16. Penjahat sebenarnya

2.3K 379 186
                                    

Kana tergeletak pada lantai, ia meringis pelan ketika dirasa kepalanya begitu pusing.

Ia tak tahu apa yang terjadi, jelasnya tadi ada orang yang memukul kepalanya dengan keras dari belakang hingga ia pingsan.

Sayup-sayup bisa Kana dengar suara langkah kaki mulai mendekat, dengan cepat Kana meraih tongkatnya yang bisa ia pakai sebagai senjata yang berada disampingnya.

"Kak?"

Kana menghela nafas dengan lega ketika mendengar suara Inui.

Dengan cepat Kana bangkit. "Inui, baru saja tadi ada yang memukul kepalaku hingga aku pingsan, mungkin ada pencuri yang masuk." Ujar Kana sembari berjalan pelan menghampiri Inui.

"Kakak baik-baik saja?" Tanya Inui.

Kana mengangguk. "Kepalaku hanya sedikit terasa sakit..." Gumamnya.

Inui menatap Kana dengan datar. "Kak, seandainya kau diberi pilihan menyelamatkan orang yang tak terlalu berharga untukmu, atau menyelamatkan orang yang sangat berharga untukmu apa yang akan kau lakukan?"

Kana menyerngit pelan. "Bukankah jawabannya sudah jelas? Lagipula kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu."

Inui menunduk pelan. "Begitu..." Inui mendekat kearah Kana dan memeluknya.

"Apa ini? Kenapa kau tiba-tiba memelukku?" Tanya Kana heran.

"Kak, maafkan aku."

"Untuk?"

"Segalanya, pokoknya maafkan aku."

"Apa ini? Apa kau ingin pergi?" Tanya Kana sembari membalas pelukan Inui.

"Bukan aku,"

"Lantas-" Kana memelototkan matanya. "Ugh... Urghhhh..."

"Inui... Apa yang kau..."

Bruk.

~

Ran dengan cepat melajukan mobilnya menuju rumah bibi Kana, ia merasakan firasat yang begitu buruk.

Tadinya ketika sedang membunuh seseorang, tiba-tiba saja kalung yang berisikan poto Kana terlepas dsri lehernya. Rantainya putus yang membuat Ran khawatir bukan main.

Keringat dingin tak henti-hentinya menguncur dari dahinya, di kepalanya kini hanya ada Kana, dan ia berharap agar firasatnya itu hanyalah sekedar firasat belaka.

Ran berdecak sebal ketika ada mobil yang begitu lambat didepannya, ia pun berkali-kali memencet kelakson mobil.

Ia menyalip banyak mobil yang menghalanginya, bahkan kini sudah ada polisi dibelakangnya yang mengerjanya. Namun seakan tak perduli Ran tetap melajukan mobilnya dengan cepat.

Hingga akhirnya mobil polisi tadi sudah menghilang dan kini Ran berada dijalan yang cukup sepi, dan ia sedikit bersyukur ketika ia sebentar lagi sampai pada rumah bibi Kana.

Didepan sana ada lampu merah namun Ran tak perduli dan tetap mempercepat laju mobilnya.

Namun tanpa diantisipasi ada sebuah mobil dari sebrang jalan sana yang melaju dengan cepat yang membuat Ran tercekat.

Brak!! Brak!! prang!!!

Dengan cepat mobil itu menambrak mobil Ran dari samping, sehingga mobil Ran terbalik dan tak lama setelahnya mobil itu meledak.

~

"Inui... Apa yang kau..." Kana ambruk ia terjatuh di lantai sembari memegangi perutnya yang berdarah.

"Maaf kak, tapi aku tak punya pilihan lain."

"A-apa maks-ughh!!!" Kana menggerang kesakitan sembari muntah darah.

"Dia menyuruhku untuk membunuhmu serta bayi didalam perutmu, jika tidak ia akan membunuh ibu dan ayahku." Inui menatap Kana dengan pandangan yang begitu datar.

"Inui... Bayiku..." Kana merintih sembari terus mengkhawatirkan bayinya karna Inui menusuknya tepat diperut.

"Maafkan aku kak," Inui pun mundur sembari menutup pintu. "Semoga kalian tenang."

Inui berjalan dengan cepat keluar dari rumah itu, ia memandangi ibunya yang kini tengah menangis di mobilnya dengan tangan serta kaki yang terikat.

"Maaf bu, tapi ini demi kita juga." Gumam Inui kemudian meraih jerigen bensin disampingnya.

Ia menyirami bensin itu diseluruh luaran rumah itu, kemudian merogoh sakunya dan mencari korek disana.

"Maaf kak." Ucap Inui lalu menyalakan korek itu dan melemparnya.

Seketika api pun menyambar seluruh rumah itu, Inui hanya menatap datar sembari melangkah ke mobilnya.

Inui menyalakan mesin mobil dan membuka ponselnya sambil menekan nomor seseorang yang sudah menyuruhnya untuk melakukan semua itu.

"Aku sudah menusuknya."

"....."

"Dia tidak akan selamat, sekarang aku sudah membakar rumah itu."

"....."

"Pastikan janjimu, untuk tak menyentuh keluargaku lagi."

Tut... Tut...

Inui mengakhiri panggilan itu, ia pun melirik kearah ibunya yang terus menangis.

"Kita tak punya pilihan lain bu, daripada kalian berdua yang mati lebih baik kak Kana yang mati." Ucap Inui sembari melajukan mobilnya.

Ibu inui meronta lalu ia pun berhasil melpaskan kain yang menyumpal mulutnya.

"Apa yang ku lakukan?!" Bentak ibunya.

"Apa yang akan kakakku katakan nantinya jika tahu aku membiarkan putrinya mati begitu saja beserta bayinya?! Terlebih yang membunuhnya adalah putraku sendiri!!"

"Orang yang tak memperdulikan putrinya yang hampir mati diracuni oleh suaminya sendiri menurut ibu ia akan perduli hanya karna hal ini?"

"Seishu Inui!!!" Bentak sang ibu lagi.

"Hanya kau bilang?! Apa kau sedang menyepelekan nyawa sepupumu!!?"

"Ya." Jawab inupi dengan tatapan datar.

"Inui kau-!"

"Hentikan bu! Cukup, aku bilang aku melakukan ini untuk kalian? Apa kalian ingin mati konyol hanya karna tak ingin membunuh Kana?!" Balas Inupi dengan kesal sehingga ia tak memperhatikan jalanan didepan.

Baru ingin menjawab bentakan putranya itu, wanita itu membulatkan matanya ketika melihat kedepan.

"Inui!! Awas!!" Teriaknya namun terlambat.

Brak!!! BRAK!! PRANG!!

Mobilnya menabrak pengendara lain didepannya, ibu inui terlempar keluar sedangkan Inui terjebak dimobil itu.

Hingga hitungan menit, mobil Inui pun meledak.

-
Tbc

Pathetic ||Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang