Part 2 - Namjoon

1 1 0
                                    

Hehe maaff banget jarang update. Belum lagi yang lapak sebelah wkwk. Sabar yes. Mungkin tgl 24 aku up lapak sebelah hahaha. Jadinya 1 bulan sekali dong ya 😅 okelah, Happy Reading, all

.
.
.

Bae Namjoon dan Kim Soyeon memasuki kedai kopi setelah melewati beberapa pertemuan. Mereka sudah bekerja sama sebagai atasan dan bawahan sejak Namjoon magang di umurnya yang ke-24 tahun. Mereka seumuran, tapi pada saat itu Soyeon sudah menjadi wadiv di perusahaan. Kini dia sudah naik jabatan. Begitu pula Namjoon yang menjabat sebagai wadiv.

Mereka mampir ke kedai kopi untuk merayakan keberhasilan timnya setelah menyelesaikan sebuah projek. Sayangnya, semua tim yang bergabung tidak bisa hadir. Alhasil hanya ada mereka berdua. Sampai di antrean untuk memesan, mereka sama sama mendongak untuk memilih minuman

"Ketua Kim, anda mau minum apa? Biar saya pesankan." Tawar Namjoon pada kadiv di tempatnya bekerja. "Anda silakan cari tempat dulu."

"Tiramsu milkshake. Aku tidak yakin akan minum kopi malam ini. Bayar pakai ini, Wadiv Bae." Kata Soyeon sambil mengerahkan kartunya. "Aku sudah bilang kalau aku yang traktir jika tim kita berhasil."

Namjoon tidak bisa mengelak dan menerima uluran kartu dari tangan Soyeon. Dia pergi mencari tempat duduk yang nyaman. Suasana kedai cukup sepi. Mungkin sudah terlalu malam. Soyeon duduk dan membuka ponselnya. Dia menghela napas besar saat pesan yang dikirimnya untuk kekasihnya tak kunjung dibaca atau dibalas.

Yang ada hanya pesan masuk dari wadivnya, Bae Namjoon yang bilang bahwa dia juga memesan makanan ringan untuk camilan. Lantas dia berdiru untuk mencuci tangan. Saat kembali, pemandangan yang seharusnya tidak dia lihat kini ada di depan matanya.

Soyeon menghampiri keduanya tanpa pikir panjang. Tampak dua orang yang sedang duduk berhadapan ikut menatap Soyeon yang kini sudah berdiri di hadapan mereka sambil menyilangkan tangan di bawah dada.

"Jadi karena ini kau tidak membaca atau membalas pesanku? Harusnya hari ini aku bahagia."

"Soyeon?"

"Kau dengan siapa, Sein?" Tembaknya secara langsung membuat Sein ikut berdiri. Meninggalkan perempuan lain ikut bertanya-tanya.

"D-dia.." Sein, kekasih Soyeon, menjawab dengan tergagap

"Aku pacarnya!" Timpal perempuan itu lantang.

"Wah, jadi seperti ini permainanmu di belakangku? Aku bekerja siang malam dan menghasilkan uang. Kau dengan mudahnya meminta padaku untuk keluar bersamanya?"

Namjoon kembali dengan 2 gelas es kopi espresso dan vanila latte di tangannya. Awalnya Namjoon tidak mengira keributan itu melibatkan kadivnya. Namjoon mendekat dan berdiri tepat di samping Soyeon.

"Ketua Kim? Anda baik-baik saja?"

Soyeon menoleh ke arah Namjoon dengan mata berair. Tidak menjawab pertanyaan darinya juga. Namun, dengan cepat Seoyeon meraih cup kopi espresso, membuka tutupnya, dan menyiramkannya pada lelaki di hadapannya membuat kemeja Sein basah. Kekasih Sein membolakan mulutnya, hendak melayangkan tangannya pada Soyeon tapi ditahan oleh Namjoon.

"Jangan sekalipun menampar orang yang tidak bersalah." Ucap Namjoon dengan nada datar, tapi sedikit menekan

Kekasih Sein yang baru menatap kesal dan melepaskan tangannya dari cengkramannya. Air mata Soyeon sudah membasahi pipinya. Matanya bergetar, tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya.

"Tuhan sangat baik padaku, ya. Aku jadi tahu kebusukanmu saat kita masih pacaran. Jika kita sudah menikah munngkin aku sudah meminta untuk bercerai. Aku tidak menyesalinya. Kita cukup sampai di sini, Jeong Sein. Jangan pernah menghubungi atau menampakkan dirimu bahakan sesenti."

Bangtan Short Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang