Mark [3]

1.2K 117 0
                                    

"Ra"

"..."

"Sayang" panggil Mark kembali ketika tidak ada sautan dari sang kekasih. Namun lagi lagi hanya keterdiaman dan palingan muka yang dia dapatkan.

Mark menghembuskan nafasnya lelah. Harus dengan cara apa lagi dia membujuk kekasihnya yang sedang merajuk itu. Oh atau lebih tepatnya marah?

Lelah dengan suasana seperti ini akhirnya Mark memutuskan untuk kembali membuka suara. Kali ini badannya dia bawa untuk bergeser lebih dekat dengan sang kekasih sementara tangannya ia arahkan untuk menggenggam kedua tangan Haera.

"Haera.. aku minta maaf"

Masih tidak ada sautan. Mark tau kata kata selanjutnya pun pasti akan di abaikan oleh Haera walau begitu dia tetep memutuskan untuk melanjutkan ucapannya.

"Aku tau aku salah, aku minta maaf. Tapi aku juga ada alasan untuk itu"

Haera mendengus. Kemudian didetik berikutnya wanita itu menoleh kearah Mark tak lupa dengan sorot mata yang menandakan wanita itu sedang serius.

Mark meneguk ludahnya gugup. Okay sepertinya kali ini wanita itu memang sedang benar benar marah.

"Kalo gitu kasih tau aku sekarang juga apa alasannya?"

"..."

Haera berdecih. Bibirnya menyunggingkan senyum sinis. Lebih tepatnya mengejek.

"Gak mau kasih tau? Oh atau emang gak ada alasan?"

Mark reflek menggeleng.
"Enggak, Haera.. bukan gitu"

"Terus apa?" Tuntut Haera.

"Aku-"

Tiba tiba lidah Mark kelu. Dirinya seakan kehilangan kata kata untuk membalas ucapan kekasihnya.

Sedangkan Haera yang melihat keterdiaman Mark seketika itu juga langsung menyentak kasar tangan cowo itu dari tangannya. Jangan lupakan tawa hambar yang keluar dari bibirnya.

"Gak bisa jawabkan? Haha iya, seharusnya aku tau kalo dari awal kamu itu gak pernah serius sama aku Mark. Kamu cuma main main doang. Iya kan? Tapi dengan bodohnya aku selalu percaya sama kamu. Bego."

Bibir Mark mengatup. Menahan amarah agar tidak kelepasan membentak sang kekasih. Marah? Tentu saja. Jadi selama ini Haera menganggap keseriusannya kepada wanita itu hanya sebuah candaan.

"Maksud kamu apa ngomong begitu? Aku serius, aku selalu serius sama kamu Haera" ucapnya dengan intonasi yang penuh penekanan.

"Oh ya? Terus kenapa selama ini kamu gak pernah mau ketemu sama keluarga aku? Sama ayah ibu aku? Apa keseriusan yang kamu maksud itu adalah dengan hubungan kaya gini Mark. Yang bahkan ayah ibu aku aja gak tau kalo anaknya udah punya pacar? Begitu maksud kamu?"

"Haera aku-"

"Pernah gak satu kali aja saat kita jalan kamu izin ke ibu buat bawa aku? Atau ngomong ke ayah kalo kamu bakal selalu jagain anaknya? Enggak kan? Bahkan aku ajak kamu buat ketemu orang tua akupun kamu selalu nolak dengan alasan gak jelas yang bahkan gak pernah kamu jelasin. Dan maaf Mark, setiap kali kamu bersikap kaya gitu pikiran aku selalu dipenuhin sama pikiran buruk. Apa kamu sengaja gak pernah dateng kerumah karena dari awal kamu emang gak pernah serius sama aku? Atau lebih parahnya kamu udah punya cewe lain yang mau kamu seriusin? Iya, jujur aku gak bisa hilangin pemikiran kaya gitu dari kepala aku setiap kali kamu nolak buat ketemu keluargaku dan kali inipun bahkan lebih parah"

"..."

"Aku cape Mark" adunya, "Aku cape selalu dihantuin sama pikiran buruk aku tentang kamu. Aku takut, takut kalau nantinya apa yang ada dipikiran aku itu benar adanya. Aku gak nuntut banyak kok. Aku cuma mau hubungan kita normal selayaknya orang lain. Kamu yang ngenalin diri ke ibu dan ayah sebagai pacar aku, kamu yang jemput aku tanpa harus nunggu dimobil dengan mengantongi izin orang tuaku, dan kamu yang di kenal sama keluargaku sebagai sosok yang ayah percaya buat ngejagain putrinya. Apa permintaanku terlalu berlebihan buat kamu Mark? Ah.. okay kayaknya emang itu berlebihan buat kamu"

See? Bahkan setelah dia mengeluarkan semua hal yang mengganjal dalam pikirannya pun Mark masih tidak menanggapi ucapannya. Apakah itu tandanya semua itu benar? Mark bahkan tidak lagi menyangkalnya berarti hal itu benar bukan? Entahlah pikiran dan hati Haera sedang tidak baik baik saja sekarang. Yang bisa dia lakukan hanyalah menertawakan kebodohannya sendiri. Berharap kepada orang seperti Mark? Apa itu mungkin?

"Aku mau pulang. Sebaiknya kamu jangan temuin aku dulu sebelum pikiran aku baik. Maaf karena udah berpikiran buruk tentang kamu Mark"

Setelah mengucapkan hal tersebut tanpa pikir panjang lagi Haera segera beranjak dari sana. Meninggalkan Mark dengan keterdiamannya. Bahkan ketika Haera pergi melewatinya dia hanya membiarkan wanita itu begitu saja tanpa berpikiran untuk mencegah ataupun mengejar Haera sekedar menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi diantara mereka.






BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang