part 9

66 20 4
                                    

"Kalau sayang bilang, kalau cinta deketin. Jangan diam di tempat kalau sakit nanti nanges."

Happy reading

06.45

Asya berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya, tak lupa dengan wajah ceria dan senyuman manisnya. Raut bahagia mulai terpancar di sepanjang koridor. Bahkan beberapa siswa yang menatapnya menganggap Asya aneh.

Asya tak mempersalahkan orang yang menatapnya. Ia sadar sendiri jika dirinya aneh pagi ini karena tantangan yang harus menuruti perkataan Rafa pun tinggal 1 kali setelah itu dia tidak akan mengusik urusan dia.

"Kenape lo? Kesurupan? Kejedot?" tanya Hara.

Asya cengar-cengir, "Gue hari ini bahagia."

"Habis dapet gratisan?"

"Lebih malah."

"Kenapa si? Terus tumben amat lo berangkat pagi banget gini," ucap Hara melihat jam.

"Karena tinggal 1 kali doang gue harus menuruti perkataan Rafa. Habis itu gue nggak urusan sama dia," jelas Asya.

"Dih awas nanti tak sesuai ekspetasi."

"Nanti istirahat gue traktir lo sama Citra deh."

"Nah gitu dong! Gue doain sesuai ekspetasi."

"Nyengir lo kalau traktiran," cibir Asya.

"Dapet traktiran nangis kan sinting!"

"Terserah."

"Btw lo nggak ada rasa sya?" tanya Hara menghadap Asya.

"Rasa? Gue udah manis kali."

Pletak!

"Ealah bukan gitu konsepnya," greget Hara.

"Maksudnya tuh lo nggak ada perasaan gitu sama Rafa?"

"B aja," jawabnya.

"Nggak ada niatan buat pacaran sama dia?"

"Gue udah ada Gara."

"Nggak ada niatan buat putus?"

Asya menoleh cepat menatap Hara dengan tatapan menyelidik.
"Jangan-jangan lo suka sama Gara ya?"

"Dih mending gue sama si El-" Hara membekap mulutnya hampir saja ia keceplosan.

"El? Siapa? Hayoo lo naksir sama cowo?"

"Ng-" ucapan Hara terhenti karena terpotong oeh Asya

"Bentar, keknya gue tau, siapa ya?"

"Be-"

"LO SUKA SAMA ELA- AWWSHH."

Hara menginjak kaki Asya sebelum dia keceplosan lebih keras. Masalahnya ini di kelas yang berangkat pun udah banyak. Mau taruh dimana muka Hara coba.

RAIN [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang