04. Perihal seseorang

3.5K 488 82
                                    

Warning 15+!!!

Ran mengerjap pelan, kepalanya terasa begitu pening tubuhnya juga pengap, ia jadi terbangun tengah malam. Jujur Ran tidak bisa tidur dengan memakai baju.

Dengan perlahan Ran membuka kancing kemejanya namun ia tersentak pelan ketika merasa ada yang aneh dibawahnya.

Ran membuka matanya ia mengangkat tubuhnya dengan kedua tangannya dan ia sedikit tersentak ketika melihat Kana yang berada dibawahnya.

Namun fokusnya malah kearah lain yaitu kancing baju Kana yang terbuka lebar. Ran mengalihkan pandangannya, cobaan macam apa ini?

Dengan cepat Ran mematikan lampu dimeja samping sofa itu agar matanya tak menangkap apapun lagi, dan ia tak melakukan hal yang macam-macam pada wanita itu.

Ran menghela nafas gusar sambil membenarkan posisinya, ia jadi sedikit merasa iba pada wanita itu bagaimana bisa ia tertidur diatasnya, pasti tubuh wanita itu akan pegal saat bangun nanti.

Namun ketika hampir turun kepalanya terasa benar-benar sakit dan ia pun ambruk lagi diatas Kana namun bedanya... Ran... Ia ambruk di dada wanita itu.

Ran dengan cepat bangun lalu memukul pipinya agar ia tersadar.

"Sadarlah sialan!" Gerutunya.

"Ran...?" Kana terbangun namun keadaan gelap gulita hanya sedikit sekali pencahayaan dan ia baru saja bangun, masih setengah sadar. Kana meraba keatas mencari sesuatu yang dapat ia pegangi.

"Ran?? Kamu disana?" Tanyanya sambil meraba perut Ran.

Ran seketika meraih tangan Kana. "Apa kamu sadar apa yang baru saja kamu lakukan Kana?"

Kana yang awalnya setengah sadar pun membulatkan matanya. "M-m-maaf! Aku tak tahu sekarang benar-benar gelap." Ujarnya dengan gugup.

Ran terdiam, meski gelap ia masih bisa melihat wanita itu yang gelagapan dibawah kungkungannya.

"Aghh sial, aku tak tahan lagi." Seru Ran kemudian mengangkat Kana dan membawanya... Kekamar.

"R-ran?!"

Dan sepertinya kalian bisa tahu apa yang terjadi pada mereka selanjutnya.

~

Mitsuya mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja beripikir tentang banyak hal, namun fokusnya tetap pada bingkai poto dihadapannya.

Poto seorang perempuan yang ia temui ketika masih berusia 18 tahun...
Mitsuya terkekeh pelan ketika mengingat pertemuan pertamanya dengan perempuan itu.

"Hei brengsek! Beraninya kau melanggar!!"

"Jangan mentang-mentang orang tuamu kaya kau bisa seenaknya."

"Apa?? Kau tak terima?? Ingin adu ayah?? Ayooo ayahku lebih kaya daripada ayahmu!"

Mitsuya awalnya penasaran pada perempuan itu, tentu saja perempuan itu cukup berani padanya tidak seperti murid lain disekolah itu yang hany diam-diam menjauhinya untuk mencari aman. Namun tentu saja Mitsuya tetap memiliki teman dan itu adalah Ran mereka sudah berteman sejak kecil.

Mitsuya juga cukup terkenal dikalangan para gadis, tentu saja ia tampan dan pewaris sebuah perusahaan yang cukup terkenal di Jepang.

Dan kemarin untuk pertama kalinya ada perempuan yang memaki dan menarik telinganya hingga ke ruangan guru BK, dia bahkan mengancam untuk saling adu ayah, Mitsuya tak percaya dengan apa yang ia lihat itu.

Namun... Ia cukup penasaran dengan perempuan itu hingga akhirnya ia pun menanyakannya esoknya namun ternyata kemarin adalah hari terakhir perempuan itu berada disekolah dan hari ini ia akan pindah ke luar negeri, kalau tidak salah perempuan itu akan masuk sekolah yang dikhususkan untuk menjadi detektif.

Hanya itulah informasi yang ia dapatkan, sepertinya memang ayah perempuan itu sangat kaya sampai ia tak bisa mendapatkan informasi apapun kecuali itu, ah... Dan satu lagi ia hanya bisa mengorek tentang nama perempuan itu.

Jika tak salah ingat, nama perempuan itu adalah Sora, Akabane Sora.

Dan hal itu sudah berlalu 7 tahun yang lalu, tetapi  Mitsuya masih belum melupakan perempuan itu, ia bahkan mendapatkan potonya dari salah satu temannya dan memajangnya di meja ruang kerjanya kini.

Brak!!

Pintu ruangan Mitsuya digebrak secara kasar dan berhasil membuat Mitsuya terlonjak kaget dan segera menyembunyikan bingkai poto itu.

"Mitsuya! Celaka!"

"Kau yang celaka sialan!" Geram Mitsuya ketika melihat siapa orang itu.

"Arghh!!" Ran mengacak-acak rambutnya prustasi.

"Apa yang harus kulakukan!!"

Mitsuya mendengus. "Memangnya apa??"

Ran diam ia menatap Mitsuya lalu duduk begitu saja di sofa dan menggumamkan banyak hal.

"Stres." Cibir Mitsuya.

"Aku... Aku melakukannya, argh!!" Teriak Ran.

"Apakah aku harus memanggil satpam untuk mengusirmu dari sini?"

Kini Ran lah yang mendengus. "Kau akan menyesal jika mengusirku."

"Aku tidak akan menyesal karna mengusirmu."

"Bahkan meski jika aku mengatakan bahwa aku mendapatkan informasi tentang perempuan itu?"

Mitsuya seketika membulatkan matanya. "Apa?"

Ran menghela nafas jengah. "Tapi aku sedang malas membahasnya, masalahku kini lebih penting daripada masalahmu."

Dengan terpaksa Mitsuya pura-pura tersenyum. "Jadi apa masalahmu...?"

"Aku melakukannya...!"

"Iya, melakukan apa bajingan?!" Mitsuya ngegas, karna sudah cukup kesal dengan sahabatnya itu.

Ran kembali menghela nafas. "Maksudku kau tahu hal yang suami istri lakukan..."

"Oh, membuat bayi maksudmu?"

"... Ya benar!"

"Lalu apa masalahnya? Kalian kan suami istri."

Ran mengusap wajahnya kasar. "Hah... Kau takkan mengerti."

"Terserahlah, sekarang katakan apa yang kau ketahui tentang perempuan itu."

"Hah? Siapa?"

Mitsuya dengan kesal sudah memberi ancang-ancang untuk melempar Ran dengn asbak sambil tersenyum horor.

"Aku bercanda, dia ternyata anak dari hm... Siapa ya... Ah! Akabane Hitto! Dan kau tahu kan Akabane Hitto itu adalah seorang mafia."

"Dan Akabane Sora, kini dia sudah resmi menjadi detektif." Lanjut Ran kemudian menatap Mitsuya.

"Bukankah lucu? Ayahnya kriminal dan putrinya seorang detektif." Ran tertawa pelan.

"Sungguh plot twist."


Tbc

Apa-apa?? Apa?? Mau bilang apa? Apa heh apaa???

Jadi juga ya yaudah mereka bikin debay sekarang aja biar apa? Ya biar gitu rasanya sekarang paling tepat kalo masuk konflik maafkan daku yang labil ini(☞^o^) ☞
And maaf klo sedikit garing, saya sedang kehabisan ide.

Sekian terimakasih꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

Pathetic ||Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang