11. Maaf dan setengah dari kebenaran

2.8K 430 61
                                    

Chapter kali ini khusus cuman ada Quanxi and Rindou yak dan ini tuh hmz pokoknya gitu.

Selamat membaca( ◜‿◝ )

Quanxi menarik Rindou keluar dari rumah sakit, ia membawanya kesebuah gang kecil.

Quanxi bersyukur saat tahu bahwa Kana buta, Ran langsung pergi dari sana tanpa kata apapun. Setidaknya kini Kana akan aman.

Namun tak lama setelahnya ia melihat ada beberapa anggota bonten yang datang, dan ia tahu apa maksud kedatangan mereka.

Dengan cepat Quanxi membawa Rindou yang pingsan dari dari sana, setidaknya ia harus menyelamatkan dirinya dan Rindou kini.

Dengan terengah-engah Quanxi menyandarkan bahunya pada tembok. Dan seketika itu pula ia mengingat perkataan Kana tentang wanita Arab itu.

"Aku minta maaf..." Gumam Quanxi sambil menatap lurus ke depan.

"Maaf karna telah membunuh putramu." Ucapnya dengan pandangan pedih kearah bayangan wanita yang ada didepannya.

"Kau benar... Aku tak boleh meremehkan doa seorang yang teraniaya."

Dengan perlahan bayangan wanita itu menghilang, seketika Quanxi menghela nafas dengan lega.

Ia tak tahu lagi, setiap hari ia pasti akan mendapati bayangan wanita itu dihadapannya, dan yang bisa ia lakukan hanyalah meminta maaf.

Dan entah mengapa Quanxi merasakan firasat buruk kini, sehingga ia pun merogoh sakunya dan mengambil chip kecil dari sana.

Dia pun melirik kearah Rindou yang masih belum sadar, "Apa yang harus kupilih Rindou?" Tanyanya.

"Impianku, atau kau?" Lanjutnya.

Quanxi mengenggam chip itu lantas memejamkan matanya.

"Ya Tuhan... Aku meminta maaf padamu, maaf karna telah merenggut anak tak berdosa itu dari ibunya..."

"Wabah itu hanyalah alasan."

"Kita harus menghabisi seluruh orang di daerah itu."

"Salah satu keluarga disana tahu tentang semua perbuatan kita,"

"Habisi mereka tanpa tersisa."

"Kau tahu kan Quanxi? Tak ada gunanya untuk membuang-buang waktu dengan mengikuti semua prosedur."

"Cukup bunuh anak laki-laki itu dan kamu akan menjadi agen resmi."

"Hey wanita tua, kenapa kamu berdoa sampai seperti itu nya? Kepada siapa kamu berdoa?"

"Kepada Tuhanku. Setiap doa ku selalu ia kabulkan."

"Bisakah aku memeluk agama mu juga?"

~

"Rindou..." Panggil Quanxi begitu melihat Rindou yang membuka matanya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Rindou.

Quanxi menghela nafas. "Semua anggota bonten sudah tahu bahwa aku berhianat, dan kini mereka semua sedang mencariku."

"Kalau begitu kita harus mencari tempat bersembunyi!" Pekik Rindou.

Quanxi tersenyum pelan, tanpa kata ia menyerahkan chip tadi kepada Rindou.

"Semua hal yang diperlukan untuk menghancurkan bonten ada disini."

Rindou menatap chip itu lalu menatap Quanxi. "Kenapa kau memberikannya padaku?"

"Hanya untuk berjaga-jaga."

"Kau seperti berkata ingin mati saja..." Lirih Rindou kemudian meraih tangan Quanxi dan mengenggamnya. "Kau tidak boleh mati Quanxi, yang kumiliki kini hanyalah kau."

"Aku tidak akan mati Rindou."

"Berjanjilah."

"Aku berjanji tidak akan mati. Aku akan mati setelah kau, puas?"

Rindou tersenyum sembari mengangguk.

"Rindou, sekarang kau lari lah ke markas bonten dan pura-pura lah tidak tahu."

"Tidak mau, aku ingin tetap bersamamu."

Quanxi menggeleng. "Tidak, aku harus memastikan keadaan Kana sekarang. Kau harus ke markas bonten dan ambillah salinan chip itu diruanganku, aku yakin mereka belum menemukannya."

"Chip itu hanya bisa ditonton sekali, jadi saat kau menemukannya nanti langsung sambungkan pada komputerku." Lanjut Quanxi.

Rindou terlihat berpikir untuk sesaat. "Tidak bisakah kita tetap bersama untuk sekarang? Aku benar-benar tak ingin berpisah denganmu." Eluhnya sembari mengeratkan genggamannya pada Quanxi.

"Kamu tahu, jika mereka mendapatkan salinan chip itu aku akan semakin dalam bahaya, dan yang bisa masuk ke markas bonten sekarang hanya kau."

Rindou menghela nafas panjang. "Baiklah, aku mengerti, tapi kau benar-benar harus berhati-hati. Kau juga harus menepati janjimu."

Quanxi mengangguk, ia tersenyum sembari mengusap pipi Rindou. "Memangnya kapan aku pernah mengingkari janji padamu?"

Rindou tersenyum lega mendengar tutur kata kekasihnya itu, namun di lain sisi ia juga merasa begitu gelisah.

Rindou mendekatkan wajahnya pada Quanxi dan mencium wanita itu cukup lama, hingga akhirnya ia melepas ciumannya.

"Aku sangat mencintaimu, Jaga dirimu." Ucapnya pelan kemudian berdiri.

Dengan langkah pelan Rindou berjalan meninggalkan Quanxi sendirian disana, sesekali ia akan berbalik dan memastikan Quanxi masih berada disana.

"Aku juga mencintaimu..." Gumam Quanxi sembari tersenyum pedih, memandangi punggung kekasihnya yang perlahan mulai menghilang diujung jalan.

Quanxi menyerngit pelan, ia berbalik.

"Terimakasih."

~

Rindou dengan tergesa-gesa segera masuk kedalam ruangan Quanxi, dan mencari chip yang dimaksud itu.

Ia mencari ke banyak tempat dengan panik hingga akhirnya ia menemukan chip itu didalam lemari, dan segera menyambungkan chip itu pada komputer milik Quanxi.

Namun ketika melihat isinya Rindou langsung membulatkan matanya, dengan gelagapan ia mundur hingga menabrak lemari dibelakangnya.

Dengan perasaan kalut ia keluar dari ruangan Quanxi dan mencari keberadaan Mikey.

"Mikey?! Dimana Mikey?!!!" Tanyanya begitu meihat Sanzu.

Sanzu menaikkan sebelah alisnya. "Ya dimana lagi? Tentu saja ditempat penghianat itu berada."

"Kau sialan!! Kenapa kau tidak menghentikannya??? Bukankah kau juga mencintai Quanxi!!" Teriak Rindou sembari menarik kerah Sanzu.

"Aku memang mencintainya, tetapi orang yang sudah berani menghianati raja, tidak ada ampun baginya."

~

"Terimakasih, sudah mau menunggu."

Quanxi memandangi sosok yang baru saja muncul dibalik tembok.

"Mikey."

-
Tbc

Pathetic ||Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang