About Winter, Me, And My Snowman

31 3 4
                                    

Inspired by : Snowman  (SIA)

***

***

“Salju pertama!”

Aku tersenyum menatap seorang gadis kecil dari kejauhan. Bocah itu kelihatan senang sekali, merentangkan kedua tangannya sambil melompat ke sana kemari seperti butiran salju di udara.

Dingin, itulah yang kurasakan saat menyadari kedua pergelangan tanganku yang telanjang tanpa sarung tangan. Ku gosok-gosokkan mereka sesekali ku letakkan di depan mulutku untuk menyumbang kalor. Sedikit berhasil, walau pada akhirnya tangan ini berakhir di dalam saku mantel panjang ku.

Mataku berpendar mengelilingi sekitar, lalu ingatanku perlahan berkelana menuju masa lalu.

Tidak begitu lampau, tepatnya hari ini tiga tahun yang lalu.

Dzzzztt...

Getaran di dalam tasku membuatku mendecak sebal.

“Makhluk bumi mana yang berani-beraninya meneleponku di tengah salju begini!“ gerutu ku sambil terus berjalan menuju sebuah bangunan minimalis bergaya modern.

Sebuah kafe.

Sekalian saja aku masuk ke dalam untuk menghangatkan diri dengan segelas kopi. Berbicara tentang kopi, aku jadi ingat lagi kenangan tiga tahun lalu itu.

Oh, aku lupa ponselku!

Diobrak-abrik nya isi tas coklat muda ini sampai benda pipih itu berhasil ku dapati.

“Oh... pantas saja, ternyata makhluk bumi ini yang berani meneleponku.” Aku mencebik ketika melihat sebuah nama tertera di sana.

My Snowman

Begitulah aku menamai kontaknya sejak saat pertama kami mulai kenal dan bertukar nomor.

Banyak makna dibalik nama itu yang jika ku ceritakan padanya, dia akan ketiduran karena terlalu panjang lebar.

Sejujurnya, dia tidak suka ketika kontaknya dinamai seperti itu. Tapi inilah aku! Segalak apapun dia berbicara, “Yak, Ganti namanya! Berani sekali kau mengganti nama pemberian ibuku!”

Berisik sekali! Dia akan mengomel seperti kakek-kakek. Tapi aku hanya terkikik saat dia marah seperti itu.

“Halo!“

Terdengar helaan napas di sebrang sana. Ku hitung sampai tiga, pasti dia akan mengomel lagi.

Yeobo! Kau ini selebriti atau pejabat, lama sekali menjawab telpon!?”

Tuh, kan... Suamiku memang galak, tapi sayang padaku.

Mianhae, aku sedang di luar ruangan– dan kau tau, salju sedang lebat-lebatnya,” bohongku, padahal ini baru hari pertama turun salju dan tidak selebat itu.

“Alasan. Kau memang kebiasaan! Tsk!” Aih, dia merajuk.

Aku berusaha menahan diri agar tidak tertawa. Bisa gawat jika tiba-tiba tawaku meledak, dia akan lebih marah lagi.

Yeobo, kau marah padaku?” tanyaku dengan nada menggoda.

Biasanya sih, dia akan luluh.

Antologi KACAU✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang