About Winter, Me, And My Snowman 3

6 1 0
                                    


Minggu, pagi, hujan, adalah tiga kata yang sangat sempurna untuk bermalas-malasan di tempat tidur. Jadwal rekaman di studio libur, tidak ada undangan ke acara off air juga. Nikmat mana lagi yang Jaerim dustakan.

Tapi saking nikmatnya, pria ini suka lupa diri kalau sekarang dirinya sudah menjadi seorang bapak-bapak anak satu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9.30, tapi matanya masih terpejam, meringkuk di tengah ranjang. Sepertinya dia sedang bermimpi panjang sekali hingga tembus beberapa episode.

Tiba-tiba saja hembusan angin menembak wajahnya. Jaerim awalnya merasa itu angin surga. Tapi tak lama kemudian ia mendengus kebauan.

“Ck, tidak sopan! Bisa-bisanya kamu kentut di depan wajah ayahmu sendiri!” omel Jaerim seraya memukul pelan pantat bayi sembilan bulan yang posisinya meringkuk membelakangi wajah sang ayah.

Pas sekali ya, pantatnya menghadap wajah Jaerim.

Tapi si bayi tak terusik sedikitpun dari tidurnya. Bahkan ia sempat mendengkur sangat keras, membuat Jaerim tercengang.

“Astaga...”

Baru saja Jaerim hendak kembali tidur, terdengar suara pintu kamar terbuka.

“Ah sudahlah...”

*
*
*

“Selamat pagi para lelaki tampan ku, apakah tidur kalian nyenyak?” Aku membuka pintu memunculkan kepala ke dalam kamar.

Rupanya bayi kecilku masih tidur dengan posisi menyamping. Sedangkan si bayi besar, wajahnya kacau sekali seperti kurang tidur--eh, kebanyakan tidur harusnya kan??

“Sayang, ini sudah jam berapa, ayo cepat bangun dan sarapan.”

Entah ucapanku didengar atau tidak, si Hwang ini malah bergeliat di kasurnya sambil menggerutu tidak jelas.

Aku pun masuk dan berdiri di sampingnya. “Yak, ireona palli! Kau tidak lupa kan hari ini mau pergi mengunjungi eomma??”

“Ahh, memangnya tidak bisa kalau kamu saja yang pergi, yeobo?” rengeknya tak tau umur.

“Ck, kamu kan anaknya.”

“Kamu kan menantunya, sudah dianggap seperti anak sendiri pula.” Kesal sekali aku dengannya yang suka memutar balikan omongan.

“Hwang, cepat bangun atau aku benar-benar pergi sendiri dan menginap seminggu--”

“Ah iya baiklah, aku sudah bangun nih..”

“Cih, kenapa sih harus diancam dulu?Yasudah cepat mandi sana, jangan lupa mandikan Jae-yeon sekalian,” ucapku lalu kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatan memasak pagi.

Beberapa saat kemudian, makanan yang aku masak sudah matang dan siap dihidangkan di meja makan. Namun ayah dan bayi snowman itu masih belum menyambangi ruang makan.

“Mereka sedang apa sih, kok lama sekali??”

Akupun berinisiatif untuk kembali ke kamar demi memeriksa keadaan mereka berdua.

Saat aku tiba di depan pintu, ku dengar sayup-sayup tawa nyaring seorang bayi. Aku segera membuka pintu untuk melihat apa yang terjadi di dalam sana.

“Bayiku sayang sedang apa kedengarannya senang sekali...”

Bagaimana tidak senang, bayi beruangku ternyata sedang bermain kuda-kuda dengan ayahnya. Bahkan Jae-rim, yang biasanya bertingkah seperti pria jompo berseru kegirangan seperti anak kecil.

Aku tak kuasa menyembunyikan senyumku. Ku hampiri mereka dan ku pegangi tubuh Jae-yeon agar tidak terjatuh.

“Sayang, sudah dulu main dengan Jae-yeon nya,” ujarku membuat Hwang menoleh dengan tatapan jahil.

Antologi KACAU✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang