▰𝙳𝚞𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚜

584 48 0
                                    

════════ ◖◍◗ ════════

Fotografi menjadi hobiku beberapa tahun terakhir, setelah aku yang memutuskan untuk lepas dari zona nyamanku—rumah. Mata kuliahku sudah selesai hari ini, tapi aku memang sengaja pulang terlambat. Ah, mungkin kalian akan tahu alasannya karena apa.

Selain aku yang sibuk memotret keadaan sekitar, ada seseorang yang aku tunggu. Ya, pikiran kalian benar.

“Clara, sebentar ya! Aku akan jemput kamu nanti,” bisiknya agak keras dengan raut wajahnya yang tetap saja merasa tak enak jika harus membiarkanku menunggu. Padahal aku tak masalah sama sekali.

Karena itu aku tersenyum padanya, mengangguk paham. Seiring tubuhnya yang berbalik meninggalkanku di sebuah bangku taman kampus, kameraku juga mengarah padanya. Fokusku resmi ada pada punggung perempuan itu yang berjalan menjauh dengan langkah cepatnya, hampir berlari, hingga dalam hitungan ketiga pemandangan rambutnya yang berkibar itu berganti dengan wajahnya yang tersenyum lebar melihatku.

Klik!

Aku berhasil mengabadikannya, lagi.

Senyumku mengambang melihat hasilnya. Cantik. Ia tak pernah mengecewakan. Ia selalu tampak indah.

Lia... jadi seseorang yang aku tunggu setiap harinya.













“Ow, cantik.”

Aku menoleh segera. Wajah Joshua menjadi objekku. Aku mendecak dan menatapnya garang. “Matamu ingin aku colok ya?”

Joshua bergerak menjauh. Ia menatapku horor. “Kamu jahat sekali. Aku kan, cuma bilang dia cantik, cemburu?”

“Oh, sekarang kamu ingin mulutmu juga aku robek?”

“Huh? Clara!” Joshua menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Sekarang benar-benar terlihat jika ia ketakutan. Kenapa aku merasa seperti seorang psikopat, ya?

“Ck, sudahlah. Pergi sana. Sekarang bukan waktunya aku pulang.” Aku kembali sibuk akan kameraku, melihat semua yang aku bidik. Lumayan. Tak jauh berbeda dari biasanya aku abadikan.

“Kamu suka ambil gambar?” Suara itu terdengar dekat dengan telingaku. Aku menghela napas pelan.

“Jaga jarakmu atau aku pukul?” Segera aku mendengar gesekan antara kain dan kursi panjang di taman ini. Meja di depan membuatku busa lelauasa meletakkan kameraku.

“Kamu nggak jawab pertanyaanku, Clara.”

Kembali, aku mengembuskan napasku. “Ya. Cuma dengan foto aku bisa lebih dekat dengan mereka. Orang-orang yang nggak pernah bisa aku sentuh secara langsung.”

“Jadi.. kamu sengaja foto mereka?”

Aku mengangguk. “Beberapa ya, beberapa cuma iseng.” Aku mengambil kembali kameraku, memasang tali yang ada untuk melingkari leherku.

“Lalu... yang perempuan tadi masuk kategori sengaja atau iseng?”

Aku menggumam sebentar sembari memberi sedikit aturan untukku membidik gambar kembali nanti. “Sengaja.”

“Kalau.. yang iseng bagaima—”

Ia berhenti bicara begitu suara kamera terdengar. Aku menatapnya setelah fokus pada kamera yang mengarah padanya. Tanpa ekspresi aku bilang, “Itu mode iseng. Sekarang berhenti tanya kalau mau ikut aku keliling kampus.”

▰Thouchin'▰

Tak kusangka dia diam sungguhan. Tapi baguslah, aku jadi tidak terganggu dengan semua pertanyaan menyebalkannya itu. Sudah beberapa kali aku mengambil gambar, berkeliling gedung fakultasku bahkan fakultas lain, hingga akhirnya aku kembali ke tempat semula ketika jam di tangan telah menunjukkan angka di mana Lia akan pulang.

“Clara!”

Aku tersenyum menyambut suara cerianya, aku mendongak untuk melihat ke arahnya yang sialnya membuatku berhenti menampilkan senyumku untuknya. Alisku bertaut.

“Zack?” lirihku.

Aku kenal lelaki itu. Ia pun juga begitu. Teman sekelas, mana mungkin aku tidak tahu dia. “Kalian...” kalimat yang sengaja tak kulanjutkan itu ternyata dipahami oleh mereka berdua yang saling bergenggam tangan di hadapanku. Terdengar senyuman canggung dari Zack dan senyuman lebar dari Lia.

“Dia.. pacar aku sekarang! Nggak nyangka dia ternyata suka aku dari awal masuk, dan aku juga tertarik ke dia. Akhirnya tadi jadian deh!”

Ah, tentu saja ini berita buruk. Aku benci situasi ini.

“Oh, selamat. Kalau begitu aku pulang. Ayo, Shua.”

“Eh, Clara! Nggak mau aku traktir?”

Aku menggeleng. “Aku sudah ada urusan dengannya. Terima kasih.”

Tanpa peduli apapun, aku melenggang pergi. Diikuti Joshua yang hanya mengikuti dalam diam.

“Berengsek!” desisku.

Sial. Aku ingin berhenti kuliah saja.

════════ ◖◍◗ ════════

Thursday, 2 december 2021

Thursday, 10 february 2022

𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝𝙞𝙣'  ▍𝙃𝙤𝙣𝙜 𝙅𝙞𝙨𝙤𝙤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang