▰𝙻𝚒𝚖𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚜

572 50 0
                                    

note: include lgbt things.

════════ ◖◍◗ ════════

“Jadi sekarang... apa aku salah? Atau aku memang nggak pernah cinta ke dia?”

Joshua berkedip beberapa kali. Seolah baru saja mengembalikan dirinya ke kenyataan. Aku menunggu reaksinya. Sama seperti aku yang menunggu reaksi kedua orang tuaku dulu. Tapi sama seperti ibu, ia tersenyum.

“Enggak. Bagiku kamu nggak salah.” Begitu lembut. Suaranya itu tak pernah berhenti membuatku terpana. Bagaimana bisa, seorang laki-laki memiliki suara yang selembut itu? Ia tampan kuakui. Tapi entah bagaimana ia juga cantik. Sejauh ini, aku tak pernah melihatnya mengerutkan wajah indahnya itu karena marah. Ia bahkan lebih banyak tersenyum—meskipun kadang membuatku kesal.

Tapi Joshua... tak pernah membuatku tak nyaman. Bahkan meski saat pertama bertemu aku terlihat sangat ingin menendangnya pergi. Tapi buktinya aku tak melakukan itu.

“Clara, kalau menurut kamu sekarang, perasaan kamu itu apa?” Pertanyaannya menyentakku untuk kembali fokus pada masalahku saat ini. Aku berdeham. Mengalihkan wajahku darinya yang masih saja melihatku sejak awal masuk.

“Aku—”

Tak bisa menjawab. Mulutku tak bisa bergerak. Diam di saat aku hendak mengatakan jawabanku. Bahkan hatiku sekarang membisu. Mataku kembali menatapnya. Senyuman lembut itu masih ada di sana, bersamaan dengan mata setenang danau yang memantulkan gemerlapnya langit malam.

Aku... terpaku.

Sedangkan wajah yang tak lagi menampilkan senyum dan gelapnya mata sebab kelopaknya yang menutup itu perlahan mendekat. Memaksaku untuk tetap terdiam di tempat sementara jantungku yang kian berdetak lebih kuat seolah ingin melompat keluar.

Sentuhan lembut yang menyapa bibirku menyebarkan getaran aneh di seluruh tubuhku. Mataku membulat sempurna. Selama beberapa saat aku seolah terbawa jauh dari bumi. Hingga akhirnya kembali dan mata segelap langit malam itu aku lihat.

Aku sayang kamu, Clara.

Bisikan halus itu membawa bayangan aneh. Tentang seseorang yang telah lama aku lupakan. Kenangan di saat lalu, ketika aku masih menjadi Clara yang begitu menyukai dunia luar. Di sebuah taman bermain, ketika aku dan dia hendak kembali pulang.

Aku yang lebih sayang kamu, Kak Jisoo!

Aku... tak melihat apapun setelahnya.

▰Thouchin'▰

Joshua mendelik, tapi dengkusan dan senyuman simpulnya terpatri. Ia mengusap sisian wajah gadis di depannya dan memperbaiki posisinya untuk berbaring dengan nyaman di ranjang. Kembali ia hanya mengamati, senyuman manisnya tak segera pudar. Ia menatap penuh takjub dan rindu.

“Sudah lama ya, Clara? Aku kangen kamu.”

Ia mengulum bibirnya, melipatnya ke dalam. Kekehannya terdengar. “Maaf ya, Clara. Aku sudah nggak tahan.” Kembali tangannya sibuk mengagumi segala pahatan Tuhan di sana. Wajah yang sudah semakin terbentuk dengan rupawan itu dielusnya. Membayangkan reaksi apa yang akan gadis itu berikan padanya. Marah? Malu? Atau bahkan memukul Joshua tanpa ampun?

Ah, Joshua tak peduli itu. Ia hanya tak sempat memikirkan dampak setelahnya jika otaknya sekarang tengah terganggu oleh hal yang lain.

Ia menatap penuh khawatir, tangannya berhenti mengelus. “Bagaimana caranya aku buat kamu sembuh, Clara...”

Tugasnya adalah membuat Clara menyentuhnya. Dengan cara  gadis itu mencintainya lebih dulu. Perlahan membuat Clara percaya dan mulai membuka dirinya pada Joshua hingga rasa takut akan disentuh itu menghilang.

Tapi bagaimana caranya jika Joshua saja telah melewati batas lebih dulu sebelum benar-benar mendapat kepercayaan dari Clara?

“Ah, ya ampun!” Joshua mengusak rambutnya kasar. Ia... terlalu terburu-buru. Sekarang ia baru berpikir akan dampak apa yang akan berimbas padanya, pada tugasnya, dan hubungan mereka.

════════ ◖◍◗ ════════

Friday, 10 december 2021

Sunday, 13 february 2022

a/n

yash, the first kiss-

𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝𝙞𝙣'  ▍𝙃𝙤𝙣𝙜 𝙅𝙞𝙨𝙤𝙤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang