Part 1 - Hoseok

9 2 0
                                    

Anyeoongg 👋👋
.
.
.

"Apa benar ini rumahnya? Besar sekali, rumahku bahkan lebih kecil dari halamannya."

Kini Jung Eunhye berada di depan pagar tinggi dengan rumah besar. Memanjangkan leher untuk menemukan seseorang, tapi tidak ada satupun di sana. Bahkan, tempat satpam juga kosong. Eunhye memandangi kembali kertas yang ia dipegang. Alamat itu benar sesuai dengan rumah yang ada di depannya sekarang. 

Eunhye menghela napas, tidak ada nomor yang bisa dihubungi sekarang. Tidak ada pilihan lain. Dia kembali memutar tubuh dan menarik kopernya. Dia dikejutkan dengan suara klakson yang begitu memekakkan telinga. Eunhye terpaku, agaknya dia juga pemilik rumah ini. Suara klakson itu semakin beruntun karena dia tidak berpindah dari tempatnya yang menghalangi jalan.

"Apa kau tuli?" Ungkap seorang laki-laki dengan setelan celana jeans hitam, kaos oblong putih, dan kemeja kotak-kotak yang dibiarkan tidak terkancing. Rambutnya yang panjang seleher disisir rapi menampakkan dahinya. 

"Kau, Yoon Hoseok? Hoseokie?" Ucap Eunhye. 

"Kau siapa memanggilku dengan sebutan menggelikan itu? Apa kau mengenalku? Oh tentu saja, siapa yang tidak kenal denganku." Lagaknya sombong. "Menyingkirlah, kau menghalangi jalan."

"Tunggu sebentar, ini aku Jung Eunhye. Apa kau sudah lupa denganku? Aku anak pamanmu, Jung Il Nam. Wah, kau semakin tampan, Hoseokie."

Hoseok tidak membalas ucapan Eunhye, sebaliknya dia menatap dari bawah hingga ke ujung rambutnya. Eunhye yang menyadari juga ikut memperhatikan cara berpakaiannya. Rok selutut, kaos pendek, sepatu sneakers, dan jaket denim warna putih, serta rambut tergerai. Tidak terlalu buruk, perempuan yang ada di depannya memiliki style yang cukup baik, pikir Hoseok. 

"Masuklah, jarak dari gerbang ke rumah cukup jauh."

Tanpa pikir panjang Eunhye menarik kopernya dan memasukkannya di belakang kursi kemudi, sedangkan dia duduk di samping Hoseok. Sampai masuk ke rumah, dia dikejutkan dengan hal yang jauh lebih istimewa. 

Rumah ini benar-benar seperti istana. Bahkan dia menemukan sebuah lift untuk menuju ke lantai 2 dan 3. Ya Tuhan, apa benar dia akan tinggal di sini? Interiornya begitu tertata rapi. Hampir tidak ada barang berdebu di sini. Eunhye juga cukup terpaku dengan puluhan medali dan trophy yang kebanyakan adalah kejuaraan olahraga, terutama tenis. 

"Wow."

"Eunhye, kau sudah datang?" Ucap bibi Jung, ibu kandung Hoseok yang muncul dari dapur bersama paman Yoon, ayah kandung Hoseok.

"Selamat datang, Jung Eunhye. Akhirnya aku bisa merasakan kehadiran anak perempuan lagi. Jiwoo ikut bersama suaminya sekarang dan jarang kemari."

"Ayo, bibi antar ke kamarmu. Kau pasti lelah setelah perjalanan dari Gangwon ke Gwangju." 

Tanpa banyak bicara, Eunhye mengekor bibi Jung. Benar ucapan bibi Jung, dia benar-benar lelah setelah 6 jam perjalanan udara dan 2 jam perjalanan darat. Dia bersyukur karena keluarga ini menyambutnya hangat, kecuali yang satu itu. 

Kepindahan Eunhye kemari adalah pertukaran pelajar selama satu semester. Untung saja kampusnya tidak jauh dari tempat tinggal Hoseok. Hanya saja, kampus Hoseok dan Eunhye berbeda. Itu bukan masalah besar. Dia bisa menaiki bus kota. Malamnya, pukul 12 dini hari, dia hendak bersiap tidur, tapi suara lantang dari bawah begitu terdengar hingga ke lantai dua, tempat istirahatnya. 

"Dari mana saja kau? Anak tidak bisa diatur! Kerjaanmu hanya bisa menghabiskan belasan botol whisky dan menghamburkan uang! Jangan berlagak karena kau kaya! Tidak bisakah kau hidup hemat?"

Bangtan Short Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang