"Kuon-san? "
Si empu nama hanya termenung. Ia berjongkok sambil memandangi barisan semut yang berjejer rapi, tengah membawa persedian makanan menuju sarangnya. Dagunya ia letakkan di lututnya dengan kedua lengan memeluk kakinya yang tertekuk. Pandangan sayu dengan ekspresi kalem tersemat diwajah yang tengah 'serius' mengamati barisan semut.
"Kuon-san? " panggil si pemuda petarung Rebellion sekali lagi.
Memastikan bahwa yang dipanggil benar-benar mendengar suaranya.
Namun respon yang diinginkannya tak juga ia dapatkan.
Sebelah tangannya mengaruk pelan kepalanya yang tak gatal. Merasa bingung sebab yang dipanggil tak menyahuti sama sekali.Tak mungkin juga bila ia kurang lantang memanggil, juga tak mungkin juga Kuon tak mendengar suaranya. Sebab ia juga berdiri tepat disamping Kuon yang sedang berjongkok. Dahinya berkerut, berusaha mencari alasan mengapa laki-laki dihadapannya tak menyahuti panggilannya. Ia menyimpitkan mata guna melihat objek apakah yang tengah diamati oleh Kuon sampai-sampai tak mendengar panggilannya.
Tepukan dahi dilakukan oleh petarung muda Rebellion itu.
Pemuda bernama Fuuga itu tak habis pikir, seasyik apakah mengamati semut berbaris seperti itu sampai-sampai tak mendengarkan penggilannya.
Ia pun ikut berjongkok disamping Kuon yang masih bergeming mengamati gerombolan semut."Kuon-san! " panggilnya sedikit keras.
Logikanya tentu Kuon akan menoleh dan menanyakan perihal mengapa Fuuga memanggilnya, namun sepertinya hal itu tak berlaku bagi Kuon.
Rasa jengkel mulai menghinggapi Fuuga, tepukan pelan ia layangkan kepundak Kuon. Ia menyakini bahwa Kuon pasti mengalihkan atensinya setelah ia menepuk pundaknya seperti ini. Tapi entah kenapa Kuon mengadah, menatap keatas.
"Apakah ada sesuatu yang bersandar dipundakku? " tanya Kuon.
Dengan raut datar dengan bibir menipis, Fuuga memilih bungkam. Ia menatap barisan semut yang berjejer rapi. Entah kenapa ia ingin melakukan sesuatu pada gerombolan semut itu. Satu tiupan nafas kencang ia hembuskan kearah semut-semut yang menyebabkan gerakan semut itu berhenti sebentar.
Kedua alis Fuuga terangkat, merasa memiliki hal baru yang dimainkan. Sekali lagi ia tiup gerombolan semut itu, dan lagi-lagi mereka menghentikan gerakannya.
Tawa tertahan lolos dari bibir Fuuga,
'Sekali lagi! ' batinnya berteriak semangat.Saat ia bersiap untuk meniup kembali gerombolan semut, sebuah tangan menarik sebelah pipinya dengan kencang. Fuuga pun berteriak kaget sebab kencangnya tarikan dipipinya.
Pelaku penarikan pipi menatap sayu, senyum teduh tersemat dibibirnya. Wajah tenang tanpa emosi menambah hawa menenangkan bagi orang yang melihatnya."Mereka bukan bulu yang bisa sesuka hati untuk kau tiup, Fuuga-kun." ucapnya sambil melepas tarikan dipipi Fuuga.
Kembali Kuon mengalihkan perhatiannya ke gerombolan semut itu. Seakan tak terjadi apa-apa.
Fuga mengerutkan dahi, tangan kirinya mengelus pelan pipinya yang memerah untuk meredakan rasa nyeri.Ia pun kembali terdiam, bergabung membisu bersama Kuon mengamati gerombolan semut yang masih setia mengangkut makanan dibadan mungil mereka.
Dua orang yang baru saja selesai berkebun, Arme dan Konoe berjalan melintasi kedua orang yang masih berjongkok. Arme yang menenteng ember dikedua tangannya menatap heran dan bingung keduanya.
"Konoe-san, apa yang sedang Fuuga dan Kuon-san lakukan? "Konoe dengan membawa cangkul dibahu kanannya mengangkat pelan kedua bahunya,
"Entahlah, biarkan mereka tenggelam dengan dunia mereka sendiri."
______________________________________Mau dong ditarik pipinya ama Kuon-
Wahahahaha- Hok-
/keselek
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story ¦ i7 fanfiction []
Fiksi Penggemar•La Danse Macabre event universe Kisah para pejuang dan petarung tanah hina, tentara pelindung sang 'malaikat ' , Pendeta terhormat, dan yang terlupakan... Disajikan dengan apik dan berbeda dengan cerita lain. Yang dapat membawa para pembaca ke peng...