▰𝙳𝚞𝚊 𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚖𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗

654 52 5
                                    

════════ ◖◍◗ ════════

Joshua meregangkan tubuhnya, ia telah siap untuk tidur malam ini. Tapi bel rumahnya tiba-tiba berbunyi. Ia melihat jam digital di nakas yang menunjukkan angka sepuluh lewat lima menit. Memangnya siapa yang bertamu? Ayahnya? Ibunya? Atau... Clara? Untuk apa pula dia datang? Tapi meski begitu ia segera beranjak dan membuka pintu utamanya.

“Hai?”

Clara. Dia datang dengan senyuman polos dan matanya yang menangkap piyama biru dongker membalut tubuh lelaki di depannya yang terdiam bingung. “Kamu mau tidur ya? Maaf ya, mengganggu. Tapi aku sudah kirimi kamu pesan kalau aku akan menginap di rumah kamu malam ini. Nggak apa-apa?”

Bagaimana bisa Joshua menolak Clara dengan setelan piyama yang entah bagaimana bisa mempunyai model dan warna yang sama.




















Oh, ya ampun, Joshua ingin pingsan sekarang. Tidur sekamar, seranjang, dan dengan piyama yang sama. Seperti suami istri saja! Oh, tidak, Joshua bisa gila. Tidak! Dia tidak bisa tidur! Bagaimana ini?!

“Shua. Kamu belum tidur ya?”

Joshua tersentak. Ia menoleh dan melihat Clara yang juga menoleh ke arahnya. Ia menghela napas. Lantas bergerak miring untuk bisa dengan leluasa memandang Joshua yang sekarang gugup setengah mati.

“Kenapa? Gugup ya?”

“Ha?!”

Kekehan Clara membuat Joshua semakin gugup saja. Bagaiman bisa Clara tahu kalau hatinya tengah risau sekarang?! Jantungnya berdetak keras sekali rasanya.

“Sama. Aku juga. Ah, rasanya mau mati... bagaimana bisa aku gugup gara-gara tidur seranjang dengan Joshua Hong yang menyebalkan? Astaga...”

Joshua yang sempat tersipu jadi ingin marah. “Kamu mengejek atau apa?!”

“Oh, lihatlah! Shua manisku marah sekarang. Ow... lucu sekali!”

“Ck! Kamu sama saja dengan Jeonghan.”

“Hei. Aku nggak mau di samakan dengan dia.”

Ada aura yang berbeda. Mata yang sudah lama tak ia lihat hadir kembali. Sama seperti saat Clara memperingatkannya untuk menjaga jarak dan tak menyentuhnya. Dominasinya tak bisa Joshua lawan. Ia menelan ludah susah payah. Lantas mengangguk mengerti.

“Iya... Clara. Berhenti tatap aku begitu, mengerikan.”

Clara mendecih. Gadis itu membalikkan tubuhnya ke samping kanan. “Aku nggak suka kamu terlalu dekat ke dia. Kamu nggak ngerti sebenci apa aku dengar suara tawa kalian di mobil waktu itu.” Suara Clara terlalu pelan, nyaris seperti gumaman pada dirinya sendiri. Tapi Joshua mendengarnya dengan jelas, ia tersenyum lebar akan itu.

Ah, cemburu, ya? Clara tak tahu saja bagaimana perasaannya ketika tahu Clara menyukai Lia saat itu. Oh, rasanya Joshua ingin menyerah akan misinya. Tapi ia tak rela.

Ia menyeringai, nampak manis tapi menyimpan sisi liarnya yang terpendam. Joshua tanpa peringatan membalik tubuh Clara dan duduk di atasnya. Mata serigala itu membulat, mulutnya bergerak hendak mengatakan protesnya. Tapi kecupan kilatnya membungkam itu semua.

Joshua menelengkan kepalanya ke kiri, menatap Clara yang masih membisu di bawahnya dengan kerlingan nakalnya.

“Kamu lupa tentang aku? Seharusnya, aku nggak biarkan Lia masuk ke rumah malam itu. Aku juga nggak seharusnya biarkan kalian bicara berdua. Aku cemburu, kamu tahu? Aku kesal sekali saat tahu kamu potret dia sepanjang waktu. Tapi tahu apa yang buat aku nggak peduli lagi akan itu?”

Tanpa menunggu jawaban, Joshua mendekatkan wajahnya pada Clara yang sepertinya mulai mengerti aksi yang akan lelaki itu lakukan. Clara menyeringai, membiarkan bibir Joshua yang lembut itu kembali menyapa miliknya. Senyuman manis dengan arti lain itu, masih terpatri apik hingga saat semua kalimatnya terlontar.

“Kamu.” Joshua kembali menjauhkan dirinya. Ia kini lebih terlihat seperti biasanya. Lembut dan tenang. “Aku juga sudah tunggu kamu lama sekali. Tapi aku selalu ingat kamu, sampai detik di mana kita ketemu lagi. Semua kenangan kita muncul, aku senang sekali saat itu. Dan sekarang, aku jauh lebih senang karena kamu... lebih suka aku dari Lia.”

Clara beralih untuk duduk. Dengan tetap membiarkan Joshua berasa di atasnya, kedua tangannya memegangi pinggang ramping itu kini keduanya duduk berhadapan dengan Joshua di pangkuan.

“Aku selalu suka kamu, Shua. Dari dulu. Meskipun aku sempat lupa, tapi hati nggak bisa bohong, iya kan?”

“Lalu... sekarang kita apa?

Clara terkekeh. Ia menatap mata lugu itu. Ia tersenyum hangat. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Joshua. Tersenyum jahil. “Apa lagi? Kita akan segera menikah. Tunangannya satu bulan lagi. Kamu sudah siap?”

“HAH?! KAMU GILA?! JANGAN BERCANDA!”

Lagi, Clara tertawa. Meskipun telinganya agak ngilu. Tapi ia tetap menjelaskan. “Aku nggak bercanda. Kita akan bicarakan ini besok. Sekarang ayo tidur. Aku lelah karena menjelaskan semua awal mula hubungan kita ke mama dan papa tadi.”

Clara membawa tubuh keduanya untuk kembali berbaring. Dengan Clara yang merengkuh tubuh lelakinya santai sebelum menutup matanya untuk terlelap.

“Shua, kamu sudah berhasil buat aku jatuh cinta. Bukan. Kamu... sudah berhasil buat aku tetap cinta. Cuma ke kamu.”

Malam itu, Joshua kembali tersenyum lembut. Ia berakhir menerima pelukan hangat Clara dan tak melepaskannya hingga pagi menyapa. Sampai keduanya terbangun pun, senyum semalam masih terbawa. Terus terbawa hingga tiba di mana keduanya siap untuk melangkah lebih jauh lagi.

════════ ◖◍◗ ════════

Sunday, 30 january 2022

Sunday, 27 february 2022

End.

a/n

wah! sampai jumpa besok!

𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝𝙞𝙣'  ▍𝙃𝙤𝙣𝙜 𝙅𝙞𝙨𝙤𝙤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang