3.

363 23 0
                                    

Happy Reading!

“Nggak apa-apa giman–Lo?!!”

Sumpah demi apapun! Gue nggak lagi mimpi kan?!!!!

Bella nyaris berteriak andai saja lelaki dihadapannya tidak menyadarkan ia dari keterkejutan yang melanda.

Zacky menjentikkan jari tepat di depan wajah Bella, membuat gadis itu segera tersadar dan langsung tersenyum penuh misteri.

“Kita ketemu lagi.” kata Bella ambigu. Sementara Zacky mengerutkan keningnya tak mengerti.

“Ketemu lagi?”

Bella mengangguk mantap. Lantas mengatakan kapan mereka pernah bertemu dan dimana. “Kemaren. Lo juga nabrak gue di depan toko buku. Inget? Plaza Senayan.”

Zacky terlihat mengingat sebelum akhirnya ber'oh' panjang membuat Bella semakin melebarkan senyumnya.

“Jadi itu lo? Sorry, kemaren gue buru-buru. Nggak terlalu perhatiin kalo lo yang gue tabrak. Sorry, ya?!” pinta Zacky tulus.

“Iya, nggak apa apa. Kemaren lo udah minta maaf, gak perlu minta maaf lagi.”

Zacky mengangguk. Namun setelahnya, perhatian kedua orang tersebut dialihkan saat seorang wanita setengah baya memanggil Bella dengan sebutan 'mbak'.

“Iya? Kenapa ya, Bu?”

“Itu mbak, barangnya jatuh.”

Sontak, kedua remaja yang saling berhadapan itu mengalihkan tatapannya kearah bawah dimana barang yang ditunjuk ibu tersebut jatuh tak jauh dari kaki Bella.

Anjing. Kenapa baru sadar?!!! Umpat Zacky saat melihat benda yang barusan ia ambil ada di lantai. Sepertinya terlempar saat ia menabrak gadis di depannya.

Bego banget Zackyy!

“Bukan punya saya, Bu. Jatuh kayaknya dari rak.” kata Bella seraya mengambil benda di dekat kakinya dan meneliti sebentar.

“Oh, bukan punya mbak. Saya kira itu punya mbaknya karena jatuh dekat kaki mbak. Kalo gitu saya permisi, mbak, mas.” pamit ibu tadi meninggalkan Bella dan Zacky dalam keheningan.

Hendak menyimpan kembali benda di tangannya, Bella dikejutkan dengan gerakan cepat lelaki didepannya yang lebih dulu menyambar benda tersebut.

“Eh?”

“Itu punya gue.”

“HA?!”

.

Bel istirahat sudah berbunyi sedari lima menit lalu. Di koridor kelas XII IPA, nampak seorang gadis tengah berjalan dengan cepat tanpa memerdulikan sapaan kakak kelasnya dan malah melenggang melanjutkan perjalanan.

Sembari berjalan, Shalsa menggerutu merutuki keterlambatan guru yang datang ke kelasnya. Sebab, karena itu waktu istirahat kelas Shalsa di potong untuk ulangan harian dan guru yang mengajar baru saja keluar dari kelasnya.

Shalsa berhenti di depan pintu bertuliskan XII IPA 4 yang tertutup. Ia mengintip lewat jendela untuk melihat aktifitas di dalam kelas dan memastikan jika kakak kelas yang ia cari ada di sana.

“Lagi pada istirahat tapi kenapa di tutup sih pintunya?!” gerutu Shalsa saat melihat di dalam sana ternyata para murid tengah beristirahat.

“Tapi kak Alfa mana?” gumamnya bertanya pada diri sendiri ketika tak melihat batang hidung Alfa.

Hendak mengetuk pintu yang tertutup, Shalsa dikejutkan dengan pintu yang lebih dulu terbuka dari dalam dan menampakkan wajah kakak kelas yang dikenalnya.

ALSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang