Prolog

146 24 18
                                    

Happy reading

"Sayang kamu kenapa kok dari tadi diem?" tanya mama kepada anak laki-laki nya.

Dia adalah Rafael Emilio Derlangga yang sekarang baru berusia 6 tahun  anak dari Angga dan Derla. Seorang anak kecil yang pendiam, malas ribut, bahkan di suruh berbicara saja dia malas.

Kedua orang tua nya pusing memikirkan gimana caranya agar anaknya bisa berubah. Mereka hanya mau El seperti anak lainnya yang berbaur dengan teman-temannya.

Keseharian El hanyalah bermain di rumah bersama bibi bahkan waktu bermain di ajak ngomong jawaban nya sangatlah singkat.

"El kamu mau ikut mama?" tanya sang mama dengan nada sangat halus.

Jawaban anak tersebut hanya diam.

"Mau ya?" mohon mamanya menyatukan kedua tangan nya.

El menatap mamanya dengan kasihan dan mengangguk pelan . Bagaimanapun juga dia sosok mama yang selalu ada di samping dia.

"Terima kasih ya," ucap Derla seraya memeluk anaknya.

Derla tidak mau menyerah begitu saja. Sedikit demi sedikit dia mencari berbagai ide apapun hanya untuk anaknya.

"Yaudah yuk kita siap-siap ya."

"Mau di gantiin baju sama bibi apa mama?" tanya Derla mengelus rambut tipis sambil tersenyum

"Mama," balas El dengan singkat.

"Yaudah yuk kita ke kamar buat ganti baju dulu," ajak Derla menggandeng sang buah hati menuju kamarnya.

"Nah udah selesai," ucap Derla selesai mengganti pakaian El.

"Kamu tunggu dulu ya mama mau ambil tas dulu." El pun hanya mengangguk.

****

"Bundaaa rere mau main ayunan disana ya bundaa,"  rengek anak kecil perempuan berumur 5 tahun menunjuk salah satu ayunan yang tidak jauh dari pandangan nya.

Meskipun masih kecil namun dia sudah lancar berbicara 'R'. Anak kecil ini pemberani walaupun cewe karena ayah dan bundanya sudah mengajarkan mandiri sejak dini.

"Yaudah tapi hati-hati ya!!" peringat bundanya.

"Siap bundaa," balasnya dengan semangat sambil hormat kepada sang bunda.

Bundanya tertawa melihat tingkah rere yang imut nan menggemaskan.

"Eh kamu disitu aja nanti ya jangan jauh-jauh. Bunda mau beli minum buat kamu nggak jauh kok. Nanti kalau ada orang nggak kenal jangan di respon oke."

"Siap laksanakan. Rere kan pemberani," ujarnya sambil menunjukkan deretan giginya.

"Rere kesana duluu yaa buunnn." tanpa menunggu jawaban dari bundanya, anak itu langsung berlari ke taman.

Beberapa menit Rere asik bermain di taman. Namun, tanpa sengaja matanya tertuju pada salah satu anak kecil seumuran dia sedang duduk di salah satu kursi sendirian.

RAIN [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang