▰𝚃𝚞𝚓𝚞𝚑 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚜

522 48 0
                                    

════════ ◖◍◗ ════════

Aku... untuk pertama kalinya menghindar. Selalu membuat alasan dan lebih irit bicara. Sama seperti dahulu sebelum aku bertemu dengannya.

Lia, maaf. Tapi aku tak mau lagi dekat denganmu.

Beruntung Zack membuat pikirannya beralih dariku. Tapi aku rasa itu tak cukup. Karena aku lihat dia tetap bersikeras membuat kami saling bicara dan bercanda layaknya biasa. Ah, bagaimana jika dia tahu aku menyukainya, ya?

Tunggu. Aku menyukai... siapa?

“Ah, sial. Kepalaku pusing...”

Kenapa ada bayangan Joshua tiba-tiba? Kenapa pula wajahnya sedekat itu? Kenapa aku menatapnya? Apa aku mabuk? Tapi aku tidak minum apapun, iya kan?

“Ah...” Aku meremat rambutku ketika otakku saja tak bisa berpikir lebih jauh. Kenapa sakit sekali? Dibalik alisku yang bertaut dan mataku yang menyipit menahan pening, aku melihat jam di ponselku. Oh, sudah waktunya aku pulang. Apa Joshua sudah tiba? Aku ingin cepat tidur.

Aku membereskan segala barangku dan beranjak dari perpustakaan. Berjalan ke arah Joshua biasa menjemput dan ada mobilku di sana. Aku mengembuskan napas lega dan segera berjalan cepat dan masuk ke samping kursi kemudi. Helaan napasku terdengar begitu punggung telah bersandar dengan nyaman di kursi. Tasku terlempar di kursi belakang, aku memakai sabuk pengamanan dan mulai memejamkan mata, berniat tidur dalam perjalanan. Oh, sungguh, entah mengapa aku lebih lelah hari ini.

“Shua, ayo jalan.”

Tak ada sahutan. Tapi aku merasakan ia mulai menjalankan mobil dan membawa kami pulang. Tapi ada yang menggangguku. Lantas aku membuka mata dan meliriknya yanh sibuk menyetir. Oh, aneh. Biasanya dia akan melakukan basa-basi denganku. Apa karena dia tahu aku sedang lelah? Wah, pengertian sekali.

“Hei, apa kemarin aku mabuk dan menyusahkanmu? Apa kamu yang menggendongku sampai ke kamar?”

Joshua akhirnya bisa merespon dengan kekehannya seperti biasa. Ia melihatku sekilas. “Kamu pikir ini drama? Haha! Enggak kok, memang kamu suka mabuk?”

Aku berpikir. “Iya juga, aku nggak suka mabuk. Malah aku nggak pernah mencoba alkohol.”

Pelototan matanya nampak meremehkanku. “Seumur hidup?!”

“Ya...? Memangnya salah?”

Joshua lantas berdeham. “Enggak juga, cuma... kamu sungguhan nggak pernah? Walau segelas?”

Aku mendengkus. “Tahu bentuk dan aromanya saja enggak!“ Aku menggeleng pelan. Lalu kembali memejamkan mataku. Mencoba tidur kembali. Jawaban sudah aku dapat. Mungkin bayangan tadi hanya mimpi. Meskipun terlihat seperti nyata.

“...Apa kamu mau coba?”

Aku membuka mata. Tawaran yang menarik. “Kamu pernah?” tanyaku mulai tertarik.

Ia mengangguk. “Beberapa kali. Rasanya biasa saja. Cuma orang-orang biasanya suka sensasinya setelah mengkonsumsi, hanya itu.”

Alisku terangkat satu. “Nggak menarik dong?”

“Tapi ada juga yang menarik kok. Makanya, kamu mau coba? Bagaimana kalau... wine?”

“Wine?”

Joshua tersenyum lebar. Manis sekali. Seolah ingin melakukan sesuatu yang tak aku suka. Mencurigakan. Tapi aku ingin mencoba. Maka dari itu aku mengangguk. Senyumnya semakin lebar. Bahkan matanya ikut tersenyum padaku.

“Aku akan beli buat kamu!”















Belum sempat aku menutup mata untuk kembali mencoba terlelap. Joshua membuka suaranya.

“Apa kamu mau main juga?”

“Main apa? Permainan anak-anak mana yang kamu mau kita mainkan? Lompat tali?”

Kekehannya terdengar. Renyah sekali. “Truth or Dare. Pernah dengar?”

Ah, permainan itu? Aku pernah dengar dari Li— ah, sial. Sepertinya aku benar-benar ingin melupakan perempuan itu.

“Ya,” jawabku malas. “Lakukan sesukamu. Niatku cuma mencicipi rasa alkohol, itu saja. Sekarang jangan ganggu aku tidur.”

“Ah, sayang sekali. Tapi kita sudah sampai.”

Berengsek! “Kamu tahu kalau kamu menyebalkan nggak?”

Tapi suara tawa ceria itu yang aku dengar. Oh, ya ampun. Bagaimana bisa aku mengenal laki-laki sepertinya.

════════ ◖◍◗ ════════

Tuesday, 18 january 2022

Tuesday, 15 february 2022

𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝𝙞𝙣'  ▍𝙃𝙤𝙣𝙜 𝙅𝙞𝙨𝙤𝙤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang