memasukkannya kedalam mulut

"Ih, jangan dimakanin terus, kan kuenya jadi jelek" omel Putri
seperti memarahi anaknya
yang memakan kue kedalam mulut

"Tadi kan gue nyuruh Lo beli dua, kenapa malah beli satu?".
Putri Apriyanti, gadis berkacamata itu segera
menjauhkan kue tersebut dari hadapan Alfian.

Tangannya terkepal didepan muka seolah olah mengancam Alfian. Jika tidak diam maka
bogeman mentah akan mendarat di wajah tampannya.

Ruangan bernuansa putih itu begitu asing dimata Tiara. Senyumnya mengembang
tatkala melihat nama Alfian sebagai ketua di struktur OSIS yang tertempel di dinding dekat
jendela. Ini kali pertamanya ia masuk ke ruang
OSIS.

Tanda tanya besar masih tersimpan dikepala
Tiara. Tiara tidak mengerti tujuan Alfian mengajaknya kesini. Dari awal datang
bukannya penjelasan yang Tiara dapat melainkan perdebatan antara Alfian & putri

"Gue ngizinin Alfian ngajakin lo kesini karenalo udah nolongin dia semalem. Inget jaga
sikap jangan buat keributan disini" ucap putri
melirik Tiara










Bersambung...

Benci Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang