▰𝙳𝚞𝚊 𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚕𝚒𝚖𝚊

577 52 0
                                    

════════ ◖◍◗ ════════

Kami akhirnya pulang. Tak terlalu malam, sekarang masih pukul tujuh dan aku sangat lelah. Menghindari banyak orang di tempat umum membuatku berkeringat dingin dan mual. Ternyata perkataan Joshua untuk tinggal di rumah lebih baik. Tapi dia tadi juga tidak melarangku. Mungkin ia tahu aku butuh melalukan sesuatu untuk membuatku lupa akan Lia dan semua masalahku dengannya. Meskipun sebelumnya aku berakhir tak menjawab jujur, tapi aku sudah mampu membuat senyum cerianya itu kembali seperti biasanya. Aku memilih untuk melupakan dan menganggap tak pernah terjadi sesuatu dengan perasaanku terhadapnya. Entah ini pilihan yang baik atau tidak, aku akan tetap menjaga rahasiaku darinya.

“Gila bukan? Pertarungan mereka keren! Kamu lihat tadi kan?”

Seharusnya aku bisa menanggapi dengan nada antusias sepertinya. Tapi sayangnya, tak bisa. Aku bahkan tak tahu adegan mana yang ia bicarakan. Sejak kedua manusia tak tahu tempat itu mengganggu pendengaranku yang memang lebih dekat dengan mereka. Joshua ada di samping kananku, yang aku yakin tak mendengar apapun karena terlalu fokus dengan film.

Tapi aku mengangguk. Senyumku mengembang di samping ia yang mulai menginjak rem untuk berhenti karena lampu merah. Ia menoleh ke arahku dengan senyum lebarnya.

“Ya, seru sekali.”

Matanya memicing. “Tanggapan kamu seperti orang yang nggak paham aku bahas bagian yang mana. Serius seru? Memangnya siapa yang aku bahas?”

“Filmnya kan? Ketika pemeran utama dan musuhnya bertarung?”

Joshua tersenyum geli, “Itu kan pertengahan film. Aku bahas yang menuju ending tahu. Kamu nggak tahu ya kalau pemeran utamanya dikhianati dengan aliansinya?” Joshua mendecak tatkala melihatku hanya diam seolah mengingat kejadian mana yang aku tonton. Sial. Aku tak mengingat bagian itu? Bagaimana bisa aku tahu!

“Lihat! Kamu nggak fokus!” Ia kemudian tertawa keras saat tahu aku memang sungguhan tak fokus. Aku mendecak, menghela napasku pelan dan mengangguk.

“Iya, kamu benar. Aku nggak fokus sejak pertengahan film. Sekarang berhenti tertawa.” Aku bersandar pada kursi, menatap jalanan yang masih ramai dan lampu merah yang belum kunjung berganti. Joshua terkekeh, ia kini bersiap menyetir ketika melihat kendaraan di depan sana perlahan memperlambat lajunya dan berhenti karena lampu merah. Sekarang hampir giliran kami untuk menyeberang. Tapi ia bertanya sebelum lampu merah berganti.

“Memang kamu kenapa nggak bisa fokus?”

Helaanku kembali terdengar. Ia melirik sekilas dengan senyuman gelinya yang masih terpatri. Aku menjawab, “Karena kamu sudah ambil fokusku.” bersamaan dengan lampu yang berganti hijau. Tapi Joshua tak segera melaju, aku menoleh ke arahnya yang nyatanya terdiam beku dengan matanya yang menatap lurus ke jalanan. Aku mengernyit, tanganku berusaha menggoyangkan lengannya dan membuatnya sadar. Disusul dengan beberapa klakson yang terdengar dari arah belakang kami, ia akhirnya tersentak dan segera menjalankan mobil.

Sekarang kenapa dia yang malah tak fokus? Dasar. Aku menggeleng, seringaiku mengembang. “Lucu. Nggak rugi aku lebih perhatikan kamu daripada film.” Tanganku bergerak mengusap daun telinganya, kekehanku terdengar begitu ekspresi kakunya tergambar jelas di wajahnya. Entah mataku yang mulai rabun atau memang telinganya berubah merah setelah kusentuh? Mau apapun itu, Joshua memang lucu. Meskipun tetap menyebalkan.

Aku jadi ingat Jisoo kecil. Jika begini, ia sama menggemaskannya seperti waktu itu. Ketika untuk pertama kalinya aku mencium pipinya karena gemas. Oh, wajahnya mirip sekali!











“Ah, aku jadi ingin menciummu.”




════════ ◖◍◗ ════════

Friday, 28 january 2022

Wednesday, 23 february 2022

𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝𝙞𝙣'  ▍𝙃𝙤𝙣𝙜 𝙅𝙞𝙨𝙤𝙤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang